Thursday, May 21, 2015

Memaafkan Lebih Dulu

Memaafkan itu perbuatan yang amat berat. Apalagi kalau memaafkan lebih dulu sebelum pelaku salah memohon maaf.

Saya pernah ilustrasikan di kelas. Misalnya, sampean habis dikaplok koncone. Terus, sampean datang ke rumahnya. Bawa gula 2 kg dan minyak 2 liter. Sampean bilang ke teman yang ngaplok itu,
"Kesalahan sampean wes ta sepuro..."

Kira2 apa yang terjadi dengan teman sampean itu? Tanya saya.

Yo, kebalik, Pak! Ujar mereka hampir serempak.

Hehehe...
Ini memang ilustrasi yang amat ekstrim baiknya.

Memaafkan memang berat.
Tak semua orang mampu melakukan.

Shalat tahajud? Semua orang bisa
Shalat jamaah? Semua orang bisa
Muter tasbih? Semua orang bisa
Poso? Semua orang bisa
Dahi gosong hitam? Bisa. Pakai ampelas juga gosong

Tapi, kalau memaafkan kesalahan orang lain, tak semua orang sanggup. Bahkan, seorang sarjana S3. Lulusan perguruan tinggi bergengsi dari barat sekalipun.

Babat, 21 Mei 2015

WJL Konveksi
Produksi aneka kaos dan seragam sekolah
7ED7A5A4
0856.4625.2020

Monday, May 4, 2015

Ojek di Sunan Kudus yang Rapi

Pengaturan transportasi di area makam Sunan Kudus termasuk yang paling rapi. Ada berbagai jenis angkutan; becak, angkot, dokar, dan ojek.

Pengelola membagi jadwal operasi kesemua noda transportasi tersebut. Becak, dokar, dan angkot beroperasi di siang hari. Sementara ojek khusus beroperasi di malam hari.
Ojek pun, pengelola membagi sesuai urutan order. Tidak pakai berebut mencari penumpang seperti di lokasi makam lainnya.

Bahkan, ojek dari terminal ke makam, atau sebaliknya dari makam ke terminal pun dibedakan.
Ojek dari terminal ke makam, menggunakan helm berwarna putih. Sementara yang yang dari makam ke terminal ber-helm merah. Tiap pengojek tak boleh mengambil rute orang lain.
Begitu juga mungkin untuk becak dkk, yang kebetulan saya tidak menemuinya. Sebab, tiba di Kudus pas hampir tengah malam.

Model pengaturan seperti ini harus dijadikan contoh referensi bagi pengelola2 makam wali lainya dalam pelayanan kepada peziarah.
4 Mei 2015

Sunday, May 3, 2015

Niat Ziarah, Dapat Wisata


Satu hal yang saya salutkan pada Yayasan PP Nurus Siroj Tritunggal Babat, sejak awal pertama ikut berkecimpung di sini. 

Yaitu dalam berbagai kesempatan refreshing bagi siswa lulusan (atau mengisi masa libur sekolah), sekolah di sini tak pernah mengadakan perjalanan wisata.
Yang diadakan ialah perjalanan ziarah ke makam auliya dan masyayikh. Baru, di sela2 itu diisi dengan kunjungan ke tempat wisata.

Secara tidak langsung, pesantren hendak mengajarkan calon lulusannya untuk menata niat. Sebuah nilai kebaikan dari perjalanan. Bukan sekadar wisata dan rekreasi yang berhukum mubah.
Di sisi lain, tetap tidak kehilangan momentum untuk rekreasi dan berlibur.
Sekali dayung, dua pulau terlampaui.

Saya teringat beberapa tahun lalu. Saudara2 mengajak orangtua (mertua) berwisata ke Malang.
Dengan segera, ortu langsung bilang, 

"Kalau ke Malang ya diniatkan silaturahmi ke keluarga di sana. Nanti habis silaturahmi, mampir tempat wisata."

Jadi, gak boleh dibalik2. Berwisata sambil silaturahmi. Akibatnya, yang dimenangkan atau diutamakan ialah rekreasinya, bukan silaturahmi nya.
3 Mei 2015
Ziarah Wali Jateng siswa siswi MA NU Infarul Ghoy Tritunggal.

Makam Mbah Sholeh Darat Semarang

Makam Mbah Sholeh Darat.
Gurunya para ulama besar tanah Jawa.

Mbah Sholeh Darat ini hidup semasa dengan Mbah Kholil Bangkalan dan Syekh Nawawi Banten.
Beliau pun pernah menjadi syaikh, pengajar di masjidil haram. Gelar syaikh itu pun diperoleh kala mengajar di tanah suci.

Di Indonesia, diantara murid2nya ialah Syekh Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, dan RA Kartini.
Beliau dimakamkan di pemakaman umum Bergotta - Semarang.

Tepat di belakang Rumah Sakit Dr. Kariadi. Bergabung dengan makam2 warGA masyarakat sekitar.
Yang sulit kalo ziarah kesini adalah parkirnya. Kalau bawa motor gitu masih mudah. Tapi, kalau sdh bis, parkirnya tepat di tengah jalan.

Jadinya, petugas parkir pun meminta tarif agak mahal, 50 ribu utk bos kecil ini.

2 Mei 2015

Ziarah Wali siswa siswi MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat 

Saturday, May 2, 2015

Ojek di Sunan Kudus Cuma 8.000 / 2 Orang

22.08 WIB 

Tiba di terminal peziarah Sunan Kudus
Lahan sekitar makam Sunan Kudus terbatas. Karena itu, pemerintah daerah menyediakan terminal khusus untuk bis dan kendaran peziarah.
Letak terminal bis dengan lokasi makam, memang tak dekat. Tapi, pengelola juga menyediakan sarana transportasi menuju lokasi.

Ada beberapa macam pilihan. Mulai angkot, dokar, becak, hingga ojek. Angkat, dokar, dan becak tersedia di siang hari. Sementara ojek beroperasi malam harinya.
Ongkos angkot : 3.000 / orang
Becak : 4.000
Dokar : 4.000

Sementara ongkos naik ojek 8.000 / 2 orang. Artinya, satu motor untuk dinaiki berdua. Kalaupun anda naik sendirian, ya tetap saja harus bayar  8.000.
Dengan ojek, anda tidak diantarkan langsung ke lokasi, depan masjid yang ada menaranya. Tapi, di pangkalan ojek juga.

Saya hitung, perjalanan dari terminal bis ke pangkalan ojek dekat makam, membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
Untuk mencapai lokasi makam, harus berjalan lagi kira2 100-150 meter, dengan melintasi para pedagang.

Begitu pula saat kembali, ojek anda sudah menanti.
2 Mei 2015
Ziarah Wali Jateng - Jogjakarta siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat

Muria, Tujuan Ziarah dengan Fasilitas Serba Nyaman

Muria lokasi ziarah yang nyaman. Masjid yang bersih didukung toilet dan tempat wudhu yang sama2 terawat. Airnya pun mengalir deras, dengan tingkat rasa air tawar maksimal.
Toilet (hanya tersedia untuk kencing) dibiarkan tanpa penunggu. Tak ada petugas bagian ketok-ketok kotak amal.
Akses menuju makam dan masjid melewati lorong pertokoan yang bersih pula. Saya hampir tak menemukan sampah di lantai jalanan.
Juga, tak banyak pengemis menengadahkan tangan di sekitar masjid dan makam.
Hanya satu yang tak nyaman, untuk mencapai masjid dan makam, kita harus mendaki tangga. Jumlahnya tak sedikit, mungkin mencapai ribuan. Perjalanan dengan berjalan kaki memakan waktu sekitar setengah jam.
Alternatif lain, ya naik ojek.
Sebuah perjalanan memacu adrenalin. (Nanti saya akan cerita lagi di lain kesempatan).
Gunung Muria, 2 Mei 2015
*Perjalanan ziarah wali siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat

Uji Adrenalin di Ojek Sunan Muria


Untuk menuju lokasi makam dan masjid Sunan Muria, peziarah harus jalan kaki naik gunung dengan ribuan tangga. Kira2 perjalanan setengah jam untuk tiba di atas gunung.
Jangan kuatir, sepanjang perjalanan akan ditemani jejeran kios dengan aneka macam jualan. Mulai kaos, batik, tasbih, buku, sandal, hingga makanan.

Tapi, bagi saya, tetap saja berjalan kaki naik seperti itu sebuah tantangan yang luar biasa.
Namun, ada alternatif pilihan bagi yang tak sanggup berjalan kaki. Yakni menggunakan jasa ojek.
Setelah mempertimbangkan kapasitas diri dalam hal perjalankakian, saya memutuskan untuk naik ojek. Walaupun banyak teman yang menakut-nakuti kengerian ojek.

Yah, daripada gak kuat. Dan, gak berhasil tiba di atas. Belum lagi risiko kecapekan, saya putuskan untuk naik ojek.

Benar.
Ternyata, perjalanan memang mengerikan. Jalan menanjak dengan belokan-belokan tajam. Belum lagi, di samping kiri jurang tajam.

Apalagi, si ojek hampir tak pernah mau injak rem dalam2. Paling sekadar saja, lalu gas pool lagi. Saat belokan sekalipun, ia terus membelok dengan kemiringan hampir 50 derajat. Saya jadi teringat balapan MotoGP.

Yang bisa saya lakukan di kursi belakang hanyalah banyak membaca shalawat sambil memegang erat2 jaket si tukang ojek. Saya tak bisa bayangkan andai motor selip, dan jatuh. Pasti...
Kok lama sekali ya gak nyampe2. Batin saya.

Setelah tiba di atas, saya cek jam tangan, ternyata perjalanan itu memakan waktu kurang dari 5 menit. Mungkin saking ngerinya, sampai perjalanan sesingkat itu terasa lama.
Pulangnya, saya gak berani bayangkan perjalanan turun dengan naik ojek berkecepatan seperti saat berangkat.

Terlalu ngeri.
Maka, saya putuskan untuk berjalan kaki walau 2x harus beristirahat. Sambil menahan kaki yang gemetar.

Muria, benar2 uji nyali. 

*Ongkos ojeknya cuma 10 ribu untuk sekali jalan.


2 Mei 2015
Perjalanan Ziarah Siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal B

Dakwah Ini Dirancang untuk Berhasil

Membaca kisah perjuangan Sunan Kudus (dan para wali lainnya), kita belajar, sesungguhnya dakwah yang kita perjuangkan bukanlah untuk GAGAL. Tapi, dakwah ini dirancang (dan harus diusahakan) untuk MENANG-BERHASIL.

Para Wali Songo, punya cara-strategi agar dakwah mereka berhasil, dan bisa diterima khalayak yang waktu itu mayoritas beragama Hindu atau Budha. Atau bahkan Kejawen.

Metode dakwah tentu saja berbeda tiap daerah. Menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di wilayah sasaran. Sekilas (bagi yang berpandangan kerdil) mungkin akan tampak beliau-beliau "melanggar" aturan syariat. Tapi, sesungguhnya tidak. Kita berhasil buktikan hasilnya sekarang. Alhamdulillah kan, kita semua mendapat karunia sebagai keturunan yang beragama Islam. Berkat jasa para wali dan ulama.

Syekh Qardhawi pun menulis buku Fiqh Dakwah (daiyah). Sebuah panduan untuk aktivis-penggerak-pejuang Islam; tentang bagaimana memulai dakwah, bagaimana menjadikan dakwah ini berhasil. Juga, beliau tulis fikih prioritas.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)