Friday, January 5, 2024

Mengapa Saya Memilih Prabowo?


• Mengapa Saya Memilih Prabowo? •

Zaman saya di Jakarta. Pernah setiap hari, saya dipaksa membaca 5 koran; IndoPos, Tempo, Media Indonesia, Kompas, dan Republika. Semua tulisan tentang politik harus saya baca dan cermati, ketika itu. Saya mulai doyan politik.

Sejak 2009, ketika Prabowo pertama kali masuk kertas Pemilu Capres-Cawapres. Pasangan Bu Mega. Saya tidak memilih Prabowo.

Tahun 2014.

Prabowo maju capres. Pasangan cawapres-nya Ketum PAN; Harta Radjasa. Juga besan presiden kala itu; Pak Beye. 

Lagi-lagi, saya bukan pendukung dan pemilih Prabowo. 


Tahun 2019

Beliau maju capres lagi.

Lawan capres yang sama di 2014. Jokowi.

Kali ini PJ berpasangan dengan tokoh NU senior; Kiai Ma'ruf Amin.

Saya lagi-lagi, tidak memilih Prabowo.

2024 Prabowo maju lagi keempat kalinya.

Kali ini gandeng anak presiden yang sedang menjabat; Gibran putra Jokowi.  

(Jadi, beliau Prabowo, sudah 2x pengalaman maju capres dengan "dukungan" presiden yang sedang menjabat). 

Pertama (2014); besannya presiden. 

Kedua (2024): anaknya presiden.

Kita lihat, apakah beliau berhasil--atau gagal lagi seperti 2014?

Hari ini, lewat peran aktif beliau sebagai Menteri Pertahanan (sesuai background yang militer), saya masih belum menemukan kesan yang membangkitkan untuk menjatuhkan pilihan pada sosok Jenderal Prabowo. 

GOR GIRI KRIDA Gresik, 

5 Januari 2024

#1Day1Note 

#MelekPolitik 

*Catatan ini menjawab pertanyaan sebagian orang; "Kok Ustadz bicara politik?"

Jangankan politik, bicara investasi dan saham saja saya bisa kok. 😘

Anda tidak harus ikut saya. 

Begitu pun guru-guru di lembaga saya, tidak harus sehaluan dengan politik saya.

Godaan Kiai di Tahun Politik



• Godaan Kiai di Tahun Politik • 

Godaan bagi kiai muncul lagi di tahun politik. Bukan soal disogok uang. Karena pasti akan ditolak. Tapi soal preferensi politiknya.

Ketika kiai mendukung calon A, beliau tentu berharap para santri dan alumninya juga ikut pilihan beliau. Namun, ternyata tidak semudah itu.

Santri (terlebih sudah alumni) ternyata punya preferensi politik sendiri. Bahkan, sudah gabung di partai-partai yang berbeda. Kiainya PKB, eh santrinya gabung PPP. Kiainya PPP, santrinya gabung PKB. Atau malah Golkar dan PDIP. 

Saat itulah kelapangan hati beliau sebagai pendidik diuji. Apakah akan merestui dan mendoakan untuk kebaikan santrinya yang berbeda-beda haluan, ataukah malah menggerutu.

Naudzubillah,

Jika sampai mengungkit-ungkit jasa-jasa yang pernah diberikan pada santrinya semasa mondok.

"Puluhan tahun tak ramut. Tak biayai mondok dan sekolahnya. Sekarang sudah jadi orang kok nggak mau nurut sama saya," ini contoh kalimat yang nauzubillah--dan berpotensi menghapus pahala-pahala yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun karena ngeramut sang santri.

Terlebih, jika kiainya nyalon. Santrinya tidak ada pergerakan mendukung.

Bolehkah mengklaim kebaikan-kebaikan dan jasa yang pernah dilakukan atas seseorang atau lembaga? Boleh-boleh saja, kalau memang faktanya seperti itu. 

Tapi, itu bisa menyakiti perasaannya. Bisa masuk riya. 

فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ

Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).

PP Cahaya Quran, 5 Januari 2024

#1Day1Note 

#MelekPolitik

Wednesday, January 3, 2024

Capres Pilihan



• Siapa Preferensi Capres Jenengan •

Disela obrolan bersama Prof Waego beberapa waktu lalu di Malang, kami bertanya soal capres pilihan beliau.

"Mohon maaf, sebelumnya. Saya tidak bermaksud memengaruhi pilihan Jenengan."

"Coba perhatikan saja. Misalnya, ada seorang anak yang sejak kecil dirawat, dibesarkan, diberikan privilege dalam kekuasaan. Setelah besar, berkuasa, dan mampu, lantas melawan orangtuanya."

"Bagaimana menurut Jenengan?"

"Saya tidak menyebut nama lhooo... Tapi, coba analogikan saja dengan akhlak seorang anak terhadap orangtuanya." 

Seorang anak, jika orangtuanya durhaka? 

Apa boleh si anak membalas durhaka pada orangtua?

Menurut ajaran Islam kan gak boleh. Malah harus tetap berbakti--asalkan tidak disuruh maksiat atau melawan ketentuan Allah.

"Simpel saja saya mikirnya." 

Malang, 27 Desember 2023

#1Day1Note 

Malam Pertama di Rumah Mertua


• Malam Pertama di Rumah Mertua •

🥰

Awali kisah ini dengan senyum penuh cinta. 

Abah dan ibu mertua itu hampir tiap hari pulang tengah malam. Jam 23, 00.00, jam 01, kadang jam 02 malam. Biasa, keliling-keliling desa, koyok pejabat.

Yang istimewa, sekalipun pulang larut malam, hampir tidak pernah sekalipun beliau absen sholat tahajud. Selalu bangun jam 3 dini hari atau jam 3.30 menjelang Subuh. Biasanya lanjut wiridan hingga Subuh, lantas ke masjid.

Malam itu, malam pertama saya di rumah mertua. Kamar saya tepat berada di depan musholla ndalem. Sehingga, kalau ada yang sholat atau ngaji di musholla, pasti saya dengar sayup-sayup.

Lagi capek-capeknya, lagi lelap-lelapnya, dini hari itu pintu kamar saya digedor. (Tepatnya, dibangunkan deh. 😆). Saya menggeliat, lalu bangun.

Lampu dinyalakan. 

Owh, jam 03.00 dini hari guys. 😇

"Ibuk iki, wonten nopo?" istri protes ke yang menggedor pintu.

"Wes jam 3, wayahe sholat," ujar beliau kalem. 

Wuiiiikkkk...

Terpaksa, dah.

Jam 3 dini hari bangun.

Lalu mandi besar. 

🤩🤩🤩

Tahajud yang terpaksa.😘

#1Day1Note 

#AbahPunyaCerita

Nasihat Abah Soal Bekerja untuk Hidup selamanya


• Nasihat Abah tentang Hadits اعمل لدنياك •

Kerja untuk Dunia 

Amal untuk Akhirat 

Dalam sebuah perjalanan kulakan kain ke Surabaya. Saya menyopiri Abah mertua. Ketika itu saya masih tahap belajaran nyetir.

Dua baris tengah dan belakang mobil Ertiga penuh dengan tumpukan kain. Karena baru tahap belajar itulah, mertua inisiatif menemani saya belanja. Menunjukkan toko kulakan, dan mengenalkan dengan bos China--pemilik toko. Priviledge (koreksi jika salah ejaan) 🤭. 

Sambil nyopir, Abah menasihati.

"Ngeneki iki, mergawe Cung. Nek ngurusi nduyo terus. Ngurusi penggawean terus, mesti gak onok lerene. Sampean gak bakal sempat ngajar/ngulang." 

"Mangkane, nek wayahe ngulang/ngajar, penggaweane ditinggalno disek." Nasihat beliau saat melihat orderan saya (waktu itu) yang nderundung kian banyak.

"Nggeh, Ba," jawab saya singkat, sambil fokus nyopir.

Eling hadits-e Nabi,

اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا، 

واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا

"Bekerjalah untuk duniamu, seakan kamu akan hidup selamanya 

Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok."

Jangan salah paham dengan hadits ini, ya.

Karena hidup di dunia selamanya, tidak lantas kita bekerja siang dan malam, mengumpulkan dunia (harta) sebanyak-banyaknya. Seakan-akan kamu akan hidup selamanya. 

Lalu mencari uang dan tabungan yang buanyak, yang cukup untuk hidup selamanya. Bukan itu! 


Tapi,

Jika kamu bekerja untuk dunia itu, sewajarnya saja. Jangan lupa waktu. Sebab, momen dan kesempatan kita di dunia masih panjang. Masih ada hari esok. Toh, hidup kita selama-lamanya.

Sebaliknya, 

Kalau beramal (bekerja) untuk akhirat, gunakan waktu yang ada sebaik-baiknya. Semaksimal mungkin. Sebab, peluang dan waktu kita terbatas hari itu. 

Bayangkan, seakan-akan besok kita sudah meninggal. Besok sudah tidak punya kesempatan lagi. 

Seperti ngajar/ngulang,

Bayangkan itu adalah hari terakhir kamu bertemu murid-murid. Kesempatan terakhir kamu berbagi ilmu kepada para santri. Sebab, besoknya kamu tidak akan bisa ngajar mereka lagi.

Karena kamu sudah tiada.

#1Day1Note 

#AbahPunyaCerita

Tuesday, January 2, 2024

Tahlilan, Cangkem e Kudu Milu Muni



• Beda Fatihah dan Durian • 

#1 - Jangan Mingkem 

"Jenengan diundang ini memang untuk mendoakan Almarhum Bapak H. Suyuthi, tapi Jenengan nggeh kudu milu muni. Sebab, pahalanya tidak hanya akan mengalir untuk almarhum Bpk H. Suyuthi, tapi juga ke orangtua Jenengan," tausiah KH Ma'mun Afandi. 

"Itulah bedanya Fatihah dan Durian. Kalau durian 1 buah dibagi untuk 5 orang, ya paling dapat berapa biji gitu saja. 

Tapi, kalau Fatihah meskipun ditujukan untuk orang Islam sedunia, dapatnya utuh. Semua dapat pahala yang sama. Tidak dibagi-bagi."


#2 - Wirid Sholawat 

Saya pesan; yang muda-muda kudu punya wiridan sholawat. Minimal sholawat lan istighfar. Setiap hari. Jangan baca sholawatnya pas wonten syekher-syekher mawon.

Yang paling mudah, sholawat Jibril:

صلى الله على محمد 

Rutin setiap hari 100x 

Kalau bisa ya minimal 1000x 

#3 Mimpinya Imam Ibnu Mujahid 

Hari itu, Imam Ibnu Mujahid bertemu Imam Syibli. Beliau lantas mencium kening Imam Syibli. Yang dikecup, merasa heran. Wong derajat Imam Ibnu Mujahid lebih tinggi daripada dirinya.

"Ada apa Jenengan kok mengecup kening saya?" tanya Imam Syibli. 

Imam Ibnu Mujahid lantas bercerita bahwa malam kemarin beliau bermimpi bertemu Rasulullah. Beliau mengecup kening Imam Syibli. 

"Apa istiqomah yang Engkau lakukan sehingga Rasulullah mengecup kening Jenengan, wahai Imam Syibli?"

"Setiap selesai sholat fardhu, tidak pernah sekalipun saya berlalu kecuali setelah membaca:

لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليهما عنتم، حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم.

Dilanjutkan:

صلى الله عليك يا محمد ...


Tritunggal, 2 Januari 2023 

Disampaikan oleh KH Ma'mun Afandi, 

- Pengasuh PP Nurus Siroj 

- Ketua Tanfidziyah PCNU Babat 

Dalam acara kirim doa 1000 hari almarhum Bapak H. Ahmad Suyuthi.


*dengan beberapa penyesuaian.

Abah yang Boros Nasihat


• Boros Nasihat •

Abah mertua adalah motivator pertama saya agar berani nyopir. Sekalipun masih belajaran, beliau kerapkali memaksa saya nyopir. Bahkan, sering mengajak kulakan kain ke Surabaya. Saya yang baru belajaran disuruh nyopir. 

"Pakai mobil itu lebih aman, daripada pakai motor," ujar beliau.

Namun, karena merasa bukan milik sendiri, saya lebih sering keukeh pakai motor. Sekalipun mobil ada nganggur di rumah. Kalau tidak saking butuhnya, saya gak pakai mobil. Kirim paket kaos 2 karung juga, dulu saya pakai motor. (Sekarang, 1 karung kecil aja pakai mobil).🤣

Abah mertua, tipe orang yang tidak pelit nasihat. Terutama untuk menantunya--apalagi sebagai menantu pertamanya. Boros sekali nasihatnya. Mulai soal rumah tangga, bermasyarakat, bekerja, mengajar, silaturrahim, hingga interaksi dengan dengan rewang di rumah tangga.

Eits, 

Tidak cuma nasihat omongan. 

Tapi, contoh keseharian.

Sebagai menantu pertama, saya mengalami masa-masa panjang hidup bersama mertua. Dengan berbagai dinamikanya. 🤣 

Apalagi, semua adik-adik istri masih pada di pondok, atau kuliah. Hanya pulang dan berkumpul saat liburan.

Pernah suatu ketika, saat berduaan beliau curhat,

"Lapo seh Cung. Abah iku pengen mantuku manggon nek omah Babat disek; 1 atau 2 bulan?" 

"La nopo lho, Ba?" tanya saya.

"Ben Abah iki iso ngulangi. Iso ngajari soal rumah tangga. Soale Abah iki yo gak mungkin urip sak teruse. Mangkane, ben mantuku iso ngopeni, iso ngeramut anak-anakku seng apik," jelas beliau.

Hmmm...

Bener juga, batin saya. 

===

Gak tau nich; kok tiba-tiba ide tulisan yang muncul 2 hari ini tentang Abah mertua?

Entah, otak saya kehabisan ide untuk target Resolusi 2024 》 

1 hari = 1 tulisan 


#1Day1Note

Tanam Pohon Mangga


Tanam-tanam 

Pagi sehat. Jalan kaki 1200 meter. 

Lanjut tanam pohon.

Kali ini ada pohon mangga di area PPCQ, yang posisi tanamnya kurang pas.

Berbekal pacul yang ada di gudang tukang, saya pindahkan pohon itu. Posisinya sudah sangat pas, menurut saya. Akan jadi gerbang ke area Timur PPCQ--yang menurut desainer akan dibangun asrama santri putri dan perumahan pengasuh dan dapur umum.

Keringat menetes tanpa henti.

Tiap 5x paculan, napas ngos-ngosan.

Pinggang serasa encok-an.

Mohon maklum, udah lama gak pegang pacul.

Pantesan,

Para petani itu sehat-sehat.

Hal yang paling memuaskan, tentu saja saat pohon tertanam dengan baik. Semoga bisa tumbuh membesar. Buahnya kelak bisa dimakan bareng santri-santri. Atau menjamu tamu. Atau berbagi tetangga sekadarnya. 😍

Yang memuaskan berikutnya, yakni saat istirahat begini. Leyeh-leyeh. ☕️ 

Sambil menulis status, lalu ada komentar yang berbagi ilmu tanam menanam. 

Atau malah berbagi bibit pohon lainnya. 

Atau bahkan berbagi sekalian pupuk dan media tanamnya. 😘😘😘



Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)