KOMPAS.com - Kementrian Agama Republik indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia-Turki (United Islamic Cultural Centre of Indonesia-Turkey) menawarkan program beasiswa belajar di pesantren Turki bagi para santri Indonesia.
Program ini bertujuan untuk memberikan pendidikan Qira’atil Qur’an dan Tahfidzul Qur’an; memberikan pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Turki; dan ketiga, memberikan pendidikan Fiqih dan Akidah Islamiyah.
Akhir-akhir ini, kita dihebohkan dengan salah satu kisah yang ada di buku LKS anak SD kelas II utk mata pelajaran "Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta". Seperti apa sich sebetulnya cerita Bang Maman yang bikin heboh itu.
Berikut ini adalah cerita lengkapnya. Cekidottt...
"Bang Maman dari Kali Pasir"
Bang Maman adalah pedagang buah di Kali Pasir. Bang Maman mempunyai anak perempuan bernama Ijah dan berkata ingin menjodohkannya dengan Salim anak Pak Darip orang kaya di Kali Pasir. Tak lama setelah Salim dan Ijah menikah, Pak Darip meninggal dunia. Pak Darip meninggalkan harta warisan berupa kebun yang sangat luas kepada Salim.
Salim tidak bisa mengurus kebun peninggalan ayahnya, dan minta Kusen mengurusnya. Istri Kusen mempunyai rencana jahat, dia meminta suaminya menjual kebun Salim. Setelah kebun dijual mereka melarikan diri. Salim menjadi miskin, harta warisan ayahnya sudah habis. Akhirnya Salim berjualan buah di pasar.
Judul
Agar Anak Anda Tertular "Virus" Membaca
No. ISBN 9793611456
Penulis Paul Jennings
Penerbit MLC Lumos Books
Apa yang kita inginkan dari Anak kita saat ini? Apakah anak kita ingin hanya bisa membaca atau menjadi anak yang gemar membaca? Kita tentu dapat merasakan bedanya.
Dalam buku ini, Paul Jennings secara brilian mengajak siapa saja untuk menularkan “virus” membaca—bagaimana sejak dini anak-anak dapat asyik, bergairah, dan cinta terhadap buku.
Saya sungguh kagum dengan ibu yang satu ini.
Sabtu hari itu. Saya sedang menunggu bis malam berangkat ke Jakarta.
Lama sekali bis tak datang-datang. Hingga jam menunjuk angka 5, belum datang pula.
Saya masih sabar menunggu di warung kopi pojok Semlaran Lamongan.
Seorang ibu setengah baya datang menggendong borahan. Ia diantar seorang laki-laki umur sebaya pula, sepertinya suaminya.
Ia menurunkan bawang bawaannya. Lalu menggelar tikar di pertigaan itu. Menata barang dagangannya.
Sabtu kemarin, dalam perjalanan pulang dari Cikarang, tak sengaja saya mendengarkan dari radio mobil. Siaran dari sebuah radio Cikarang. Saat itu, sang ustadz mengkaji tentang zakat.
Banyak hal yang sangat menggangu telingaku. Banyak hal yang membuat saya marah2 sendiri dan terpaksa "berbusa" sendiri mengomentari pendapat sang ustadz dalam radio. Sementara sopirku hanya tercenung mendengarnya. Entah karena gak paham atau sebab lainnya.
Salah satu pendapatnya ialah:
Bahwa sejak keruntuhan Khilafah Islamiyah, tak ada lagi lembaga yang berhak menyalurkan zakat. Lembaga2 dan badan2 amil zakat yang sekarang ini ada sama sekali tak berhak menyalurkan zakat.