Friday, December 10, 2021

Khutbah Jumat Bahasa Jawa Campuran: Mengurai Kesulitan Orang Lain

 

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة: ٢٨٠)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang ingkang penuh keberkahan meniko, khatib wasiat kangge kitho sedoyo. Anggen kitha senantiasa berusaha meningkatkan kualitas imanan lan takwa dumateng Allah SWT. Dengan cara ngelampahi kewajiban-kewajiban lan nilar utawi nebihi sedoyo perbuatan ingkang diharamkan.  

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Musibah akibat gunung berapi lan banyaknya bantuan ingkang datang kangge para korban yang terdampak, mengingatkan kitha akan sabda Baginda Rasulullah saw.:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (رواه مسلم)  

Ingkang artosipun: “Barang siapa meringankan suatu kesulitan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan merringankan baginya kesulitan di antara kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Barang siapa memudahkan bagi orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan baginya urusan di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)  

Hadits di atas menunjukkan beleh balasan kebaikan ingkang diberikan Allah SWT kepada seorang hamba akan berlipat ganda nilainya kelak di alam akhirat. Betapa tidak, bantuan wonten ing dunia tersebut bakal dibalas Allah SWT dengan bantuan-bantuan manakala kitho mengalami kesulitan-kesulitan besar wonten ing alam akhirat.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Wonten nash-nash ingkang nggadah makna dengan dengan hadits di atas. Di antaranya ialah hadits riwayat Imam al-Bukhari:

إنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ (رواه البخاري)  

Artosipun: “Sesungguhnya Allah menyayangi di antara hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. al Bukhari)

Begitu pula hadits ingkang dipun riwayatkan Imam Muslim:   إنَّ اللهَ يُعَذِّبُ الَّذِيْنَ يُعَذِّبُوْنَ النَّاسَ فِي الدُّنْيَا (رواه مسلم)  

Artosipun: “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.” (HR. Muslim)

Kurbah ingkang disebutkan wonten ing hadits di atas artinya adalah kesulitan besar yang menyebabkan seseorang dirundung kebingungan dan kesedihan. Sementara Tanfiis (saking kata naffasa-yunaffisu-tanfisan) maksudnya inggih meniko meringankan beban seseorang dari kesulitan tersebut. Sedangkan tafriij (farraja-yufarriju-tafrijan) maksudnya lebih besar dari itu; yakni menghilangkan kesulitan dari seseorang sehingga sirna kegundahan lan kesedihannya. Jadi, balasan dari tanfiis adalah tanfiis wonten ing akhirat dan balasan dari tafriij adalah tafriij pula di akhirat. Semakin besar manfaat bantuan ingkang kita berikan dateng orang lain, mongko semakin besar pula pertolongaan Allah dateng kitho kelak wonten ing alam akhirat.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari hadits saking sahabat Anas ra. : Dipun ceritakan bahwa suatu salah seorang penghuni surga di hari kiamat melihat-lihat ke arah penduduk neraka. Lalu salah setunggal penghuni neraka berseru memanggilnya: “Wahai fulan, apakah engkau mengenaliku?” Penghuni surga pun menjawab: “Tidak, aku tidak mengenalimu, siapa engkau?”

Penghuni neraka itu lalu berkata: “Aku orang yang pernah bertemu denganmu di dunia. Ketika itu, engkau meminta seteguk air dariku. Lalu, aku memberikan air kepadamu.”

Penghuni surga itu kemudian menjawab: “Ya, aku kenal.”

Lalu penghuni neraka itu pun meminta: “(Jika begitu) mohonkanlah pertolongan dari Allah untukku.”

Si penghunisurga lantas memohon kepada Allah: “Ya Allah, jadikanlah aku pemberi syafaat untuknya.” Allah  SWT mengabulkan permintaan tersebut. Sehingga tiyang penghuni neraka meniko dikeluarkan saking neraka.”  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tentu saja, buanyak sekali kesulitan ingkang bakal kitha hadapi semenjak dibangkitkan dari alam kubur. Dimulai dengan berkumpul wonten ing padang mahsyar, menghadapi sengatan panas karena matahari didekatkan hingga di atas kepala, penimbangan amal, hingga ketika harus melewati jembatan shiratal mustaqim. Sedoyo meniko beberapa contoh kesulitan ingkang bakal kita hadapi kelak.

Wonten ing kitab Shahih al-Bukhari: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

   يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُم فِي الْأَرْضِ سَبْعِيْنَ ذراعًا، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ (رواه البخاري)  

Maknanya: “Banyak orang yang bercucuran keringat di hari kiamat hingga menetes di tanah setinggi 70 hasta dan bahkan ada keringat yang menenggelamkan seseorang hingga tingginya mencapai telinga-telinga mereka” (HR. al-Bukhari)  

Wonten ing Kitab Shahih Muslim ugi disebutkan Kanjeng Rasulullah bersabda:

   تُدْنِي الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ فَيَكُوْن النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا (رواه مسلم)  

Artosipun: “Pada hari kiamat, matahari akan mendekat kepada para hamba sehingga jaraknya dari mereka sekitar satu mil, maka orang-orang akan bercucuran keringat sesuai dengan amal mereka, di antara mereka ada yang keringatnya mencapai kedua mata kaki, ada yang mencapai dua lutut, ada yang mencapai dada dan ada yang terkekang mulutnya dengan keringatnya.” (HR. Muslim)

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Alquran dan Hadits memberikan contoh sikap memudahkan orang yang sedang kesulitan di dunia dalam hal urusan harta.

Ingkang Pertama, dipun sebutkan dalam surat Albaqoroh ayat 280. وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إلَىَ مَيْسَرَةٍ (البقرة: ٢٨٠)  

Artosipun: “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan.” (QS. Al-Baqarah: 280). Kita disebut sedang memberikan kemudahan para orang yang berhutang, dengan cara memberikan waktu penundaan hingga piyambak e mempunyai kemampuan membayar hutangnya.

Utawi sikap yang kedua, yang lebih ekstrim lagi; yakni dengan cara membebaskannya dari tanggungannya.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Membantu, menolong, lan mengatasi kesulitan-kesulitan orang lain, bukanlah hal yang mudah. Bahkan bisa disebut saangat berat. Nopo maleh jika kita mboten nggadahi kepentingan utawi urusan terhadap orang tersebut. Tetapi, sebelum kami akhiri khutbah meniko. Monggo kita cermati sebuah kaidah yang berbunyi: الأجر بقدر الطاقة

“Nilai balasan utawi pahala itu sebanding dengan kesulitan yang perlukan.” Semakin berat amalnya, semakin berat pula balasan utawi pahala yang bakal diberikan Allah kepada kita semua.

Mekaten khutbah singkat pada siang hari ingkang penuh keberkahan ini. Mugi-mugi bermanfaat lan dados pengiling kangge kita sedoyo. Laaaan, kita doakan mudah-mudahan saudara-saudara kita ingkang terkena dan terdampak musibah gunung Semeru, diberi ketabahan dan kesabaran serta jalan keluar dan kemudahan. Amin ya Rabbal alamin....    أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  

 

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا  .

أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وقال النبي ص.م. : مَنْ أَرَادَ أَنْ تُسْتَجَابَ دَعْوَتُهُ وَأَنْ تكُشَفَ كُرْبَتُهُ فَلْيُفَرِّجْ عَنْ مُعْسِرٍ. (رواه أحمد)

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر 

Tuesday, December 7, 2021

Hadits 2: Keutamaan Kalimat Tauhid: Lubabul Hadits

 Hadits 2:

Keutamaan Kalimat Tauhid:
مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لاَ اِلَهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ مِائَةَ مَرَّة جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ.
“Siapa yang setiap hari membaca laa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah seratus kali, maka di hari Kiamat wajahnya seperti rembulan di malam purnama.”
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan; seandainya orang-orang yang sudah mati dikubur itu dihidupkan.
Lalu ditanya, "Sampean pengen apa?"
Jawab mereka hanya satu, "Saya ingin mengucapkan La ilāha illallāh secara ikhlas dari lubuk hati terdalam."
Kenapa begitu,
Karena kalimat Tauhid yang diucapkan dengan ikhlas inilah yang abadi. Bisa menjadi penolong dan pelindung kita di alam kubur--hingga akhirat.
Kalimat Tauhid ini harus menjadi dasar hidup dan mati kita. Kalimatu haqqin alaiha nahya wa alaiha namut.
Bahkan, kalimat yang nampak sederhana ini menjadi tembok pemisah antara kufur dan iman. Menjadi pengalih status seseorang haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya.
Tepatlah kemudian ketika di sebuah syair disebutkan bahwa:
مفتاح الجنة لا إله إلا الله
Kuncinya surga adalah Lailaha illallah...
Ini jelas sekali disebutkan dalam hadits lainnya:
: {مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مُخْلِصًا دَخَلَ الجَنَّةَ}.
"Siapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah secara ikhlas dan memurnikan (dari faktor lain) maka ia (berhak) masuk surga."
Sebagian orang protes.
Kok enteng bener orang bisa masuk surga hanya dengan kalimat tauhid itu.
Jawabannya:
Kalimat itu adalah kenyataan yang haq, yang menunjukkan bahwa orang yang menyatakan kalimat ini bisa diakui sebagai orang normal. Nah, surga itu saya kira hanya berhak dimiliki orang-orang normal itu.
Ibarat orang mau masuk ke stadion, nonton sepak bola. Asalkan dia bawa tiketnya, dan dia mengakui bahwa stadion itu adalah tempat pertandingan bola (bukan sabung ayam), milik klub Persela (misalnya), maka ia akan diterima masuk ke stadion.
Yang tidak boleh masuk stadion itu tentu saja, dia yang gak punya tiket.
Sudah gitu nggak ngakuin kalau itu stadion bola. Malahan nyebut itu tempat judi sabung ayam. Parahnya, ngatain stadion itu tidak nyata. Hanya ilusi dunia maya--mirip metaverse saja.
Orang model begini jelas tidak diperbolehkan masuk stadion.
Nah,
Seperti halnya masuk stadion, ada yang masuk duluan ada yang masuk terlambat. Begitu pula tiap orang yang sudah mengikrarkan kalimat Tauhid. Ada yang berhasil masuk surga lebih cepat, ada pula yang telat masuk. Bahkan bisa bertahun-tahun baru bisa masuk.
Kenapa?
Karena dia mampir dulu ke neraka.
Kan surga itu tempat yang suci, bersih, wangi. Hanya boleh dimasuki orang-orang yang seperti itu pula.
Sayangnya, gegara dosa yang dilakuin di dunia, orang menjadi kurang bersih di akhirat. Sehingga dia perlu dicuci dulu. Disterilkan dari kuman dan virus. Nah, tempat sterilisasinya itu ada di neraka.
Setelah bersih, suci, dan steril, barulah orang itu boleh masuk surga.
Telat sekali.
Tapi, tetap boleh. Karena dia sudah bawa tiketnya. 😃
Wallahu a'lam
*Lubabul Hadits (hadits ke-2)

#1 Keutamaan Orang Berilmu > Lubabul Hadits

فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
Gambaran ini menunjukkan betapa bernilainya seorang yang berilmu dibanding orang ahli ibadah.
"Laksana bulan purnama dibandingkan bintang-bintang di angkasa"
Lha, bagaimana jika dibandingkan dengan orang biasa. Sudah tidak alim, tidak pula ahli ibadah. Tentu saja, jaaaaaauh lebih tidak sebanding.
Lihat bagaimana manfaat bulan purnama bagi penerangan dunia?
Amat besar sekali.
Terutama jika hadits ini disesuaikan dengan konteks zaman dahulu. Zaman ketika Rasulullah saw mengatakan hal ini.
Zaman yang masih gelap gulita. Belum ada listrik atau lampu pijar. Alat penerangan andalan hanyalah menggunakan obor atau lilin yang diambilkan dari sarang lebah.
Kok zaman Nabi.
Zamannya Bapak² atau Kakek² Sampean semua (tahun 80-an atau 90-an) bisa jadi listrik belum masuk ke desanya.
Lampu andalannya hanyalah lampu uplik (berbahan bakar minyak tanah) atau lampu petromax (bahan spertus).
Kenapa orang alim (yang sholeh) bisa diibaratkan bulan purnama?
Sebab, dia bisa menjadi contoh bagi orang-orang awam lainnya. Sebagai orang berilmu, maka setiap tindak tanduk dan lelakunya akan selalu didasarkan pada ilmu. Tidak asal-asalan, tidak pula berdasarkan angan-angan dan asumsi pikiran sendiri.
Dengan demikian, perilaku itu layak diikuti. Karena berdasarkan ilmu.
Laksana bulan purnama.
Ia mudah dijadikan sumber petunjuk bagi orang awam. Adanya cahaya purnama menjadikan setiap orang (baik yang mengerti ilmu astronomi atau tidak) mengerti arah utara dan selatan. Kegelapan yang menyelimutinya menjadi terbuka dan terang benderang.
Sementara abid (ahli ibadah) berbeda.
Ibadah yang dilakukan (sekalipun terkadang buanyak) tidak selalu berdasarkan ilmu yang dimiliki. Sehingga, kadang hanya berdasarkan asumsi dan angan-angan pribadi. Berdasarkan cocokmologi untuk dirinya sendiri. Model ibadah yang seperti ini tidak bisa asal diikuti oleh sembarang orang. Yang bisa mengikuti dan menilai ibadah itu ya orang alim--yang mengerti ilmunya.
Sama dengan bintang-bintang di langit. Dia buanyak dan bertebaran di angkasa. Tapi, belum tentu bisa menjadi petunjuk bagi sembarang orang.
Dia hanya bisa diikuti oleh orang-orang tertentu yang mengerti ilmu perbintangan (astronomi).
الأحاديث المختارة
لطلبة المدرسة المتوسطة الحكومية
إسلاميك بورديغ سخول
Sumber:
- Lubabul Hadits (hadits No 1)

Thursday, October 14, 2021

Jurus Sakti untuk Bis ARMADA SAKTI


Bis Armada Sakti ini bisa dibilang satu-satunya angkutan umum masyarakat untuk jalur Paciran - Surabaya (Terminal Osowilangun). Namun, sayangnya, di kalangan penggemarnya, yang dikenang dari bis ini hanyalah soal leletnya jalan. Dia bak kura-kura saat perjalanan arah Surabaya.

Itu belum terpotong jam "ngetem". Di setiap pertigaan besar jalan raya mesti ngetem. Yang itu bisa memakan waktu 2 jam. Karena masalah ini, banyak warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi, daripada naik Armada Sakti.
Sekalipun sebenarnya yang bersangkutan lebih senang pakai kendaraan umum. Karena lebih murah, aman, dan bisa istirahat selama perjalanan (khususnya bagi karyawan).
Bis Armada Sakti itu sebenarnya tetap bisa menunjukkan kesaktiannya jika dia mau menjawab kebutuhan zaman.
Masih banyak mahasiswa/i, karyawan, dkk yang masih sangat membutuhkan angkutan umum jalur Paciran-Surabaya.
Sayangnya,
Jadwal Armada (tidak) Sakti ini gak jelas. Perjalanan ke Sby normalnya hanya 2 jam namun menunggu penumpangnya saja butuh 2 jam--bahkan lebih. Itu pun penumpang masih sedikit.
Ya, karena gak ada lagi yang bisa diharapkan dari sebuah jasa angkutan yang jadwal keberangkatan dan kedatangan tidak jelas. Sementara, zaman sekarang waktu adalah barang yang mahal.
Solusinya,
Armada Sakti harus memanfaatkan teknologi.
Entah bikin aplikasi atau sekadar media sosial, yang akan selalu update dimana posiisinya bis. Jam berapa tiba di Banjaranyar, jam berapa di Sidayu, di Manyar, Gresik, dan Wilangun.
Insya Allah, perlahan akan membaik dibanding sekarang.
Kalau tidak, ya siap2 saja tutup atau digeser pemain baru.

Friday, March 5, 2021

Pondok Kranji Tarbiyatut Tholabah

 


• Pondok Kranji 

Di Pondok Kranji ini, saya mengalami proses pendidikan dan pembelajaran yang paling lama. 

Sejak kelas 2 MI, saya sudah pindah ke Kranji. Dari sekolah saya sebelumnya; di MI TAAT Drajat. 

MTs pun tetap lanjut di Tabah.

Lulus MTs sempat muncul keinginan nyari suasana baru. Apalagi beberapa teman dekat banyak yang mulai menjauh dari Kranji. Nyari sekolah yang dirasa memberikan janji lebih baik. 


Almarhum Bapak membuka lebar-lebar. Silakan. Tapi, harus sekolah yang kualitas beneran. Kalau yang setengah-setengah, beliau benar-benar melarangnya.


Disuruhlah saya daftar di SMA BPPT Serpong. Sekolah yang waktu itu dianggap sebagai hasil karya jenius negara ini; Pak BJ. Habibie. Ternyata saya gak lulus di Serpong. 


Tapi, saya dapat rekomendasi untuk mengisi slot program BPPT sekolah sejenis yang ada di Gorontalo. Bapak tidak mengizinkan. Terlalu jauh. 


Akhirnya, balik lagi ke MA Tabah. 

Pilihannya, masuk ke jurusan MAK--yang waktu itu lagi gencar²nya melakukan inovasi dan pengembangan². Khususnya program Bahasa Arab. 


Alhamdulillah...

Setelah sekian belas tahun lulus dari MA Tabah, saya hari ini tidak pernah menyesali pilihan² yang disarankan Almahum Bapak. 

Bahkan, hingga hari ini masih terus ikut belajar di Pondok Kranji. 


Babat, 7 Maret 2021

@ms.kholid 


====


https://www.twibbonize.com/psbpondoktabah2021

Friday, January 1, 2021

Sekolah yang Mondok


Bismillah...


2021

Tahun Baru, selipkan doa dan konsep.


Biasanya,

Konsep pondok salaf itu: 

"Mondok yang Sekolah."


Saya akan ambil diferensiasi:

"Sekolah yang Mondok."


Maksudnya gimana?


Matematika: Josss

IPA : Mantabb 

Bahasa Indonesia: Menguasai


Bahasa Arab & Inggris: Lancar

Baca Kitab Kuning : BISA 


#CahayaQuSchool

Konsultasi Nggawe Sekolahan Seng Uuuuapik

 


Bikin sekolahan zaman sekarang itu seperti bikin warung. Menu yang disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (sebagai customer). Tidak asal; POKOK-e gawe. Sudah bagus-bagus bangunannya, eeeeeh gak ada yang beli. 


Nah, urusan menyesuaikan dengan lidah pembeli, orang Lamongan jagonya. 

Lihat saja PECEL LELE LAMONGAN, bisa sesuai dengan lidah orang-orang senusantara. 😄😄😄 Mulai Sabang hingga Merauke. Ada pecel lele Lamongan.


Tapi, karena sekolahan itu bukan makanan, saya konsultasinya dengan orang Gresik. Sosok beliau ini, sudah puluhan tahun malang melintang di dunia manajemen pendidikan. Juga konsultasi lembaga-lembaga pendidikan. Kelas Nasional.


Beliaulah yang mengawali era baru pendidikan formal di MTs Tarbiyatut Tholabah . Kebetulan, awal-awal menjabat Kepala Madrasah, saya dan teman-teman seangkatan duduk di kelas 3 MTs. Jadi, saya bisa merasakan betul bagaimana perubahan yang beliau gagas dan terapkan saat itu. Luar biasa.


Hingga saat ini, ketika beliau menjadi konsultan pendidikan di berbagai lembaga se-Indonesia, kami masih diterima dengan baik sebagai murid. 


Bahkan dengan tangan terbuka lebar, beliau siap membantu kebutuhan dan impian murid-muridnya. Termasuk urusan caranya membangun sekolahan sing uuuuapik.


"Itu hobi saya, Lid...!" ujar beliau, "Kalau memang niat beneran, saya siap datang setiap minggu ke Babat."


Wowwww...

Pokoknya, kalau beliau yang dampingi, saya yakin pendidikan yang disajikan (insya Allah) berkualitas dan sesuai harapan.


Legowo, 31 Desember 2020

@ms.kholid 


#ppcahayaquran

#smpcahayaqu 

#cahayaquislamicboardingschool

Potensi yang Tersia-sia







"Mengabdi zaman sekarang itu, Lid. Tidak harus kamu pulang kampung. Terus ikut bantu ngajar di almamater kamu." 

Pesan beliau.


"Lha, terus dos pundhi, Ustadz?"


"Kamu kerja yang sukses, punya uang banyak, bantu almamater kamu lewat uang.

Kamu meniti karier di pemerintahan, jadi pejabat. Bantu almamater kamu lewat urusan di pemerintahan.

Kamu ... bla...bla...bla..."


Beberapa tahun belakangan, saya mengamati ada banyak potensi dari alumni yang butuh mengajar. Mau bantu lewat jalur-jalur lain, belum bisa. Bisanya hanya lewat jalur pendidikan.


Hanya saja, 

Slot yang hendak diisi penuh. 

Almamater tidak bisa menerima.

Padahal, saya perhatikan mereka-mereka itu potensial, fresh graduate, termasuk lulusan terbaik almamater, lulusan kampus besar nusantara. Namun, tidak kebagian slot untuk ikut mengabdi.


Di sini, terkadang saya galau.


Kegalauan inilah, yang menjadi salah satu curhatan pada beliau; Guru saya. 

Solusinya;

"Buatkan sekolah yang unggul buat mereka. Yang layak sesuai kapasitas mereka."


Jadi,

Tunggu saja.

Insya Allah akan kami buka rekrutmen terbuka untuk para calon pendidiknya.

Wednesday, December 23, 2020

Anak "Bodoh" vs Anak Pintar



• Anak "Bodoh", Bisa Jadi Kelak yang Paling Manfaat •

Punya anak itu kudu disyukuri.
Pintar alhamdulillah...
Bodoh (baca: Hanya Karena Gak rangking kelas), ya sama disyukurinya.
Saya aja, 11 tahun belum dikaruniai anak pun tetap dan terus berterimakasih pada Allah.

Anak tak rangking, sulit nyambung matematika dan sejenisnya, atau gak pernah juara di sekolah, tetap kudu disyukuri. Dihormati, selayaknya manusia.
Dirawat, selayaknya sebuah amanah.

Sebab,
Kerapkali anak yang kita sebut "bodoh" itu,  bisa jadi kelak yang paling bermanfaat dan peduli pada kita. Para orangtuanya.

Kata Yai Imam Syaerozi (alm), anak pintar itu rata-rata akan merantau jauh dari orangtuanya. Meniti karier dan prestasinya, sesuai dengan kapasitas ilmu dan kemampuannya. Sehingga, jarang ada anak pintar itu yang tinggal di rumah memberdayakan kedua orangtuanya.

Beda dengan anak "bodoh".
Karena sekolahnya begitu-begitu saja, rata-rata dia akan tetap tinggal sedesa dengan orangtuanya. Bahkan serumah--membersamai kedua orangtuanya. Hingga usia tua.

Anak "bodoh" itu yang akan lebih banyak memberi dan melayani orangtuanya--dengan segala keterbatasannya. Rata-rata dia akan menerima "nasib" untuk menjalani peran "kecilnya" karena sadar; dia tidak pintar--seperti saudara-saudaranya yang lain.

Anak "bodoh" itulah yang biasanya memasak, mencuci, dan membersihkan rumah orangtua. Terkadang bahkan menyuapi atau menggendong--jika orangtuanya sudah sepuh.

Di sisi lain, anak pintar, prosentase pulang menjenguk orangtuanya bisa dihitung jari. Itu pun hanya beberapa hari di rumah. Terbatasi kewajibannya sebagai orang pintar di kota besar.

Anak pintar, kala orangtuanya sudah sepuh dan mengeluh sakit, minta diperiksa ke dokter. Dia jawabnya:

"Jenengan itu sakit tua, Pak e. Disabar-sabarne wae. Ancen wes sepuh," khas anak pintar.

Beda jawaban anak "bodoh".

"Nggeh, Pak. Ayokkk... Mugi-mugi ketemu jodoh-e," khas anak tak pintar. Manut mawon.

Babat, 22 Desember 2020
@ms.kholid

*catatan saat beli Kerang Ijo Pantura untuk oleh-oleh buat istri.
*dilanjutkan pas sudah di rumah. Saat kerang ijonya sudah ludes. 😁
*Anak pintar dan "bodoh" sama-sama punya potensi kebaikan. Ya, disyukuri aja. Gak boleh ngeluh...
*tulisan ini terinspirasi dari ceramah guru (Youtube) saya; KH Imam Syaerazi (alm).

📷

Thursday, November 19, 2020

Belajar pada yang Terbaik

 


Belajarlah Pada yang Terbaik di Bidangnya • 


Sebuah Catatan Kemenangan Kafilah Jatim Cabang MFQ pada MTQ Nasional ke 28 di Sumbar 2020


Untuk mencapai keberhasilan, kuncinya adalah BELAJAR. 

Menurut Pak Tung (Tung Desem Waringin) : AGAR KEBERHASILAN & KESUKSESAN LEBIH CEPAT DIRAIH, BELAJARLAH PADA YANG TERBAIK DI BIDANGNYA. 


Misalnya,

Mau sukses jadi pemain bulutangkis, belajarlah pada Rudi Hartono.

Sukses jadi pesepakbola, belajar pada Ronaldo atau Lionel Messi.

Sukses jadi pemimpin, belajarlah pada Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, atau Umar bin Abdul Aziz.


Sukses jadi pebisnis, belajarlah pada Abdurrahman bin Auf, Richard Branson, dan Mark Zuckenberg.

Sukses berinovasi, belajar pada Steve Jobs.

Sukses berinvestasi, belajar pada Warren Buffet. 


Begitulah yang terjadi pada kafilah Jatim di cabang MFQ pada ajang MTQ Nasional ke 28 di Sumbar 2020.

Kafilah Jawa Timur berhasil menggondol medali emas (juara 1) setelah di final hari ini mengalahkan kafilah dari Banten dan Bangka Belitung.


Sejak awal babak penyisihan dua hari lalu, saya menyimak setiap soal-soal MFQ (dulu dikenal dengan lomba cerdas cermat). Tak cuma kala kafilah jatim bertanding, tapi juga saat kafilah lain.


Sebagai guru madrasah Aliyah jurusan Keagamaan, saya tahu sendiri betapa beragam dan sulit aneka pertanyaan yang dibuat dewan hakim nasional. 

Tak sekadar hafal urutan ayat dan surat. Tak sekadar ilmu tajwid dan makhorijul huruf. Pertanyaan juga meliputi ahkamul quran, kajian tafsir, ilmu qiroat, ilmu nagham, ilmu bahasa Alquran, fiqih,  dan juga ada cabang ilmu-ilmu Alquran lainnya. 


Amat beragam. 

Untuk menguasai seluruh soal tersebut, berat. Amat berat. Bahkan sekadar untuk menjangkau dan memperkirakan bahwa pertanyaan ini akan muncul saja, tidak semua orang mengetahuinya.

Bisa jadi karena keterbatasan ilmu dan pengalaman.


Di sinilah, kafilah Jawa Timur punya jawabannya. Pada sosok pembimbingnya. Beliaulah Bu Nyai Lujeng Luthfiyah. Sosok yang menurut saya salah satu yang terbaik di bidangnya. 


Ada beberapa alasan:


1. Penguasaan Materi 


Selain hafal Alquran, Bu Nyai juga mumpuni di bidang ulumul quran dan ulumul hadis. Sebagai lulusan IIQ Jakarta dan S3 UIN Sunan Ampel di bidang yang sama, tidak diragukan lagi luasnya ilmu beliau. 


Dengan begitu, 3 orang peserta yang beliau bimbing tinggal terimo dadi saja menghafal dan memahami beratus-ratus lembar diktat materi. Prediksi materi dan soal, beres di tangan beliau. 


Mungkin di kampus-kampus besar Indonesia, ada banyak profesor atau doktor ulumul Quran yang punya kemampuan setara. Namun, sedikit sekali di antara beliau-beliau yang punya banyak waktu longgar memberikan bimbingan secara intensif berhari-hari. Bahkan sampai ngelembur. 


2. Pengalaman 


Bu Nyai Lujeng dulu pernah jadi juara di ajang MTQ Nasional. Entah tahun berapa. Artinya, mental juara itu sudah jadi salah satu modal. Tinggal disuntikkan saja pada darah-darah muda kafilah Jatim yang baru lulus MA Tabah kemarin (2020).


Sebagai fans Milanisti Indonesia, beberapa tahun ini saya paham betapa lemahnya mental tim Milan sebagai juara. Tiap kali kebobolan gol lebih dulu, hampir dipastikan tidak akan bisa memenangkan pertandingan. Bisa membalas gol atau seri saja sudah untung.


Tapi, semenjak kedatangan The King Ibra Januari lalu, mental juara itu seakan disuntikkan ke darah-darah muda Tim Milan. Lihat saja, kini Milan di puncak klasemen sementara Serie A. 


3. Motivator 


Tak hanya mumpuni dan berpengalaman, Bu Nyai juga punya profil seorang motivator. 

لا يخاف لومة لائم


Saya ingat, saat masih di bangku kelas MAK, diajar matpel Ilmu Hadits oleh beliau. Kita (atau mungkin saja saya di kelas) merasa seakan sedang "diteror" untuk HARUS bisa dengan materi-materi dalam pelajaran Ilmu Hadits yang dipelajari. 


Layaknya orang diteror wajib bisa.

Mau gak mau, ya kudu bisa. 


Saya pikir ini pulalah yang berefek pada saya saat memutuskan memilih jurusan kuliah berikutnya. Saat kesempatan beasiswa S2 datang, saya mengambil Konsentrasi Ilmu Hadits di Kampus Institut Ilmu Alquran (se-almamater dengan beliau). 😄


Dan, saya membayangkan mereka 3 anak yang baru saja juara MFQ tingkat Nasional di Sumbar, pastilah merasakan "teror-teror" motivasi agar bisa dan menguasai materi yang berjibun banyaknya itu.


Selamat dua santri PP Tabah:

Madinatul Munawwaroh

Hitna Ar-Rasikh

1 lagi santri PP Manarul Quran 


Kruwul, 19 Nopember 2020 

@mskholid 


Guru MA Tabah

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)