Ada beberapa orang yang begitu semangat dengan formalitas gerakan shalat.
Saking semangatnya, ketika sedang shalat, otak nya selalu terpikir pada kakinya.
"Sudahkah kakiku nempel ke kaki orang sampingku."
"Kok jauh amat ya kaki orang di sampingku, gua harus geser kaki nich. Biar nempel."
"Kok orang baris di depanku itu ada longgar satu centimeter ya... Bahaya ini. Bisa ditempati setan tuh 1 cm."
"Kok bukan gua ya, yang berdiri dekat orang itu. Biar gua injak kakinya, tahu rasa dia. Masak setan dikasih tempat di antara shaf shalat sich..."
"Yang di samping, telunjuknya diam2 saja ya...???"
Dan, pertanyaan2 lain sejenis.
Yang alasannya, (katanya) paling meniru cara shalat Rasulullah saw.
Di sisi lain, mereka mempertanyakan zikir bersama2, Wirid suara keras, dan doa bareng yang dipimpin imam usai shalat, dengan pertanyaan:
"Apakah ada dalilnya Rasulullah melakukan itu?"
------
Di pihak lain, mungkin juga pantas pertanyakan pada beberapa orang yang punya pandangan seperti di atas;
"Apakah ada dalilnya ketika pas shalat terus memikirkan kaki tetangga atau telunjuk tetangga?"
"Apakah ada riwayat yang menyebutkan salafus shalih sibuk mencari kaki2 tetangganya saat shalat?"
Atau mungkin ada riwayat yang menyebutkan para sahabat itu "galau" karena tetangga shalatnya menginjak kaki atau berjauhan 1 cm antar kaki?
Jika kita dilarang melakukan suatu perbuatan karena dipertanyakan dalilnya,
Maka
Kita pun layak mempertanyakan dalil kenapa mereka melarang dan mempertanyakan sebuah perbuatan/amalan.
Kira2 lebih utama mana memikirkan shalat kita sendiri: dengan memahami tiap laras yang baca mulai takbir hingga salam, mulai iftitah hingga tasyahud, ataukah sibuk memikirkan amaliah orang lain yang ada di samping kita???
Kira2 manakah yang lebih ada dalilnya?
Paciran, 30 Agustus 2015
No comments:
Write komentar