Tuesday, November 1, 2011

Beasiswa PhD Dikti-Neso Jalur Khusus di Belanda

KOMPAS.com - Bagi para dosen tetap baik dari perguruan tinggi swasta (PTS) dan perguruan tinggi negeri (PTN), bisa mencoba peluang beasiswa yang diselenggarakan Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan DIKTI untuk mengikuti program doktor di Belanda. Beasiswa diberikan kepada calon yang berstatus mahasiswa baru selama maksimum 36 bulan atau 3 tahun. Sementara, untuk tahun keempat akan dibiayai oleh universitas di Belanda.

Persyaratan

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar BLN Jalur Khusus:
* Dosen tetap dari PTN atau PTS;
* Telah mendapatkan unconditional Letter of Acceptance yang masih berlaku dari Perguruan Tinggi luar negeri yang dituju (diutamakan yang berasal dari perguruan tinggi dengan reputasi baik berdasarkan ranking THES dan Webos);
* Telah mempunyai gelar S2 atau yang setara;
* Penguasaan bahasa Inggris yang memadai (IBT TOEFL minimal 80, atau IELTS minimal 6.0), dan atau bahasa pengantar lain yang digunakan di perguruan tinggi tujuan masing-masing;
* Telah mempunyai usulan penelitian yang disetujui oleh (sekurang- kurangnya sudah dikomunikasikan dengan) calon pembimbing di PT luar negeri yang dituju;
* Umur calon tidak lebih dari 50 tahun ketika mendaftar;
* Pelamar yang berstatus suami dan istri dari bidang keilmuan yang sama, di tidak diperkenankan melamar pada perguruan tinggi yang sama dan/atau dibimbing oleh promotor yang sama.

Prosedur Pendaftaran

1. Pelamar mendaftar secara online di www.beasiswa.diki.go.id, setelah itu pelamar akan mendapatkan nomor registrasi;
2. Pelamar mengunduh Formulir A Khusus (beasiswa Dikti-Neso) dari website, kemudian mengisinya;
3. Pelamar mengirim berkas-berkas ke Dikti berupa: * Formulir A Khusus (beasiswa Dikti-Neso) yang sudah diisi;
* Surat izin/persetujuan dari Rektor/Pimpinan universitas tempat pelamar bekerja;
* Surat rekomendasi dari professor lokal (Indonesia);
* Surat persetujuan dari Kopertis, hanya bagi mereka yang bekerja di PTS;
* Salinan ijazah dan transkrip (IPK) S1 dan S2 yang telah dilegalisir
* Surat keterangan/bukti bahwa pelamar adalah dosen tetap;

Berkas dokumen tersebut dikirimkan ke Dikti, dengan alamat:
Direktorat Pendidik & Tenaga Kependidikan
Ditjen Pendidikan Tinggi, Jl. Pintu 1 Senayan, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta 10002.

Di saat yang bersamaan, kandidat yang mengajukan aplikasi juga harus berkomunikasi dengan professor calon pembimbing dan pihak universitas di Belanda agar mereka menyiapkan dokumen-dokumen yang juga menjadi berkas yang disyaratkan.

Dokumen-dokumen yang harus disiapkan oleh universitas di Belanda dan dikirimkan ke Neso Indonesia:
* Surat rekomendasi dari Profesor Belanda;
* Unconditional acceptance letter dari universitas Belanda;
* Surat jaminan keuangan yang dikeluarkan secara resmi oleh pihak manajemen universitas Belanda atas biaya yang harus dikeluarkan di tahun keempat program doktor yang akan dijalani kandidat;
* Bukti kemampuan bahasa Inggris (IELTS minimal 6.0 atau IBT TOEFL minimal 80);
* Proposal penelitian, termasuk rencana penelitian (maksimum 5 halaman);
* Curriculum Vitae.

Batas waktu terakhir pengiriman berkas lengkap pada 1 Desember 2011. Bagi calon yang diterima akan diumumkan pada Maret 2012. Persiapan keberangkatan dilakukan Mei-Juli 2012, sementara pembekalan studi di luar negeri pada bulan Juni-Juli 2012. Para mahasiswa akan diberangkatkan pada Juli-Agustus 2012.

Monday, October 17, 2011

Peluang Beasiswa untuk Profesor Muda

KOMPAS.com - Tersedia peluang beasiswa di The Graduate Institute, Geneva, bagi profesor muda berprestasi dari universitas-universitas di negara kerkembang yang tengah melakukan penelitian berkelanjutan dalam berbagai bidang ilmu, seperti antropologi, sejarah, hukum, politik, ilmu politik, dan ekonomi.



Penerima beasiswa akan menghabiskan waktu satu semester di Institut untuk:
- mengembangkan dan menguatkan kurikulum yang diambil
- mempersiapkan lebih jauh proyek penelitian
- berpartisipasi dalam pelatihan mengajar
- berinteraksi dengan komunitas internasional di kawasan Geneva

Pembiayaan yang akan diterima meliputi biaya hidup dan juga akomodasi selama di Geneva. Kandidat yang akan mengajukan aplikasi harus berpendidikan doktor dan memiliki waktu penuh di sebuah institusi pendidikan di Afrika, Asia, atau Amerika Latin.

Kegiatan mengajar dan penelitian harus sesuai dengan disiplin ilmu institut dan bidang keahlian (hubungan luar negeri, studi pembangunan, pembangunan ekonomi, pengembangan sosiologi dan antropologi, ekonomi internasional, hubungan internasional, hukum internasional, sejarah dan politik internasional).

Pertimbangan khusus akan diberikan kepada individu yang memiliki minat dalam hal tata kelola internasional dan/atau melakukan penelitian pada organisasi internasional di Geneva untuk mengikuti sebuah program studi tata kelola internasional.

Mekanisme aplikasi

Batas waktu pengajuan aplikasi:
- 1 Oktober 2011, untuk mengikuti kelas pertengahan Februari-akhir Mei
- 1 Maret 2012 untuk mengikuti kelas pada pertengahan September hingga akhir Januari

Untuk persyaratan dan informasi lebih lanjut, bisa mengaksesnya melalui situs web www.graduateinstitute.ch atau mengirimkan e-mail ke: in-residence@graduateinstitute.ch

UI Tawarkan Beasiswa untuk Jurnalis

DEPOK, KOMPAS.com -- Universitas Indonesia menawarkan beasiswa bagi jurnalis untuk menempuh studi pascasarjana atau program master. Beasiswa ini akan diberikan bagi wartawan yang telah lolos seleksi masuk Universitas Indonesia, baik pada 65 program studi master regular maupun 2 program studi master internasional.

Pendaftaran untuk program pascasarjana semester genap di UI dimulai pada 10 Oktober hingga 25 November 2011. Adapun ujian masuk dilaksanakan pada 4 Desember 2011.

Tawaran beasiswa pendidikan bagi jurnalis tersebut disampaikan Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri di Kampus UI Depok, Senin (10/10/2011). Pada kesempatan ini, Rektor UI juga meresmikan media center UI yang bertempat di perpustakaan The Crystal Knowledge. Gumilar mengatakan media center UI itu diresmikan sebagai Pusat Informasi Indonesia.

Pusat informasi itu dapat dimanfaatkan para jurnalis untuk mengakses jaringan informasi yang tersedia di perpustakaan. Ruangan berukuran 4 x 6 meter itu terletak di kawasan perpustakaan baru UI, The Crystal Knowledge.

Menurut Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI, Devie Rahmawati, perpustakaan UI memiliki 2,5 juta koleksi buku fisik (antara lain text book, referensi, majalah). Dari jumlah koleksi buku itu, 50.000 di antaranya ialah karya sivitas akademik UI, seperti karya akhir, mulai dari skripsi hingga desertasi, karya penelitian dosen, artikel dan jurnal. Setiap tahun UI menghasilkan 10.000 karya ilmiah yang dikenal dengan sebutan UI ANA.

Perpustakaan UI memiliki koleksi online database internasional terbesar di Indonesia dengan jumlah 80 judul. Untuk investasi ini, sejak tahun 2008, UI setiap tahun mengeluarkan dana Rp 6 miliar.

Dengan fasilitas ini, seluruh pengguna perpustakaan UI dapat tersambung langsung dengan data-data dari seluruh dunia, seperti Harvard Business School. Akses terhadap online database mudah dilakukan, karena UI saat ini memiliki bandwith sebesar 650 mbps, yang juga terbesar di Indonesia.

Hal ini juga ditunjang dengan infrastruktur storage data sejumlah 345 Terra, yang meningkat 690 persen sejak tahun 2007.

Dengan bermarkas di kampus UI Depok, para wartawan akan selalu memiliki akses terhadap informasi baik itu berupa aktivitas para peneliti UI, para dosen, mahasiswa, karya-karya ilmiah, seminar, dan lokakarya.

Beasiswa untuk PNS Terbuka Lebar

JAKARTA, KOMPAS.com — Kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri kini terbuka lebar bagi abdi negara alias pegawai negeri sipil. Tak perlu lagi ada dilema antara memilih pekerjaan sebagai abdi negara atau melanjutkan studi!

Ariono Hadipuro (Ono), staf di Nuffic NESO Indonesia, mengungkapkan, saat ini justru kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri bagi para pegawai negeri terbuka lebar. Ia mengatakan, pegawai negeri kini menjadi target utama dari pemberi beasiswa berbagai negara.

"Kenapa pegawai negeri? Pertama, pegawai negeri adalah policy maker," kata Ono, Senin (10/10/2011) malam, dalam diskusi mengenai studi luar negeri, di Jakarta.

Ia menjelaskan, banyak negara mengutamakan memberikan beasiswa kepada PNS karena fungsi PNS diharapkan bisa mengutamakan kepentingan negara setelah mereka menyelesaikan studinya.

"Istilahnya itu tidak ada makan siang yang gratis," ujarnya.

Alasan kedua mengapa PNS dianggapnya sangat beruntung adalah karena saat ini beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia jumlahnya meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beasiswa dari Pemerintah Indonesia diberikan melalui beberapa kementerian, seperti Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Belum lagi saat ini ada beasiswa spirit, yaitu beasiswa dari 11 institusi yang mengelola dana pinjaman dari Bank Dunia dalam bentuk beasiswa untuk orang-orang yang bekerja di institusi pemerintahan. Ada ribuan beasiswa tersedia bagi pegawai negeri asal Indonesia dan berbagai negara.

"Saya mau bilang, teman-teman PNS harus memiliki rencana jangka panjang untuk studi di luar negeri dengan beasiswa tersebut," kata Ono.

Cerita tentang Studi di Amerika

JAKARTA, KOMPAS.com – Menyimak cerita para alumni yang berhasil meraih beasiswa studi di luar negeri, selalu terselip hal yang menarik dan memotivasi. Misalnya, bagaimana usaha mereka saat berburu universitas, jurusan yang akan diambil, hingga cerita saat menjalani studi di negeri orang.

Salah satunya cerita yang dibagi Muhammad Robi, alumni Columbia University, Amerika Serikat saat melanjutkan S-3 di Negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, yang menarik dari studi di Amerika salah satunya adalah terformatnya aplikasi beasiswa sehingga memungkinkan siapa saja dapat mendaftar beasiswa melalui internet dan langsung pada universitas yang akan dipilih.

Lulusan S-1 bisa langsung studi S-3

Selain itu, yang perlu diketahui adalah, ternyata semua lulusan S-1 dapat langsung melanjutkan studi ke jenjang S-3 tanpa harus menyelesaikan S-2 terlebih dahulu. Ketika mendaftar, setiap mahasiswa S-1 dapat langsung mengajukan aplikasi untuk melanjutkan jenjang S-3. Jika diterima, selain bebas biaya dan mendapatkan uang saku, setiap mahasiswa S-3 juga akan diperlakukan selayaknya mahasiswa S-2, paling tidak satu sampai dua tahun pertama.

“Studi S-3 di Amerika itu tidak perlu S-2. Setelah lulus S-1 bisa langsung apply ke S-3. Nantinya, ibarat lari gawang, semua bertahap, ada ujian, ujian proposal, sampai ujian sidang,” kata Robi, saat diskusi mengenai studi di luar negeri, Senin (10/10/2011) malam, di Jakarta.

Robi yang kini tercatat sebagai peneliti senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, studi S-3 di Amerika paling cepat dapat ditempuh selama lima tahun. Tanpa S-2 terlebih dahulu membuat lamanya waktu studi S-3 di Amerika menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Meski demikian, menurutnya, hal itu dapat disikapi sebagai investasi energi dan tidak perlu dijadikan masalah.

“Saya menyelesaikan S3 dalam waktu tujuh tahun, memang lama tapi anggap saja itu investasi,” ujarnya.

Jangan terjebak ranking universitas

Ia berpesan, sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi di Amerika hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan terjebak pada ranking universitas yang menjadi tujuan. Di Amerika itu terdapat ribuan universitas. Yang harus diperhatikan adalah spesifikasi program studi yang akan dipilih. Selanjutnya, cobalah untuk mulai membangun komunikasi melalui e-mail dengan beberapa profesor yang Anda nilai cocok untuk mendampingi Anda melakukan penelitian.

“Membangun komunikasi dengan profesor itu baik untuk pendekatan dan mengetahui kecocokan Anda dengan profesornya. Tapi jangan memberikan pertanyaan bodoh,” kata Robi.

“Kompetisi di sana sangat kuat dan banyak orang pintar. Maka poinnya adalah kita tidak harus sangat pintar agar diterima, tetapi kita mesti jujur dan sampaikan ‘lagu’ sendiri yang membuat mereka (universitas) tertarik pada kita, jangan takut,” ujarnya.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)