Wednesday, December 23, 2020

Anak "Bodoh" vs Anak Pintar



• Anak "Bodoh", Bisa Jadi Kelak yang Paling Manfaat •

Punya anak itu kudu disyukuri.
Pintar alhamdulillah...
Bodoh (baca: Hanya Karena Gak rangking kelas), ya sama disyukurinya.
Saya aja, 11 tahun belum dikaruniai anak pun tetap dan terus berterimakasih pada Allah.

Anak tak rangking, sulit nyambung matematika dan sejenisnya, atau gak pernah juara di sekolah, tetap kudu disyukuri. Dihormati, selayaknya manusia.
Dirawat, selayaknya sebuah amanah.

Sebab,
Kerapkali anak yang kita sebut "bodoh" itu,  bisa jadi kelak yang paling bermanfaat dan peduli pada kita. Para orangtuanya.

Kata Yai Imam Syaerozi (alm), anak pintar itu rata-rata akan merantau jauh dari orangtuanya. Meniti karier dan prestasinya, sesuai dengan kapasitas ilmu dan kemampuannya. Sehingga, jarang ada anak pintar itu yang tinggal di rumah memberdayakan kedua orangtuanya.

Beda dengan anak "bodoh".
Karena sekolahnya begitu-begitu saja, rata-rata dia akan tetap tinggal sedesa dengan orangtuanya. Bahkan serumah--membersamai kedua orangtuanya. Hingga usia tua.

Anak "bodoh" itu yang akan lebih banyak memberi dan melayani orangtuanya--dengan segala keterbatasannya. Rata-rata dia akan menerima "nasib" untuk menjalani peran "kecilnya" karena sadar; dia tidak pintar--seperti saudara-saudaranya yang lain.

Anak "bodoh" itulah yang biasanya memasak, mencuci, dan membersihkan rumah orangtua. Terkadang bahkan menyuapi atau menggendong--jika orangtuanya sudah sepuh.

Di sisi lain, anak pintar, prosentase pulang menjenguk orangtuanya bisa dihitung jari. Itu pun hanya beberapa hari di rumah. Terbatasi kewajibannya sebagai orang pintar di kota besar.

Anak pintar, kala orangtuanya sudah sepuh dan mengeluh sakit, minta diperiksa ke dokter. Dia jawabnya:

"Jenengan itu sakit tua, Pak e. Disabar-sabarne wae. Ancen wes sepuh," khas anak pintar.

Beda jawaban anak "bodoh".

"Nggeh, Pak. Ayokkk... Mugi-mugi ketemu jodoh-e," khas anak tak pintar. Manut mawon.

Babat, 22 Desember 2020
@ms.kholid

*catatan saat beli Kerang Ijo Pantura untuk oleh-oleh buat istri.
*dilanjutkan pas sudah di rumah. Saat kerang ijonya sudah ludes. 😁
*Anak pintar dan "bodoh" sama-sama punya potensi kebaikan. Ya, disyukuri aja. Gak boleh ngeluh...
*tulisan ini terinspirasi dari ceramah guru (Youtube) saya; KH Imam Syaerazi (alm).

📷

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)