Thursday, June 23, 2016

Pelacur yang Melahirkan 10 Anak Jadi Nabi

Rata-rata seseorang bisa menjadi orang besar itu karena orangtuanya. Sebagai imbas dari istiqomah kebaikan dan doa yang tak henti dipanjatkan. Juga tirakat yang tak ringan.
Coba saja cek kiai dan orang-orang hebat di sekitar Anda. Teliti siapa orangtua, mbahnya atau kakeknya. Rata-rata mesti punya keistimewaan atau jasa besar di masyarakat. Yang efeknya baru dirasakan oleh sang anak.
Jarang sekali ada orang hebat yang lahir dari keturunan biasa-biasa saja.
Kecuali kalau mendapat fadhal dari Allah.
~~~
Seperti kisah seorang pelacur yang punya 10 anak; nabi semua!!!
Pelacur muda nan cantik.
Setiap hari "memajang" dirinya di depan rumah. Dengan pakaian minim dan tubuh aduhai.
Setiap lelaki yang lewat depan rumahnya dan melihat si pelacur, pasti ingin ikut mencoba.
Walau tarifnya mahal, pelacur itu amat laris. Puluhan orang antre setiap hari demi mendapatkan servis singkatnya.
Tarifnya 10 dinar.
Kalau dirupiahkan zaman sekarang, lebih dari 20 juta untuk sekali pakai.
Suatu hari, ada seorang pemuda ahli ibadah. Rupanya ia tergoda pula dengan kemolekan sang pelacur. Ingin ikut mencoba.
Demi memenuhi tarif yang mahal, si pemuda menjual barang-barang yang dimilikinya. Setelah cukup uang, si pemuda ikut antre.
Saat tiba giliran, si pemuda masuk kamar. Begitu melihat perempuan pelacur, tubuhnya mendadak gemetar. Dadanya bergemuruh. Kepalanya berkunang-kunang. Ia pingsan.
Ketika sadar, perempuan pelacur bertanya pada si pemuda.
"Kenapa engkau pingsan hanya karena melihatku?"
"Aku takut pada Allah."
Dada perempuan pelacur bergemuruh.
Kepalanya pening. Detak jantungnya berdenyut lebih cepat.
Dia ikut tak sadarkan diri.
Sejak hari itu, si pelacur tobat.
Dia menutup praktiknya.
Untuk menyempurnakan tobatnya, dia mencari pemuda itu. Berniat menjadi istrinya.
Malam pertama keduanya di kamar, kembali si pemuda tak kuasa melihat kecantikan istri barunya.
Ia kembali pingsan. Tak sadarkan diri.
Hingga akhirnya mati.
Perempuan pelacur lalu menikah dengan saudara laki2 sang pemuda. Seorang ustadz yang miskin papa. Tapi, demi memenuhi hasrat bertobat, ia rela menikah dengan sang ustadz.
Bertahun-tahun mereka menikah tanpa dikaruniai anak. Pun hidup dalam kemelaratan. Hingga akhirnya proses tobat pelacur itu mencapai sempurna.
Allah memberikan karunia anak-anak yang semuanya menjadi nabi. 10 anak lahir dari rahim ibu mantan seorang pelacur.
Kalau bukan karena fadhal Allah, tak akan ada yang bisa seperti itu.
*cerita dari Kiai Jamal Jombang. Ngaji Kitab Hikam
Kantor MA Tabah
(Nunggu antrean print raport)
23 Juni 2016
@mskholid
@ruanginstalasi

Saturday, June 11, 2016

Urusi Ibadahmu, Jangan Tengok2 Orang Lain

Ada dua pilihan bagi seseorang untuk biar tidak merasa lemah-rendah dibanding orang lain.

Pertama,
Meningkatkan kualitas diri.
Memperbanyak prestasi diri.
Bekerja lebih giat dan keras.
Memberikan kontribusi yang lebih banyak dan baik dibanding orang lain.

Kedua,
Dengan cara meremehkan orang lain.
Merendahkan kinerja dan hasil kerja orang lain.
(Menghibur diri--atas keterbatasan pribadi).

Cara pertama amat baik.

Contoh, dalam dunia komik ada tokoh pemain basket Hanamichi Sakuragi. Ia melewati 150 x lemparan bola setiap hari demi meningkatkan kualitas lemparan ke keranjang.

Bila ada lemparan yang gagal, ia akan menghitung lemparan hari itu mulai dari awal.

Di dunia sepakbola, ada Pemain terbaik Christiano Ronaldo. Dengan kemampuan terbaik yang dimiliki, ia punya kebiasaan yang membuatnya terus di jajaran atas pemain top dunia.

Ia datang latihan paling awal.
Ketika jam latihan berakhir, ia tidak langsung pulang. Tapi, menambah jam latihan sendiri.

Cara kedua amat buruk.
Anehnya, cara kedua ini ternyata banyak juga dilakukan oleh orang2 yang sedang proses mendalami agamanya.

Mereka menggunakan cara ini agar merasa lebih baik dari orang lain. Agar merasa tidak lebih rendah dibanding orang2 yang ibadahnya lebih lama. Atau yang belajar agamanya lebih lama.

Contoh cara kedua;

~ Mending saya ibadah sedikit, asal sesuai sunnah Rasul. Daripada dia yang ibadah banyak, tp mardud (tertolak).
Mending saya, dari pada dia yang merasa beribadah, padahal perbuatannya (bidah) itu lebih buruk dibanding maksiat.

~ Mending saya, sedekah kotak masjid 1000 perak asalkan ikhlas. Daripada pak haji itu yg sedekah 1 juta, tp riya gara2 diumumkan di masjid lewat speaker.

~ Mending saya, baca shalawat cukup sedikit saja kalau pas ingat. Yang penting ikhlas dan sesuai tuntunan Rosul.
Daripada dia, baca shalawat teriak2 tiap malam jumat. Baca shalawatnya gak dicontohkan Nabi .
Kasian, sudah capek2 tiap malam jumat shalawatan, ternyata gak bernilai ibadah.

~ Mending saya, 8 rakaat yang penting khusuk. Daripada dia 20 rakaat kayak dikejar Rossi. Balapan kok di mesjid? Ya di sirkuit , bareng Rossi.

Itu contoh2 menghibur diri lewat "penyakit" mending.

Ada pula yg lewat meremehkan dan meragukan ibadah orang lain.

~ Masak sih habib A itu bisa shalat sunnah semalam 100 rakaat? Ngaco banget tuh habib.

~ Masak sih imam Syafii khatam Quran dalam bulan Ramadhan sebanyak 60 x? Gmn cara bacanya? Gmn tajwidnya ya?

Cara kedua ini tidak layak diikuti.
Buang jauh-jauh. Kalau dalam istilah pelatihan motivasi, itu ciri orang .... ???

~~~

Dalam pembahasan soal ikhlas, di kelas saya selalu tekankan pada murid-murid contoh ilustrasi berikut:

- Orang sedekah 1000, ikhlasnya 100%, dapetnya berapa?
Ya cuma 1.000 doang kan?

- Nah, orang sedekah 1 juta, ikhlasnya 10% saja, berapa dapatnya?
100 rebu Broooo...

Tetap banyak yg sedekah banyak toh?
Yang 900 rb, hilang gak apa2 tho. Kan lumayan masih dapat 1000 rebu.

Friday, April 29, 2016

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Mencari Keberkahan Hidup



Khotbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
.
Hadirin, jamaah Jum’at rahimakumullah
Wonten eng kesempatan meniko, khatib mengajak diri pribadi lan mugi-mugi berkenan dumateng jamaah sedoyo. Anggen kitho netepi taqwa dumateng Allah SWT, dengan sebenar-benarnya takwa. Yakni dengan cara sekuat tenaga ngelampahi sedoyo perintahipun Gusti Allah lan nilar sedoyo larangane pun Allah. Amergi, mboten wonten bekal kangge mati, ingkang luweh ageng ngungkuli bekal berupa taqwa kepada Allah SWT.
Hadirin, jamaah Jum’at ingkang dimuliakan Allah

Gesang kulo sedoyo ing dunyo meniko, selain bertujuan mencari ridho Allah, juga mados keberkahan ingkang sak katah-katahipun. Keberkahan
-lah ingkang dados sebab gesang kulo lan panjenengan menjadi bahagia. Wonten ing pesantren, bolak-balik poro kiai, poro guru, selalu mengingatkan kita akan pentingnya mencari berkah. Mondok, mboten sekedar mados kepintaran. Lan mboten sekedar mados rangking setunggal. Sebab, kathah tiyang pinter, namun mboten berkah. Akibatnya, pinter minteri wong. Ilmu lan kepintaranipun menjadi malapetaka bagi dirinya, keluarga lan masyarakat.

Saturday, April 23, 2016

Antara Akhi, Kang, Bro dan Saudara

Antara Akhi, Kang, Bro dan Saudara

Panggilan akrab antar santri itu "Kang". Pak Kiai, saat memanggil santrinya yang senior juga pakai kata "Kang" ini.

Kang (mungkin) singkatan dari Kangmas. Sebuah panggilan ala Jawa untuk seorang kakak atau orang yang dinilai lebih senior.

Akhir-akhir ini, saya juga menemukan kata panggilan akrab menggunakan kata:
"Akh..." (singkatan Akhi)
"Ukh..." (singkatan Ukhti)
"Bro..." (singkatan Brother)
"Sis..." (singkatan Sister).

Lalu,
Manakah yang lebih sunnah di antara semua kata panggilan itu?

Apakah Akhi dan Ukhti, karena ia pakai kata berbahasa Arab? (Yang merupakan bahasanya Kanjeng Nabi saw.)

Ataukah Kang, yang lebih sunnah karena konteks situasi muslim di nusantara.
Atau pula Bro dan Sis, yang lebih sunnah bagi muslim Barat berbahasa Inggris?

Perlu dipahami bersama adalah bahwa;

Yang sunnah itu sesungguhnya bukanlah memakai kata apa yg kita gunakan. Arab, Jawa, Batak, Papua, Barat, China, dll.

Tapi, bentuk penghormatan dan pemuliaan kita terhadap sesama lah yang menjadikan panggilan itu bernilai sunnah (dalam arti fikih maupun dalam pengertian ittiba' sunnah).

Maka, setiap orang harus bisa menempatkan diri. Ia sedang bicara dengan siapa. Sedang komunikasi dengan saudara muslim dari mana?

Kalau komunikasi dengan teman2 santri NU, panggilan "Kang" lebih diterima dan mengakrabkan.

Kalau bicara sama teman2 dari PKS, panggilan "Akhi" dan "Ukhti" akan lebih mendekatkan ruhiyah anda bersama mereka.

Begitu pula, kasusnya ketika anda keluar negeri dan bertemu muslim dari Amerika. Memakai panggilan "My Brother" akan mengeratkan tali persaudaraan walau tak pernah kenal sebelumnya.

Yang jadi masalah adalah;
Anggapan bahwa seseorang belum dianggap telah "berhijrah" atau "berislam kaffah", kalau belum pakai panggilan tertentu dalam kesehariannya.

Kata seperti ini, berlaku pula pada contoh kata lain seperti:
Antum, Ente, Sampean, Jenengan, Anda, dll.
Tidak serta merta yang berbahasa Arab menjadi lebih nyunnah dan lebih kaffah daripada yang tidak berbahasa Arab.

Wallahu a'lam

Babat, 23 April 2016
@ruanginstalasi
@mskholid

Thursday, April 21, 2016

Shalawatan di Base Camp Malam Jumat

Tradisi Solawat, dzibaan dan doa bersama sudah selayaknya kita lestarikan secara istiqomah serta mengharap syafaat baginda Rosulallah SAW.

Mengundang  saudara sedulur semua dlm kegiatan Dzibaan di bescem Wasiat.

Malam ini

Kamis, 21 April 2016
Pukul 19:30 (ba'da isya).

Semoga apa yg kita lakukan senantiasa mendapatkan Ridlo-Nya.

Wednesday, April 20, 2016

Inspirasi Menulis Indah Lewat Tulisan Guru

Inspirasi Menulis Indah Lewat Tulisan Guru

Menulis tentang hal ini, saya sulit membahasakan pengertian tulisan yang saya maksudkan.
Kalau dalam bahasa Arab, mudah sekali. Untuk menunjukkan pengertian tentang indahnya tulisan (huruf-huruf) kita menggunakan kata khat.

Namun, di bahasa Indonesia, sepertinya tetap pakai kata tulisan.
Padahal, kata indahnya tulisan bisa bermakna indahnya susunan kalimat dan kata-kata yang dirangkai penulis.
Bisa juga bermakna indahnya goresan dan lengkok2 hurufnya.

Nah, yang dimaksud dalam tulisan ini adalah makna kedua.

Saya teringat dengan nasihat Romo Kiai Faqih Langitan; tentang tulisan guru.
Seorang guru ketika mengajar harus memberi contoh dengan tulisan (khat) yg indah di papan.
Sebab, murid akan meniru gaya tulisan gurunya.

Bila tulisan guru di papan bagus, minimal tulisan muridnya juga sedikit di bawahnya. Mereka ikut niru gaya menulis yang indah itu.

Sebagaimana pepatah; Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari.

Lha, sebaliknya, jika tulisan gurunya saja hampir tidak bisa dibaca, apalagi tulisan muridnya.
Bisa jadi, murid yang sebelumnya biasa nulis bagus, gara2 melihat tulisan guru yang berombak naik turun, jadi ikut-ikutan jelek.

Di daftar guru sekolah, saya ingat beberapa nama guru yang tulisannya di papan, amat memesona.
Ada Kiai Sjafi Ali (khat arab dan latinnya sama2 wow), Pak Amin (guru Bhs Indonesia, Aisy Ilfiyah), Pak K'Amin Tabah (penulis ijazah), ada pula Almarhum Bapak Ahmad Fadlol.
*kalau punya referensi nama lain yang diingat, tuliskan di komentar ya. Nanti saya edit.

Guru-guru yang punya tulisan bagus, minimal telah memberi kesan & inpirasi pada murid-muridnya lewat indahnya tulisan itu. Sehingga mereka tergerak untuk terus menerus memperbaiki Khat nya.

Sebagai guru muda, saya sendiri sangat ingin bisa menulis yang bagus di papan. Tapi tulisan/khat indah itu ternyata membutuhkan kesabaran ekstra. Harus sedikit lebih pelan dan hati2. Jauh lebih mudah pakai khat gaya latin yang bersambung. Asal bisa dibaca. Hehehe

Apalagi, sudah zamannya teknologi, yang karenanya kita hampir tidak pernah menggunakan pulpen atau kapur untuk menulis. Semua sudah tergantikan oleh tuts komputer dan keyboard laptop.

Dengan komputer pula, semua orang bahkan bisa dengan mudah menghasilkan khat/tulisan seperti tulisan Alquran. Bisa punya kualitas font beribu macam ragamnya.

Maka, aktivitas menulis indah pada zaman sekarang adalah hal istimewa menurut saya.
Guru yang terus istiqomah menulis indah pun bisa disebut sebagai guru yang istimewa.

~~~

Babat, 20 April 2016
@mskholid @ruanginstalasi

Friday, April 15, 2016

Tembelek Lanthung Atasi Wong Ngoceh2

Tembelek Lanthung, Mengatasi Orang "Ngoceh-ngoceh"
Sebenarnya saran ini sudah pernah saya dengarkan berulang kali lewat ceramah Almukarram Kiai Abd. Ghofur. Namun, baru sempat saya tuliskan.
Bila ada orang yang ngoceh-ngoceh gak karuwan, jangan dituruti. Sebab, kalau dituruti, akan makin menjadi-jadi polahnya.
Misalnya,
Hari ini ngoceh minta pulang. Minta diantar ke sebuah pohon besar di pinggir desa.
Jika dituruti, ngocehnya berhenti.
Maka,
Pasti besok lagi dia ngoceh lagi minta diantar ke kuburan.
Jika dituruti, ngocehnya berhenti lagi.
Pasti,
Besok lagi ngoceh juga.
Entah minta diantar ke mana lagi?
Asal gak minta diantar ke rumah Pak Lurah. Nanti, orang2 akan nuduh Pak Lurah punya peregangan.
Itu cara setan untuk mengadu domba manusia. Cara setan agar manusia saling membenci, dan tidak rukun.
Lha terus gimana caranya, Kiai?
Kiai Ghofur punya jawabnya.
"Suapin saja dengan tembelek Lanthung. Dan toletkan di hidungnya. Pasti warassss...!!!"
Hahaha...
Saya tertawa saat mendengar solusi mudah ini. Tembelek Lanthung memang terkenal paling berbau. Paling gak enak basinnya. :-D
Apabila setelah ditolet tembelek lanthung kok masih ngoceh, kata beliau, ancam saja.
"Kalau masih ngoceh, saya ceburkan ke jamban kapok kau...!!!"
Jumat Barokah
Perbanyak Shalawat Nabi
Babat, 15 April 2016
@mskholid
@ruanginstalasi

Tuesday, April 12, 2016

Hina Nabi, Bencana Paceklik 7 Tahun

Dulu, ada suku yang amaaat benci pada Baginda Rasulullah saw. Suku Muhdhor, namanya.
Saking bencinya, mereka mengolok-olok Baginda dengan kalimat yang menyakitkan.
Keceplosan,
Baginda Rasulullah saw berdoa untuk mereka:
"Ya Allah, jadikan tahun-tahun suku itu seperti tahun-tahun kaumnya Nabi Yusuf as."
Maka, Bani Muhdhor pun mengalami masa paceklik yang panjang. Tujuh tahun gagal panen. Tujuh tahun tanaman tidak berbuah. Hujan tak jua turun. Hewan2 ternak kurus dan kelaparan. Mereka hidup dalam keputusasaan.
Seperti yang terjadi pada kaumnya Nabi Yusuf as ketika itu.
Setelah sekian lama, sang ketua suku sadar akan kesalahannya. Ia tergerak untuk meminta maaf pada Baginda Rasulullah saw.
Dia bersama rombongan sesepuh Bani Muhdhor menghadap Baginda Nabi saw. Meminta maaf atas kesalahan dan memohon doa agar terbebas dari paceklik yang menimpa bertahun-tahun itu.
Rasulullah saw langsung menerima permintaan maaf mereka dan mendoakan untuk suku Muhdhor.
Seketika itu, hujan deras mengguyur wilayah mereka. Dan, bebaslah kaum itu dari cengkeraman musim paceklik berkepanjangan.
Mereka lalu berombongan masuk Islam semua.
Seorang penyair kenamaan bernama Labid bin Rabiah melukiskan kejadian ini lewat sebuah syair indah.

Friday, April 8, 2016

Keahlian Mengolah Besi, Antara Harga Ribuan dan Jutaan

Mengolah Besi
Beberapa waktu lalu, saya mengantar Adek ke toko pancing. Beli seperangkat alat pancing dan kailnya.

Harga sebuah kail pancing dari besi itu Rp.300 rupiah. Itu berarti, 1500 dapat 5 pcs kail. Saya timang-timang, beratnya paling sekitar 1 gram saja.
Saya jadi teringat dengan tetangga desa yang pengepul besi tua. Pernah saya tanyakan, harga jual besi tua per kg berkisar 3000 - 5000.

Kalau dihitung-hitung, 1 kg besi yang harganya 5.000 rupiah itu bisa dapat ratusan atau bahkan ribuan kail pancing.
Saya melirik arloji saya.
Lha, ini dalemannya juga dari besi nich, gumam saya.
Andaikan arloji saya ini merk terkenal dari Swiss yg harganya puluhan juta, bisa jadi besi yang 1 gram di dalamnya bernilai jutaan pula.
Bahkan, andaikan besi itu diolah jadi barang yang sama bentuknya, harganya pun bisa berbeda.

Contohnya,
Besi yang dibuat jadi keris oleh Empu Gandring, andaikan zaman sekarang masih ada, pasti harganya tak terkira.

Besi yang dibuat jadi pedang, pun harganya bisa berbeda. Pedang samurai akan jauh lebih mahal dibanding pedang aksesoris.
Begitu pula dengan besi yang sama2 dibuat jadi sabit. Atau, sama2 celuritnya.
Podo celurit e. Tapi hargane iso bedho.

Saya lalu menengok pada diri sendiri.
Oh iya, kita bisa meningkatkan nilai jual diri dengan mengolah diri kita. Yakni dengan cara bagaimana meningkatkan nilai manfaat bagi orang sekitar.

RSML, 08 April 2016

Wednesday, April 6, 2016

Istiqomah Khataman di Masjid Tiap Jumat, Sunnah

" من ختم القرآن ، فله دعاء مستجاب "
رواه الطبراني

Membaca hadits di atas malam ini, saya teringat dengan tradisi di masjid kampung. Setiap hari Jumat mereka menggelar Khataman Quran. Dimulai setelah jamaah Subuh, hingga setelah Ashar.

Para jamaah bergiliran membaca ayat-ayat Alquran. Biasanya 1 surat, 1 juz, atau 1 maqra', tergantung situasi.
Sementara jamaah lainnya menunggu giliran membaca sambil menyimak bacaan temannya.

Begitu seterusnya aktivitas ini berlangsung hingga 30 juz dikhatamkan.

Setelah khatam, dilanjutkan dengan doa Khatmil Quran dan doa-doa kebaikan lainnya.
Dilanjut makan-makan.

Begitulah tradisi yang sampai hari ini terus dipelihara oleh kalangan muslim di kampung (saya).

~~~

Biasanya dari kalangan tertentu akan mempertanyakan; adakah amaliah ini sunnah?
Adakah dilakukan pada zaman Rasulullah saw?

Kalau kita cek di kitab hadis, saya sendiri tidak yakin ada kebiasan yg persis seperti itu di hari jumat pada zaman Baginda Nabi. Lha wong Quran saja belum dibukukan kok. Mana bisa mereka membaca Alquran?

Lha, terus kebiasaan itu sunnah apa tidak?

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menegaskan bahwa apabila sekelompok orang melakukan tadarus (mengaji, mempelajari, mengkaji) Alquran di masjid, maka malaikat akan menyelimutkan barokah, rahmat, utk mereka.

Itu artinya, mereka yg istiqomah tadarus tiap jumat, masuk dalam apa yg disebut Rasulullah saw. di atas.

Pasti timbul pertanyaan lagi.
Tapi, kenapa harus hari Jumat?
Kok gak hari lainnya.

Jawabnya, karena ada sekian banyak hadits yang menyebutkan keutamaan hari Jumat dibanding hari lainnya.
Malah, ada sebuah waktu sepanjang hari Jumat itu. Dimana siapa yang berdoa dan pas dengan waktu tersebut, pasti akan terkabul hajatnya.

Sunnah lagi tho??? :)

Kembali ke hadits paling atas.
Saya husnudhon; bisa jadi Allah memberikan barokah, ketentraman, dan kemakmuran pada sebuah desa karena keistiqomahan mereka khataman Quran setiap seminggu sekali.

Bukankah setiap orang yang khatam Quran punya "jatah" doa mustajab?

Babat, 06 April 2016
@mskholid
@ruanginstalasi

Istri Hobi Masak, Suami Hobi Makan Serial Pasangan Cocok [2]

Istri Hobi Masak, Suami Hobi Makan
Serial Pasangan Cocok [2]

Alhamdulillah, saya mendapat pasangan hidup yang benar-benar klop dan cocok. Sesuai dengan saya.
Istri saya, adalah seorang cheff terhebat di dapur rumah kami.
Ia suka bereksperiment aneka jenis makanan.
Bahkan, tiap hari bacaannya blog resep dan masakan.

Kerap kali, di pagi hari, ia akan bertanya;
"Minta dimasakin menu apa, sayang?"
"Apa saja," jawab saya sekenanya.
Ya, sebab semuanya pasti enak dan lezat.

Namun,
Ada satu kelemahan istri saya ini.
Walaupun gemar sekali memasak--enak & lezat,
Dia gak suka makan.
Dia bukan tipe orang yang lahap menyantap makanan.

Seringkali masakan yang sudah jadi, dibiarkannya di meja tanpa tersentuh. Baru ketika benar-benar lapar, akan dimakannya.

Nah,
Di sinilah letak kecocokan saya dengan istri.
Saya tipe orang yang lahap makan.
Tipe orang yang menikmati setiap makanan.

Terkadang saat mendapati makanan tidak enak, saya tidak lantas mencaci makanan itu. Yang saya lakukan hanyalah berusaha agar makanan itu segera habis. Niatnya, sekadar biar tidak mubadzir dan memenuhi hak tubuh terhadap makanan.

Bahkan,
Ibu dan saudara-saudara saya, kerap kali ikut tumbuh nafsu makannya gara-gara melihat saya yang amat lahap menyantap makanan. Padahal, menunya biasa saja.

Jadinya, mereka yang awalnya ogah makan, jadi terdorong pengen ikut makan.

Babat, 06 April 2016
@ruanginstalasi
@mskholid

Serial Pasangan yang Cocok [1]

Serial Pasangan yang Cocok [1]

اللهم ارزقني زوجة تناسبني
"Ya Allah, anugerahkan kepadaku istri yang sesuai denganku."

Serial tulisan ini terinspirasi dari salah seorang ustadz saya. Musyrif yang rela menempati kamar sempit bergabung satu asrama bersama para muridnya.

Sekitar 14 tahun lalu, ketika itu saya duduk di kelas akhir madrasah aliyah. 1 atau 2 bulan lagi lulus dari tingkat SMA ini.

Mungkin sebagai bekal kami sebelum lulus,
Salah seorang guru kami, mengajarkan doa tersebut.
Semenjak itu, seusai shalat saya tak pernah lupa menyelipkan doa ini dalam tengadah tangan.

Doa itu berbeda dengan doa istikharah anak zaman sekarang yang terkesan memaksa Allah.
Bagaimana tidak, lha coba simak saja doanya.

"Ya Allah, apabila ia jodohku, maka dekatkanlah denganku.
Apabila ia bukan jodohku, maka jadikanlah ia jodohku, Ya Allah...
Dan, jika dia baik bagiku, segerakanlah ia menjadi pasanganku.
Dan, jika dia tidak baik bagiku, jadikanlah ia baik bagiku."

Kesannya memaksa sekali.
Ketika sudah punya pandangan terhadap seseorang, seakan-akan harus dia yang jadi pasangan anda.
Padahal, belum tentu menurut Allah dia yang terbaik.

Pasangan yang cocok dan serasi itu saling melengkapi.
Saling meng-klop-kan.
Jadi, suami istri tidak mesti sama dalam suatu hal.
Bahkan bisa jadi, harus ada banyak perbedaan.
Karakter, misalnya.

Nah, guru saya itu mengajarkan doa rejeki pasangan yang cocok. Bukan pasangan dengan kriteria tertentu. Bukan doa dengan nama khusus; si A, si B, si C. Bukan pasangan yang cantik/tampan. Bukan pasangan yang kaya. Bukan pasangan pintar. dan lain sebagainya.
Tapi pasangan yang cocok.

Keluarga adalah laiknya sebuah perusahaan.
Ia punya visi, misi, dan tujuan tertentu.
Untuk mencapai tujuan2 tersebut, kita butuh orang-ornag yang benar-benar cocok dan klop bekerja sama.

Kalau pinjam bahasanya Pak SBY dulu (pas proses memilih menteri) yang chemistry-nya pas.

Nah, bila dalam team di perusahaan tidak ada kecocokan dan rasa saling membutuhkan antaranggota, bisakah tujuan-tujuan itu tercapai?

Babat, 06 April 2016

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)