Monday, January 8, 2024

Apakah Ketua NU (struktural) Harus Kiai dari Pondok Besar?

Apakah Ketua NU (struktural) Harus Kiai dari Pondok Besar?

Maksudnya, pondok yang santrinya banyak. Yang santrinya ribuan--bahkan puluhan ribu? 

Menurut saya kok tidak. 

Malah, dari pengamatan saya. Kiai-kiai yang ketiban sampur ngurusi "pondok besar" (baca: jumlah santri banyak) justru lebih banyak sibuk ngurusi santri. Sibuk mengisi jadwal ngaji santri di pondok--dengan berbagai macam kitab babonnya. 


Imbasnya, waktu beliau untuk ngurusi organisasi jadi tidak banyak. Sehingga, lebih sering cukup duduk di jajaran Syuriah, mustasyar, atau a'wan.


Kedua,

Kecenderungan kiai itu berbeda-beda. 

Ada yang nyaman ndeprok, madep dipan. Baca Kitab, mbalagh di hadapan santri.


Sebaliknya,

Ada kiai yang kecenderungannya tidak bisa diam. Biasanya, tipe beliau inilah yang aktif di organisasi--baik NU ataupun urusan praktis kebangsaan (baca: termasuk partai).


Ada juga kiai yang tipe penceramah. 

Ahli dan jago ngisi pengajian. Audiens dan masyarakat merasa nyaman, seneng, dan cocok saat menyimak ceramah beliau. Tidak mbosen-in. Fisiknya kuat untuk berpindah-pindah lokasi pengajian. Bahkan, sehari 3-4 tempat pun sanggup.


Ada pula, kiai tipe sembur. 

Ahli nyuwuk. 

Cukup air putih yang disebul bacaan doanya, hasilnya manjur.


Jadi,

Silakan disimpulkan sendiri-sendiri.


PP Cahaya Quran, 

8 Januari 2024


#1Day1Note 

#CatatanKholid

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)