Tuesday, June 30, 2015

Kiai Baqir, Tarawih Cepet, Shalat Sendirian Jangan Tanya

Ribut-ribut soal tarawih cepat. Saya teringat dengan almarhum Kiai Baqir, kiai kami di Pesantren Tabah Lamongan.
---------
Saat menjadi imam tarawih kami di pondok, beliau termasuk kategori cepat. Jika dibanding dengan tarawih di masjid-masjid tertentu--yang bahkan bisa khatam 1 juz semalam.
Ya, tarawih dengan imam beliau lamanya sekira 40 - 50 menit. Maklum, bacaannya seputar surat At-Takatsur sampai An-Naas.
Meski terbilang cepat, saya berani jamin, semua shalat kami thuma'ninah. Ini karena, saya ingat-ingat, saya masih sempat membaca tasbih 3x saat ruku' dan sujud. Pun halnya saat i'tidal dan duduk di antara sujud. Masih bisa baca lengkap doanya.
Khusuk apa tidak?
Saya kira bukan tema di sini.
Sebab, itu erat hubungannya dengan individu-individu jamaah.
Atau silakan ikut pelatihan shalat khusuk dulu... hehehe...
--------
Saya mengenal beberapa orang tokoh yang amat rajin tahajud. Bangun tengah malam, shalat sendirian dengan ruku dan sujud panjang.
Namun, seperti halnya Kiai Baqir (Allah yarhamhu), beliau-beliau itu akan meringkas shalatnya kala menjadi imam tarawih di masjid kampungnya.
Saat masih di pondok, saya ingat Kiai Baqir tiap malam selalu keluar dari dalemnya. Sekitar jam 2 malam. Menuju musholla pondok, lalu shalat sendirian di mihrab.
Saya pernah "iseng" ikut makmum di belakang Kiai. Wuihhh, lama berdirinya jangan ditanya. Saking lamanya, setelah Fatihah saya sampai kehabisan surat yang saya baca.
Begitu pula saat ruku', lamanya kira2 sepanjang berdirinya. Entah berapa ratus tasbih yang saya baca ketika itu.
Saat sujud apalagi, lebih laaaaama lagi. Andai sujudnya di karpet keras, mungkin bisa gosong beneran nih jidat.
Saya bahkan tak lagi peduli, berapa lama beliau shalat untuk dua rakaat saja. Mungkin setengah jam lebih utk 2 rakaat itu.
Ketika selesai, beliau masih pula baca zikir dan wirid yang panjang.
Perlahan, saya mundur ke belakang. Balik kandang dan bersiap sahur. Selesai shalat, waktu sahur tersisa sekira 30 menitan kala itu.
Kami rindu padamu, wahai murabbi kami...
اللهم اجعل قبره روضة من رياض الجنة
Cc:
Ibu Aniqoh Aba Zahla Lu'Lu' Bariroh Baqir Nila Huda Baqir
Cc:
Muh Ulinnuha Husnan
Masyhari Masyhari : mungkin punya pengalaman berbeda
Sunan Drajat, 30 Juni 2015
#Ngopi Monas

Thursday, June 18, 2015

Puasa dengan Kualitas Lebih

Pahala yang diperoleh itu berbanding lurus dengan ujian dan godaan yang dihadapi.
Karena itu,
- Puasa di saudi dengan tingkat panas teramat tinggi, bisa meningkatkan pahala.
- Puasa di eropa (mana itu yang masa siangnya lebih panjang dari malamnya) lebih potensi berpahala lebih besar.
- Puasa di Amerika sana, di negeri minoritas muslim, pun punya potensi pahala lebih besar.
- Pun, Puasa di negeri kita. Andai di lingkungan kita teramat banyak yang berjualan di siang bolong. Sementara kita tetap tahan menahan godaan.
Maka, saya merasakan puasa di kampung halaman jauh lebih mudah daripada di ibukota.
- Memaafkan Lebih Dulu orang yang bersalah sebelum dia minta maaf itu lebih keren daripada memaafkan setelah dia datang merengek2 sambil bawa sekeranjang hadiah.
- Menjadi orang shalih di lingkungan pondok, biasa. Tapi menjadi shalih saat anda hidup di jalanan, di terminal, atau di stasiun2.
- Bersedekah 10.000 saat duit anda tersisa 20.000 adalah lebih mulia daripada sedekah 50.000, sementara di dompet anda 1 juta.
Silakan lanjutkan bagi yan punya contoh lainnya....
Sukodadi, 17 Juni 2015
Khaled
Barra Kids Wear
GL Konveksi
Produsen aneka kaos dan seragam sekolah atau TPQ
7ED7A5A4
085646252020

Sunday, June 14, 2015

بلغوا عني ولو آية

Kalau umat butuh teladan dan panutan, saya kira umat sudah tau kepada siapa harus mengambil teladan.

Dan, sayangnya, tak banyak masyayikh, guru2 kita, yang menempati maqam panutan itu rutin menulis dan berbagi untuk kita semua.

Kalau saya belum layak bermaqam sebagai panutan dan teladan. Makanya, saya ambil peran di sini.
Peran penyeimbang informasi keagamaan yang beredar di dunia maya, khususnya. Kebetulan mampunya juga baru disini.

Judul tulisan ini memang menyuruh kita menyampaikan informasi risalah Islam walau satu ayat. Itu bukan berarti kita disuruh menyampaikan dan menghakimi orang lain dengan bekal satu ayat tersebut. Atau satu hadis yang kita dengar.

Tidak serta merta kita berhak menempati maqam mufti, tukang halal haram, stempel bidah sunnah, hanya dengan bekal satu ayat atau hadis itu.

Apalagi yang ditunjuk2 vonis bidah itu saudara2 anda yang mengikuti para ulama, kiai, imam syafii, dll. Sementara ilmu yang diperoleh cuma berbekal dari pengajian rutin mingguan yang baru diikuti beberapa bulan lalu.

Tak boleh lah begitu...
Apalagi merasa paling benar dan shalih. Padahal, meskipun amalan kita sudah sesuai dengan aturan syariat belum tentu diterima oleh Allah swt. Belum tentu pula tidak hangus karena takabur dan ujub. Belum tentu pula tidak muflis kelak di akhirat.

Judul tulisan di atas, adalah mendorong kita untuk selalu menebarkan risalah agama ini. Di mana pun ada peluang dan kesempatan. Seluas atau sekecil apapun waktu yang tersedia.

Artinya, kalau kita seorang pengusaha yang super sibuk, dan lulusan pondok dengan keilmuan mumpuni, usahakan ada waktu untuk mengajar ilmu agama. Usahakan ikut mengajar sekolah atau kajian di musholla dekat rumah walau seminggu sekali atau sebulan sekali.
Itu maksudnya.

Bukan baru tau satu ayat langsung berlagak paling pintar dan top. Berani menghakimi orang lain dan menuduh sesat.

Wallahu a'lam...

Babat, 14 Juni 2015
GL Konveksi
Produksi aneka kaos dan seragam sekolah.
"Kualitas Profesional, Harga Sahabat"

Saturday, June 13, 2015

Jangan Sampai Jadi Orang Muflis

Kalau umat butuh teladan dan panutan, saya kira umat sudah tau kepada siapa harus mengambil teladan.

Dan, sayangnya, tak banyak masyayikh, guru2 kita, yang menempati maqam panutan itu rutin menulis dan berbagi untuk kita semua.

Kalau saya belum layak bermaqam sebagai panutan dan teladan. Makanya, saya ambil peran di sini.

Peran penyeimbang informasi keagamaan yang beredar di dunia maya, khususnya. Kebetulan mampunya juga baru disini. Mau ceramah di tv atau kajian-kajian rutin juga gak ada yang ngundang. Hehehe...

Dalam hati yang paling dalam, saya kasihan dengan saudara2 kita yang sibuk dengan aneka tuduhan bidah dan sesat. Saya kuatir beliau2 yang amal shalihnya banyak itu jadi muflis gara2 dituntut kelak di akhirat.

----------

Sabda Rasulullah saw:
"Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?"
Para sahabat menjawab, "Orang yang merugi dalam perdagangannya."
"Bukan," sabda Rasulullah.
"Orang muflis itu, orang yang dunia amal shalihnya amat banyak.
Tapi, kelak di akhirat, kala proses penimbangan amal, seorang temannya datang.
Meminta keadilan pada Allah.
- Wahai Allah, si M ini dulu di dunia sering ngatakan saya sesat Gusti. Saya minta keadilan sekarang Gusti
- Lha, terus maumu apa?
- Saya minta bagian pahalanya 1 tahun.
- Oke. Ambillah...
Lalu datang lagi temannya yang lain
- Gusti, saya minta keadilan. Si M ini dulu sering ceramah di masjid nya bahwa baca Yasin malam jumat itu bidah dan sesat.
- Maumu apa?
- Saya minta pahalanya si M dua tahun.
- Oke. Ambillah...

Begitu seterusnya. Sampai pahala Pak M habis tak tersisa.
Ternyata, masih ada pula tetangganya yang datang menuntut keadilan.
- Gusti, Pak M ini dulu sering ngajak teman2nya bubarkan majelis istighotsah kami. Sekarang saya minta keadilan.
- Maumu apa?
- Saya minta pahalanya 5 tahun gusti.
- Lha, gimana. Pahalanya sudah habis.
- Kalau gitu, biar dosa saya 5 tahun dikasih aja ke dia Gusti.
- Oke. Gak apa2.

Seperti itulah orang muflis. Berbekal amal shalih berjibun, tapi kemudian malah peroleh dosa.

Muflis.
Semoga kita tak temasuk orang2 yang seperti itu.

Kalen Modo, 13 Juni 2015

Khaled
Ruang Instalasi
Barra Wear Kids

Tidak Bergantung pada Amal shalih

Tidak Bergantung pada Amal shalih

Muslim yang lurus itu tidak bergantung pada amal shalihnya. Sebab, Allah tidak memasukkan siapa pun ke surga karena amalnya.

Muslim yang lurus itu beramal shalih sebanyak2nya dengan kualitas terbaiknya, agar Allah berkenan memberikan fadhal dan rahmat-Nya.

Rasulullah sendiri menegaskan tak ada seorang pun yang bisa masuk surga karena amalnya.
Sahabat heran, "Lha Engkau gimana Rasul?"
"Ya, termasuk aku. Andai tidak diselimuti oleh fadhal dan rahmat Allah."
(Aw kama qaala Rasulullah).

---------

Dalam sebuah kitab diceritakan:
Ada seorang lelaki, sebut saja Pak Sholeh, hidup di atas gunung. Ia ber uzlah, menyendiri di sana. Kebutuhan sehari2nya telah tercukupi di atas gunung. Tak pernah ia turun untuk berinteraksi dengan orang lain.

Kesibukan hariannya hanyalah ibadah dan ibadah. Tanpa sekalipun maksiat dan berbuat dosa. Full ikhlas pula.

Seperti itu kesehariannya hingga ajal menjemput.
Saat penimbangan amal, Allah memerintahkan Pak Sholeh ini masuk surga atas Rahmat Allah.

Pak Sholeh protes.
"Tak mau Gusti. Saya mau masuk surga karena amal shalih saya!"

"Kalau begitu, masuk lah ke neraka."

Tambah bingung tuh Pak Sholeh.
Kok malah dimasukkan neraka ya...
Akhirnya dia menuntut untuk dilakukan penghitungan (audit) amal shalihnya.

Dilakukan lah penimbangan.

Nikmat Allah berupa mata, ditimbang dengan semua amal shalihnya seumur hidup. Tak ada banding.

Nikmat Allah pada Pak Sholeh berupa mulut, ditimbang lagi. Tak ada banding pun.

Nikmat Allah berupa tangan, telinga, hidung, alis, kaki, dll, apalagi. Sama sekali tak sebanding dengan amalnya yang sedikit itu.

Akhirnya, Pak Sholeh menyerah.
"Baiklah, perkenankan hamba masuk surga dengan rahmat-Mu, ya Allah..."
Pak Sholeh pun masuk surga.

----------

Itu Pak Sholeh yang amalnya sebanyak itu. Apalagi kita, yang masih suka beribadah karena dilihat masyarakat.

Apalagi yang rajin ibadah, ikhlas, dan mutabaah, tapi rajin pula menjadikan orang lain sakit hati?

Bisa-bisa muflis, bangkrut, kelak.

Babat, 13 Juni 2015

Tentang Kajian-kajian Rutin yang Tak Ada di Zaman Nabi

Kajian Ahad Pagi
Kajian Dhuha
Kajian Malam Ahad
Kajian Bulanan Akidah Lurus
Kajian Rutin Manhaj Salaf
Harusnya bidah dan haram juga, bila menganut analogi dalil mereka.
Samporoso di Silsilatul Ahadits as Shahihah gak ada deh rutinan kajian begitu2.
Jadi, kalau gak ada dan gak pernah dilakukan salafus shalih terus disebut apa?

---------
Amal shalih, kebaikan, gampang sekali terkena virus. Virusnya bahaya pula. Bisa melebur amalan itu seketika. Habis tak tersisa.
Salah satunya ujub "merasa amalnya lebih baik dari orang lain" atau merasa "ibadahnya lebih nyunnah dari yang lain".
Eman kan, sudah banyak2 ibadah, fursanun nahar wa ruhbanul lail" tapi terkena virus ujub, takabur.
Wes... ewes... ewes.... bablassss
Bagai debu di atas batu licin yang terguyur hujan deras.
Babat, 12 Juni 2015

Friday, June 12, 2015

Jangan Cari Istri Cantik

Jangan cari istri karena cantik
Ia akan merasa lebih mulia darimu

Kau akan disibukkan memenuhi kebutuhannya
Bedak, gincu, maskara, eye shadow, pedicure, menicure
Juga aneka pakaian yang tak cukup dibeli di pasar Wage
Minimal ke TePe

Jika kamu jelek
Bisa jadi ia tak mau jalan beriringan denganmu
Lebih suka nembuntut di belakang, seakan ratu yang dikawal
Atau berjalan di
depan, seakan majikan

----------

Jangan cari istri karena kekayaannya
Prinsipmu,
"Walau agak tua, gak apaalah... Yang penting kaya."
Akan sangat merugikanmu

Wanita kaya dengan banyak usaha
Akan menjadikanmu kirim barang ke sana dan kesono
Akan menyuruhmu angkat sono dan sini

Tak akan bisa kau nikmati yang kau bilang kekayaan itu
Jadilah engkau seakan babu

-------

Carilah istri itu karena agamanya
Lebih spesifik, Mbah Kiai Faqih, menyebut:
"Wanita yang bisa membantu lakone agomo. Membantu perjuangan agama."

Bila yang kau suka tidak bisa seperti itu, tinggalkan
Bila kau mencari2, tak juga kau temukan
Maka, hidup membujang itu lebih baik bagimu

Tesan, 12 Juni 2015

Ngopi sambil mengingat2 dawuh (Allah yarhamhu) Mbah Kiai Faqih dalam sebuah pengajian di mp3.

*tulisan di atas disadur dari pesan2 beliau. Dengan modifikasi subyektif dari saya. :)

Tradisi Hari Raya di Arab Saudi, Bidah?

Tradisi Hari Raya di Arab Saudi, Adakah yang Bid'ah?
Bagaimanakah tradisi hari raya idul fitri di Arab Saudi?
Saya jadi pengen mengerti, apalagi membaca berbagai "fatwa" tetangga2 yang menganggap bidah dan sesat berbagai tradisi hari raya di Indonesia.

Kalau saya sebut Arab Saudi, jangan lihat di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Keduanya bukan bahasan. Pasti full ibadah dan ibadah. Semuanya berlomba beribadah dengan kedua masjid paling mulia itu sebagai sentralnya.

Tentu saja,
Yang saya harapkan adalah bagaimana tradisi orang Muslim Arab Saudi saat hari raya.
Tolong yang tinggal di sana bertahun2 bisa memberi kabar pada kami.
Agar kami tahu, apakah yang mereka lakukan juga termasuk bidah-haram, atau malah biasa-biasa saja. Seperti jari2 lainnya, seakan tak terjadi apa-apa.

Kok yang diserang itu Indonesia wae yo?
Saya jadi agak curiga.
Apa karena umat Muslim Indonesia  ini tidak mempan dihasut untuk rame seperti di Afghanistan, Irak, Syuriah, Mesir, dkk?

Thursday, June 11, 2015

Tuduhan Kuburiyyun dan Penyembah Kubur

Tuduhan Kuburiyyun dan Penyembah Kubur

Salah satu ciri khas orang NU adalah ziarah ke makam para wali, ulama, kiai, dan masyayikh mereka.
Motivasinya tak lain adalah mendoakan orang-orang shalih itu, para wali, guru2 kita, syaikh kita yang telah berjasa kepada kita.

Para wali (songo, dkk.) berjasa menjadi perantara islamnya kita. Abad ke 7 atau ke 11 ya (coba cek sejarah). Itu artinya ratusan tahun lampau.

Artinya, zaman itu tidak semudah sekarang. Belum ada pesawat terbang, mobil, atau bahkan helikopter. Tentu saja butuh nyali yang besar dan tekad kuat untuk menyeberang lautan berbulan2 demi berdakwah dan mengajak kita masuk Islam.

Pengorbanan yang amat besar. Gak ada yang ngasih gaji atau uang saku bulanan. Mereka berjuang sendiri.

Juga makam guru2 kami, masyayikh dan ustadz. Kami mendoakan mereka agar dilapangkan kuburnya dan diberikan rahmat seluas2nya oleh Allah swt di alam barzakh.

--------------

Dalam beberapa literatur kelompok sebelah, orang2 yang gemar ziarah itu, disebut قبوريون para pecinta kuburan, atau lebih ekstrim: para penyembah dan peminta2 kubur.

Maka, mereka pun kerap kali posting gambar orang yang bersujud dan "ngelesot" di pinggir makam wali.

Ini yang perlu dijelaskan.
Yang berlaku ghuluw (saya kenal istilah ghuluw juga lho. Alumni Lipia jeee...!), seperti itu hanya satu dua. Hanya mereka-mereka yang awam dan tidak mengerti ajaran agama ini dengan baik. Solusinya, ya bukan diharamkan ziarah, disyirikkan, tapi diberi pengertian, disuruh mengaji #AyoMondok.

Seperti halnya dikalangan teman2 kami tetangga, ada juga beberapa orang yang begitu mudah bilang (klaim) ini haram, sesat, bidah, syirik, kufur, dll.

Saya pikir itu hanya sebagian kecil saja. Yakni mereka (dari kelompok tetangga) yang baru belajar agama, atau yang belum lulus i'dad lipia.
Mereka yang Arbain Nawawiyah saja belum khatam, apalagi Silsilatul Ahadits as-Shahihah dan pasangannya Silsilatul Ahadits ad-Dhaifah, karya muhadditsul ashr *versi mereka* Syaikh Albani.

-------------------

Tentu saja, para masyayikh kami, guru2 kami yang memandu ziarah ke makam wali, saya jamin tak ada satu pun yang sampai sujud2 di depan makam, atau menyembah-nyembah. Tak ada pula yang meminta kepada para wali itu dalam doanya. Tidak pula mengajari jamaahnya seperti itu.

"Mintalah kepada Allah, jangan meminta kepada makhluk"

Itu tulisan peringatan yang lazim kita temukan di makam2 para wali.

Terus, kenapa harus datang ke makamnya? Bukankah sudah cukup mendoakan dari rumah?

Jawabnya, kami sudah amat terbiasa, amat sering berdoa untuk beliau2, hampir 5x sehari, tiap usai shalat. Makanya, perlulah sesekali kami menziarahi malam para wali dan masyayikh kami.

Seperti halnya, kami tiap hari bershalawat kepada Baginda Rasulullah saw hingga ratusan kali. Namun, tetap saja bacaan shalawat itu tak pernah cukup mengobati kerinduan kami pada beliau.

Maka, kami membutuhkan ziarah makam Baginda Rasulullah saw. Membaca shalawat di samping makam Rasulullah, rasanya, benar-benar berbeda dibandingkan saat kami bacakan nun jauh di Tanah Jawa.

-----------

Dalam konteks lain, bagi hidup merantau jauh dari orangtua. Pasti sudah terbiasa mengirimkan uang bulanan untuk bapak-ibunya yang sudah tua. Yang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian beliau.

Namun, apakah cukup bagi kita sebagai anak (atau dari sisi mereka sebagai orangtua) andai kita 3 kali lebaran, 3 kali puasa tak pulang2. Tak pernah mudik menemui orangtuanya. Kayak Bang Toyib.

Kira2 seperti itulah...
Jadi, mulai sekarang lebih baik alihkan prioritas dakwah dan tema dakwah anda, agar Islam ini tak semakin asing.

***Dengar islam asing ini saya jadi tergelitik nulis lagi. Karena, ada yang menafsirkan asingnya Islam di akhir zaman ini adalah dalam bentuk fisik seperti cingkrang, jenggot tak terawat, kepala gundul, dan atau dahi gosong. Lain kali aja ditulis ya...

Wallahu a'lam...
Semoga tulisan2 saya adalah sebuah kebaikan yang bernilai ibadah. Saya bertawassul dengan tulisan2 yang tersebar di blog2 dan Sosmed saya.

رب لا تذرني فردا وأنت خير الوارثين

Beda Istilah "Wiridan" dan "Ma'tsurat"

Beda Istilah "Wiridan" dan "Ma'tsurat"

Kalau di NU sudah sejak lama, puluhan tahun, kami mengenal istilah wiridan. Zikir berisi kalimat2 thoyyibah, tasbih, tahlil, tahmid, dan ayat2 alquran ajaran Rasulullah saw.

Wiridan ini, sejak kecil tak kami ketahui asal usulnya. Tak ada buku yang dicetak dengan nama penyusunnya. Tak ada pula buku dengan nama dan alamat penerbitnya. Semua kami hafal begitu saja, di luar kepala, dari guru2 kami, kiai, ustadz, dan para imam sambil mengamalkannya 5x sehari tiap usai shalat.

Lama2 hafal sendiri. Tentu saja dengan suara keras dan bersama2. Sebagaimana kami hafal Qalbul Quran, surah Yasin, tanpa pernah mengingat kapan kami menghafalnya.

Namun, saat besar, saat sudah bisa membaca kitab kuning sendiri, atau kitab berbahasa Arab, atau Shahih Bukhari Muslim dan kutubut tis'ah lainnya, kami paham, bahwa semua bacaan dalam wiridan itu amat besar pahalanya. Semua atas anjuran Rasulullah saw.

Di sisi lain, teman-teman PKS kami juga punya. Dikenal dengan nama "ma'tsurat". Disusun oleh Imam Hasan Al Banna, ulama dari Mesir.

Ma'tsurat ini amat terkenal di kalangan teman2 kami itu. Bukunya dicetak kecil2 dengan tertulis nama penyusun dan penerbitnya. Rata2 teman-teman kami dari PKS selalu membawa buku kecil ini saat bepergian. Bekal untuk "wiridan" ketika usai shalat.

Disebut ma'tsur karena sesuai dengan maksud artinya yakni bersumber dari dalil2, riwayat dari Rasulullah saw.

Saya coba cek, isinya hampir sama persis dengan wiridan yang sejak puluhan tahun diamalkan warga NU. Hanya, ada beberapa pengurangan dan perubahan urutan bacaan zikir.

------------------

Namun, ternyata. Istilah wiridan dan ma'tsurat ini bisa menimbulkan masalah. Bagi yang baru mengenal agama ini kala di kampus negeri, akan dengan mudah menyebut wiridan tidak sunnah, tidak sesuai dalil yang Shahih. Yang Shahih dan ma'tsur adalah buku Wirid kecil yang mereka bawa.

Lha...?????!!!
#AyoMondok

Ini kan bahaya besar.
Mengancam persatuan umat di tengah keterpurukan. Di kala kita sedang berusaha bangkit dari penindasan, kita justru disibukkan oleh soal2 kecil yang tak berguna.

Yang zikir bareng juga dimasalahkan. Padahal, masalah sebenarnya itu kan pada umat yang tidak mau berzikir. Atau mengingkari bahwa zikir itu sunnah.

Sesungguhnya, saudara2 kami dari kampus2 besar negeri ini amat berpotensi. Modal besar kebangkitan umat, jadi kami berharap NU tidak menjauhi mereka, tidak memusuhi mereka. Hanya karena ketidakmengertian agama, mereka bisa salah kecil. Karena dari tangan merekalah ide2 kreatif kebangkitan umat muncul.

Wallahu a'lam
Ruang Instalasi
Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4

Imam yang Berputar usai Shalat

Imam yang Berputar Usai Shalat

Sore itu saya terpaksa maghrib di jalan. Langsung saja belok di masjid yang sedang kumandangkan adzan Maghrib.

Rupanya, itu masjid kelompok tetangga. Saya tak pernah pedulikan urusan tetangga atau serumah dalam urusan begini.
Asalkan, bekas saya shalat tidak dipel layaknya bekas dijilat anjing saja, masjid itu akan jadi pilihan untuk shalat saya.

Kali ini saya cerita bukan soal masjidnya. Tapi, soal imamnya. Usai shalat, sang imam langsung balik kanan. Putar menghadap jamaah 180 derajat.

Saya terus perhatikan. Bukannya mewirid (baca aneka zikir anjuran), si imam justru sibuk mengedarkan pandangan ke jamaahnya. Seakan menyelidik siapa saja yang ikut jamaah dan yang tidak. Tatapannya tajam, mengawasi siapa yang membaca zikir atau diam saja.

Sementara, mulut si imam malah tertutup rapat. Tak terlihat bergerak-gerak atau bahkan sekadar berbisik zikir.
Malah, dia meludah kecil ke samping kiri. Sepertinya membuang sisa2 selilit makan sore itu. (Wkwkwk. Untuk momen ini saya benar-benar tertawa dalam hati).

Saya dapat melihat dengan jelas tingkah laku si imam karena posisi shaf saya strategis.

-------------------------

Dalam batin, saya bertanya2.
Apakah seperti ini yang disunnahkan Rasulullah ketika usai shalat?

Ketika di sisi lain kelompok tetangga ini mengolok2 warga NU yang wiridan usai shalat dengan suara keras dan bareng2, dia menawarkan "sunnah" yang dibatin dalam hati gitu?

Ataukah motivasi agar berbeda dengan tetangganya saja yang begitu dominan sehingga ia tak mau sekadar membaca wirid seperti yang dibaca warga NU--walau dengan suara lirih, misalnya.

-------------------------------

Di sisi lain, saya sudah mulai kuatir dengan kebiasaan warga NU kami. Dimana mereka mulai ketularan virus "lamcing" ini. Habis shalat kencing (eh, bukan. Plencing-kabur). Rata2 tak sampai 1 menit sudah bangkit dari duduknya dan pulang.

Padahal, sunnah Rasul amat mutawatir bahwa usai shalat adalah waktu yang amat berharga untuk berdoa, baca wirid (aurad atau ma'tsurat --istilah teman2 PKS).

****** Beda istilah bacaan dzikir ini, ternyata bisa menjadi masalah. Ada yang dibilang sunnah ada yang bidah. Padahal, juga yang dibaca sama2 aja, sama2 dari Rasulullah. Hanya ada penambahan dan pengurangan berbeda.
Lain kali aja ditulis...

Kalau dikira2, wiridan standar yang sudah disingkat plus doanya itu membutuhkan waktu sekira 2,5 menit. Ya, saya pernah menghitungnya dengan kecepatan bacaan hafal luar kepala.

----------------

Coba baca hadis Nabi saw (aw kama qaala) yang selalu saya ingat2 tiap habis shalat.

"Malaikat itu tak henti2nya mendoakan orang yang selesai shalat, selama ia tetap di posisi duduknya.
Malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah dosa2nya dan berikanlah rahmat baginya."
[Shahih]

Artinya, semakin lama kita duduk di masjid usai shalat, semakin lama kita didoakan malaikat. Keren kan??!!

Awas, ntar lak tanya: hadis Bukhari Muslim gak?

***

Deket, 11 Juni 2015

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4
0856 4625 2020 WA available

Wednesday, June 10, 2015

Tentang Memutar Kaset Ngaji di Masjid

Ketika ada yang nulis status bahwa Pak JK melarang menyetel kaset ngaji menjelang Subuh, banyak yang mencaci beliau. Menuduh yang tidak2, bahkan sampai singgung2 rezim Jkw dan ngatain kalimat tak pantas lainnya.

Padahal, belum tentu pula yang komentar itu membaca langsung atau mendengar secara lengkap transkripnya.
Itu sama saja dengan tiga orang buta yang berdebat soal gajah. Si A memegang belalainya, si B pegang telinganya, si C pegang perutnya.

Bisa anda bayangkan apa yang terjadi dalam perdebatan mereka.

Dengan sedikit menyindir saya langsung komentar:

"Kan bid'ah"????

Memang,
Bagi sebagian orang (tetangga) memutar kaset mengaji adalah bidah yang tak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis nya. Yang ada dalilnya itu kan membaca Alquran dengan suaranya sendiri.

Jadi, itu adalah (sekali lagi, menurut mereka), adalah perbuatan sia2.

Jadi, seharusnya kan Pak JK mereka dukung. Karena membantu proyek mereka memberantas bidah. Kok malah ramai dan bikin status2 tak jelas di medsos atau memuat berita yang isinya sepotong2. Yang ujung2nya, lagi-lagi menjelek2kan NU dan pengikut walisongo.

---------------------------

Kalau anda baca lagi kalimat Pak JK sesungguhnya beliau menawarkan solusi tengah2 yang menguntungkan bagi semua.

Suara mengaji di masjid harus tetap ada (meski pakai kaset), namun waktu pemutaran jangan terlalu dini. Cukup sekitar 15 menit sebelum adzan Subuh.

Pun, volume suara jangan terlalu besar. Biar bisa didengarkan lebih lembut. Utamanya bagi masjid yang kualitas speaker nya tak sehalus Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Wallahu a'lam

Pelosok Kedungpring,
22.24 WIB
#NganterNgaji sambil melamun

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4

Tahlilan, Yasinan, Maulid Jangan Jadi Fokus Dakwah

Ada sebuah posting media online. Sebuah rumah di penduduk dirusak warga gara2 pemilik nya tak mau tahlilan dan yasinan.

Follower status langsung banyak komentar. Rata2 menyudutkan NU. Menjelek2kan orang Lombok. Menuduh yang tidak2...

__________

Mbok ya, tolong dilihat akar masalahnya dulu. Jangan sampai kita berdebat, menyalahkan, menghina orang2 NU gara2 ada berita seperti itu.

Bisa jadi, orang yang rumahnya dirusak itu, tidak sekadar tidak ikut tahlilan. Tapi, memanas2i warga , memprovokasi warga, dan mengklaim warga itu sesat semua.

Menuduh mereka ahli bidah, pelaku syirik, kafir, penyembah kubur, dan titel2 lainnya yang buruk.

Makanya, salafi itu kalau dakwah utamakan yg tidak menimbulkan konflik.

Lha terus temanya apa?
Ya, carilah sendiri. Wong punya otak buat mikir. Tiap daerah dan wilayah itu punya ciri ssendiri punya prioritas utk dijadikan fokus dakwah. Tidak bisa lalu digebyah uyah semua harus tegakkan anti bidah, anti maulid, anti yasinan, anti tahlilan, anti...
Ya jelas saja mereka akan marah.

Wong shalat jamaah saja belum tentu istiqomah di masjid kok. Mosok mau kalian ceramahi bahwa ibadah yasinan dan tahlilannya bidah, tak bernilai ibadah. Sia-sia.

Coba saja, kalau orang NU itu trus fokus dakwah kepada kelompok salafi dengan tema; bahwa menuduh2 orang sesat dan bidah itu haram dan bidah juga.

Pasti orang2 salafi juga akan marah. Lha wong dakwah/ibadah andalannya dianggap bidah dan sia2.

Jadi orang yang arif gitu lah sama orang lain. Apalagi sesama muslim. Beda memahami teks syariah itu biasa, tapi jangan menganggap pemahaman anda yang paling tepat.

Apalagi kalau yang dirujuk  (dan dikatakan salafus shalih) itu ibnu taimiyah, as syathiby, syekh utsaimin, syekh bin baz, syekh Albani, dkk.

Ya, jelas gak benar lah memahami teks agama hanya berdasar pemahaman ulama2 tersebut

Babat, 10 Juni 2015

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
7ED7A5A4
0856.4625.2020 WA

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)