Showing posts with label catatan harian. Show all posts
Showing posts with label catatan harian. Show all posts

Tuesday, November 19, 2019

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

• Ketika Tangan dan Kaki Berkata •
Pada mata pelajaran Ilmu Kalam, di kitab al-Husun al-Hamidiyah ada disinggung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Padang Mahsyar (atau al-Mauqif, dalam redaksi kitab Husun).
Salah satunya; kesaksian kaki, tangan, kulit, dan anggota tubuh kita. Sementara mulut terkunci. 
Saya menyebut sebuah ayat yang kerap kita baca dalam Surah Yasin:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan, rata-rata murid sekelas nyambung dan ikut baca ayat ini bersama-sama.
Saat menjelaskan tema kesaksian anggota tubuh inilah, kemudian saya terpaksa menyanyikan lagu dari Chrisye ini sepintas saja.

Sunday, November 17, 2019

Pohon Mangga Barokah

• Pohon Barokah •

Seorang guru besar kampus negeri di Malang. Profesor asli Bluluk (atau Sukorame - Lamongan) bercerita. Sekitar 20 tahun lalu, dia sekeluarga punya beberapa hektar kebun mangga. Untuk perawatan, keluarga mereka menitipkan pada beberapa orang tetangga di kampung. Selain dijamin beras dan kebutuhan pokoknya, tukang penjaga dan perawat kebun mangga itu diberikan kebebasan untuk mengambil buah mangga.

Beberapa kali panen, mangga tersebut "ndadi". Menghasilkan buah yang amat banyak. Dalam setahun, bisa memperoleh hasil lebih dari 60 juta (zaman itu). Jumlah yang amat banyak.

Pada suatu ketika, keluarga pemilik kebun mangga berniat "njagakno" panen  mangga di tahun itu untuk berangkat umroh bersama. Para tukang kebun dipesan untuk menjaga dengan baik mangga-mangga di kebun. Tidak boleh ambil mangga banyak-banyak. Secukupnya saja untuk dimakan keluarga tukang kebun.

Thursday, November 7, 2019

Semangatnya Kiai Musthofa Paloh Bercerita Sosok Mbah Musthofa

Seuntai Jejak Sang Tokoh
(KH Musthofa Abdul Karim, pendiri PP Tarbiyatut Tholabah Kranji)

Saya dapat tugas dari redaksi; menulis tentang tokoh sentral PP TABAH Kranji. Sang pendiri, KH Musthofa bin Abdul Karim, yang baru saja diperingati haul-nya yang ke 71, 2 hari lalu, Selasa (5/11).

Tak banyak tokoh yang bisa saya temui untuk mengorek sejarah kehidupan beliau. Pendri pondok tertua di wilayah Lamongan. Tepatnya tahun 1898 M. Atau berdiri 121 tahun lalu (menggunakan hitungan kalender Masehi). Satu abad lebih.

Sehingga, untuk mencari informasi tentang Mbah Musthofa, harus menemui orang yang usianya saat ini di kisaran 80 tahun. Sehingga, ketika itu dia sedang berusia sekitar 10 tahun. Cukup layak untuk sekadar mengingat kisah seseorang.

Narasumber saya jatuh pada sosok KH Musthofa Abdurrahman, salah satu cucu KH Musthofa Abdul Karim. Yang juga masuk dewan masyayikh PP TABAH Kranji.

Friday, October 18, 2019

Berburu Ridho Allah di Warung Kopi

• Berburu Ridho Allah di Warung Kopi •

Pada pengajian bulan lalu, di Kantor LP Maarif PCNU BABAT, KH Ali Imron - PP Nurul Anwar menjelaskan tentang perbedaan orang yang mendapat ketetapan Masuk Surga dan Mendapat Ridho Allah.

Masuk Surga 》

Bisa jadi melewati serangkaian proses hisab dan perhitungan amal. Bisa lama, lama sekali, atau cepat. Bisa pula hasilnya menetapkan yang bersangkutan mampir dulu ke neraka--baru ke surga. Di neraka bisa lama, bisa luuuuama, bisa sebentar saja. Baru masuk surga.

Ridho Allah 》
Yang namanya sudah dapat ridho Allah, jelas saja langsung masuk surga.
Allah pastinya gak rela dong, orang yang diridhoi-Nya terkena siksaan.
Langsung masuk surga. Tanpa hisab. Tanpa perhitungan amal.
Bahkan bisa jadi melintasi siroth hanya sekejap--tanpa sempat melihat ngerinya neraka.

Nah,
Bagaimana mendapat ridho Allah?
Ada kebiasaan yang sangat mudah.

Beliau lantas menyebut sebuah hadits riwayat Imam Muslim:
عن أنس - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((إن الله ليَرضى عن العبد أن يأكل الأَكلة، فيَحمده عليها، أو يشرب الشَّربة، فيحمده عليها))؛ رواه مسلم.

رابط الموضوع: https://www.alukah.net/library/0/48911/#ixzz62hhrd3cK

"Allah benar-benar ridho pada seseorang yang saat makan suatu makanan (bisa suapan), lalu memuji Allah atas (nikmat) makan itu. Atau saat minum satu seruputan, lantas memuji Allah atas seruputan minum itu."

Syaratnya supaya dapat ridho dari makanan itu:
1. Baca bismillah sebelum makan
2. Pakai tangan kanan
3. Dapat 1 suapan atau 1 sruputan minum, resapi dan baca Alhamdulillah...

Begitu seterusnya, dilatih dan dilatih setiap hari.
Orang yang sering nongkrong di warung kopi, sepertinya cocok mempraktikkan metode dapat ridho Allah ini.
Setiap seruputan kopi, baca bismillah...
Selesai diseruput, masuk tenggorokan, baca Alhamdulillah...
Koyok-koyok e se nongkrong di warkop. Tapi, sejatinya sedang berjuang mencari ridho Allah. 😁😁😁

Maka, akan kita sadari betapa besarnya dan hebatnya nikmat bisa makan-minum ini.

------

Saya amat menyadari sepenuhnya betapa baiknya Allah memberikan kita nikmat BISA makan ini. Bukan soal nikmat punya makanan untuk dimakan, tapi nikmat untuk bisa makan ini.

Betapa saya sadari, seminggu ini saat sakit gigi. Mau makan apa-apa sulit.
Air terlalu dingin, teng...
Air panas sedikit, tueng...
Ngunyah terlalu keras, teng...
Ngunyah kena gigi yang sakit, teng...
Bahkan, minum aiummanis bergula kena gigi yang sakit, juga teng...

Pun mirip-mirip begitu pula, misalnya saat kena sariawan.
Begitu mudahnya Allah mencabut nikmat BISA makan ini.
Betapa tersiksanya kita. Makanan punya, tapi tak bisa makan. Atau tak enak makan.

Karena itu, saya mencoba meresapi doa sebelum makan,
اللهم بارك لنا فيما رزقتنا ...
"Ya Allah, berkahilah apa-apa yang telah Engkau rejekikan pada kami..."

Doa permohonan #barokah di sini, bisa jadi maksudnya (salah satunya) adalah nikmat bisa memakan rejeki yang telah Allah berikan pada kita.
Mungkin orang yang tidak bisa makan, karena tak punya sesuatu yang dimakan dia akan tersiksa dengan nasibnya.
Tapi, orang yang punya banyak sesuatu untuk dimakan, tapi gak bisa dimakan, bisa jadi lebih tersiksa (bisa jadi lho...).

Saya jadi teringat, dalam sebuah rekaman ngaji Gus Baha.
Ada seorang miskin yang curhat ke beliau.
Orang miskin ini sehari-hari sering kekurangan. Kadang bisa makan, kadang tidak.
Dia "protes" pada Gus Baha soal ketentuan puasa bagi seorang muslim.

Kira-kira begini kalimatnya:
"Puasa ini benar-benar menyiksa. Saya setiap hari sudah jarang makan, eh malah disuruh puasa pula. Gak adil. Mestinya orang kaya-kaya itu saja yang disuruh puasa, karena setiap hari sudah makan enak."

Gus Baha menimpali yang kira-kira begini (pakai bahasa saya--red):
Lho, mestinya Jenengan tidak tersiksa dengan ketentuan puasa. Wong sudah terbiasa tidak makan.
Justru mestinya yang lebih tersiksa adalah orang-orang kaya itu.
Mereka setiap hari terbiasa makan enak. Pagi ayam goreng. Jelang siang pesan pizza. Jam siang, makan sate dan gule. Nanti sore ganti makan nasi goreng atau mie ayam. Nanti malam, ganti menu lain yang tak kalah enaknya. Belum lagi camilan dan minuman di cafe. Lalu, tiba-tiba disuruh meninggalkan itu semua. Berpuasa. Apa gak lebih berat???!

Tuingggg...
Seketika orang miskin itu tersadar.
Benar juga, ya...
Suwun Gus, katanya ngeloyor...

Tritunggal, 18 Oktober 2019
@mskholid

insert: obat dari dokter gigi, alhamdulillah bisa nyeruput kopi.

Saturday, September 21, 2019

Segelas Teh yang Harganya Mengalahkan Seliter Beras

• Segelas Teh yang Harganya Melebihi Seliter Beras •

Sekitar sebulan lalu, saya melintas di Jalan Darmo Surabaya. Jelang lampu merah mobil jalan pelan. Di samping kiri, nampak gerai minuman yang amat laris. Belasan orang berdiri antre. Sebagian besarnya adalah kurir ojek online berjaket hijau. Saya penasaran, apa itu?

"Es teh khas Thailand," jawab istri.
"Piye rasane?" tanya saya.
"Yo emboh... Ora ngerti. Wong ora tau Sampeyan jak tuku kok," ujar istri.
Saya tertawa, lanjut menginjak pedal gas.

Di waktu berbeda, saya ke GresMall di Gresik. Lagi-lagi saya menemukan gerai teh yang sama. Dan lagi-lagi nampak belasan orang berdiri antre. Termasuk kurir online.
Wowww... Kayak apa sih rasanya. Penasaran.

Saturday, August 31, 2019

Pengalaman di Class Meeting Sekolah

• Pengalaman Menata Taman, Menghias Ruang/Kelas, dan Ngurusi Class Meeting •

"Ustadz, curhat dong...!"
Lho, ada apa ini. Datang-datang ke kelas kok mau dicurhati. Hehehe...
Alamat motong jam pelajaran ini.

"Ada apa tho, nduk?"

Salah satu siswi mewakili cerita:

Begini, Ustadz...

Kiai yang Menuntun ke Tempat Wudhu

• Kiai yang Menuntun ke Tempat Wudhu •

Dua hari lalu saya begadang hingga dini hari. Dengan seorang mantan pemain voli andalan wilayah Pantura. Semasa sekolah, dia sering mendapatkan undangan (baca: bon) main voli dari berbagai sekolah. Termasuk juga pondok pesantren. Begitu pula saat dewasa, sering mendapat undangan main mewakili desa tertentu.

Secara angkatan, beliau ini sekelas main voli dengan mantan pemain timnas asal Kranji. Kak Saiful. Bedanya, Kak Saiful tidak merokok. Sehingga tetap bisa membela tim Petro kala itu. Sementara beliau merokok. Jadi, harus keluar dari Petro. Pindah ke klub voli pesaingnya, Sparta.

Wednesday, August 28, 2019

Lithium Cell, Masa Depan Listrik Indonesia? •

• Lithium Cell, Masa Depan Listrik Indonesia? •

Postingan yang langsung membuat saya follow page beliau ialah soal baterei lithium.
Pun bahkan saya gabung di channel Telegramnya. Mardigu WP.
Dalam postingan itu, beliau menggambarkan pentingnya baterai lithium sebagai solusi praktis dan hemat bagi listrik rumah tangga masyarakat Indonesia.

Monday, August 19, 2019

Belajar Hemat dari Bapak

• Belajar Hemat dari Bapak •

"Cung, lampune ojo lali dipateni. Tivine dipateni."

Begitulah dulu pesan rutin almarhum Bapak setiap malam. Jika saya masih terjaga hingga jam 9 malam lebih. Menonton TV. Kalau saya sudah tertidur duluan, bisa dipastikan Bapak akan selalu mematikan semua lampu dan power listrik di rumah. Termasuk tombol power TV di layar. Bahkan, boster antena pun dicetekkan untuk mati.
Sehingga, ketika menonton TV di malam hari, saya mesti menyalakan timer. Supaya saat ketiduran, TV pun ikut mati.

Thursday, June 20, 2019

Mahalnya Denda Kredit Motor

Hari ini, saya telat bayar cicilan motor. 9 hari. Hanya 9 hari.
Lalu, pagi tadi ada seorang petugas. Datang ke rumah, hanya mengingatkan saja bahwa angsuran segera dibayarkan.
Saya iyakan, hari ini saya bayar di Indomaret.

Ndilalah,
Pas saya bayarkan ke indomaret, ternyata dendanya mahal sekali. Belum lagi, ada biaya collection fee. Biaya tukang tagih (tukang mengingatkan saja). Yang menurut saya, mending via sms saja. toh, data nomor saya ada di sana. Yang mungki ongkosnya jaaauh lebih murah.
Lha, ini ada collection fee. Saya belum baca di kontrak, apakah memang ada ketentuan biaya tukang tagih ini.

Rincian bayarnya begini;
- Besar angsuran ; 795.000
- Denda 9 hari ; 31.800
- Collection Fee : 25.000
- Biaya operasional : 4.000


Begitulah...
Barangkali ada yang share pengalaman lainnya?

Friday, March 29, 2019

Pentingnya Ilmu Balaghoh

~ Pentingnya Ilmu Balaghoh

Pemahaman terhadap ilmu balaghoh amat penting.
Jangan sampai terjadi; generasi kita mendatang salah paham terhadap Alquran gara-gara abai dengan ilmu yang satu ini.

Sebab,
Alquran sendiri mensifati dirinya dengan:
بلسان عربي مبين
Menggunakan bahasa Arab yang jelas.

Karena menggunakan bahasa Arab itulah, maka cara kita memahami makna Alquran dan menggali hukumnya pun harus menggunakan standard bahasa Arab. Tidak sekadar terjemahan dari bahasa Arab.

Saya jadi ingat pelajaran Ulum at-Tafsir di MAK dulu, bahwa yang disebut Alquran adalah
هو كلام الله المنزل على نبينا محمد...
......... menggunakan Bahasa Arab.... dst.

Jadi, kalau yang bukan berbahasa Arab, tidak masuk kategori/definisi Alquran.

Nah, andai pemahaman terhadap Alquran tidak menggunakan standard Bahasa Arab, dikuatirkan timbul keraguan dari beberapa generasi setelah kita kelak.

Misalnya, saat membaca surah al-Baqarah.
صم ، بكم، عمي فهم لا يرجعون .
Kutipan ayat di atas mensifati orang kafir. Bahwa mereka orang kafir itu:
Tuli
Bisu
Buta

Usai membaca ayat ini, mereka hendak membuktikan dengan fakta di sekitarnya.
Setelah dicek, orang-orang kafir (atau non muslim) itu ternyata bisa mendengar (alias tidak tuli), bisa bicara (alias tidak bisu), dan bisa melihat (alias tidak buta).

Maka, timbullah keraguan pada Alquran. Atau bisa jadi timbullah sangkaan Alquran tidak sesuai fakta yang ada. Sehingga pada akhirnya, dianggap tidak layak dipakai sebagai rujukan di zaman future.

"Wah, Alquran ternyata sudah kuno. Gak up to date lagi dengan zaman ini. Alquran hanya dokumen sejarah. Mungkin, ratusan tahun lalu, orang-orang kafir memang tuli, bisu, dan buta kali ya???"

Bisa jadi, kesimpulan di atas akan muncul di otak mereka yang cerdas (zaman future).

Inilah bahayanya abai terhadap ilmu balaghoh dkk.-nya sebagai salah satu elemen penting memahami Alquran dengan benar.

Zaman Now sendiri "terkadang" kita temukan kesimpulan yang salah dari teks Alquran, ya gara-gara hanya membaca terjemahan nash atau terpaku pada sisi lahiriah teks. Sementara abai terhadap sisi sastrawi dari bahasa asal teks tersebut.

Contoh 1,
Bila anda kesal dengan tingkah orang yang buruk.
Jika buruknya masih biasa saja, biasa disebut: orang itu #kayak anjing.

Tapi,
Jika buruknya sudah sangat nemen, kita akan sebut langsung: DIA ANJING.
(Tanpa menyebut #kayak)

Contoh 2,
Bila ketemu orang yang puinter. Kita biasa menyebutnya: Dia #kayak Samudera.
Tapi, jika pinternya itu kelewatan. Melebihi standar luar biasa, kita biasa menyebutnya secara langsung: #Dia Samudera.

Sama, dengan di kitab Maulid Diba'.
Rasulullah saw kita sebut dengan kalimat:
أنت شمس
أنت بدر
أنت نور فوق نور

Saking luar biasanya Kanjeng Nabi saw
Kita tidak pakai kalimat
أنت كالشمس
أنت كالبدر
أنت كالنور

  Dan seterusnya....

Maka, seperti itu pula yang dipakai Alquran dalam surah al-Baqarah di atas.
Saking kebarusnya orang-orang kafir itu tidak mau menerima dakwah Rasulullah, Allah menyebut mereka secara langsung.
Tidak lagi menggunakan kata "seperti".

---

Nunggu Bakoel-e, Keraton BBJ
29 Maret 2019
Shorih Kholid @mskholid
Sekjend Ikbal Tabah Kranji

*diinspirasi dari ngaji Gus Baha'.

Friday, January 25, 2019

Kekasih Takdianggap


Aku mentari tapi takmenghangatkanmu
Aku pelangi, takmemberi warna di hidupmu
Aku sang bulan, takmenerangi malammu
Akulah bintang, yang hilang ditelan kegelapan

Selalu….
Itu yang kau ucapkan padaku…

………

Coba Anda simak baik-baik bait sebuah lagu di atas.
Apa yang janggal?
Ya, tepat!
Bagaimana mentari kok takmenghangatkan?
Bagaimana bisa pelangi takmemberi warna?
Bagaimana bulan takmenerangi?

Apa yang terjadi?
Bisa jadi, itu adalah mentari yang tertutp gerhana
Bisa jadi, ia hanyalah gambar pelangi
Bisa jadi, ia adalah bulan-bulanan
Bisa jadi pula, ia adalah mainan bintang

Atau…
Jangan-jangan yang bersangkutan (penyanyi) Cuma mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah sang mentari, palangi, bulan, atau bintang.
Jadi, sebenarnya takada seorang pun yang menyatakan dirinya seperti itu semua.
Karena itulah,
Tidaklah pantas dia bersedih atas perlakuan kekasihnya sebagai seorang kekasih yang takdianggap.

Terima saja, karena itulah kenyataan dirinya. Dia pun harus segera bangkit dari keterpurukan dan tidak terlena dengan pujian atau sanjungan—yang sumbernya dan dasarnya tidak jelas.
Jika tidak, ia akan terus lemah dan takberdaya karena merasa dirinya sudah baik da terlalu baik—sehingga taklagi perlu memperbaiki diri—padahal orang yang baik sesungguhnya adalah yang setiap hari semakin bertambah baik.

Ciputat, 16 Maret 2008

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang


Bawa mobil kalau belum ada recehan 500 an itu perasaan gimana ngono
Andaipun di dompet gak ada duit "besar" pun, kalau di dashboard sudah ada recehan 500, hati sudah tenang.

Apalagi kalau situasi perjalanan sedang ada "cegatan"--seperti dalam perjalanan Semlaran - Drajat, yang ada dua kali cegatan di wilayah Banajrmadu dan jembatan Karanggeneng.

Kalau sudah dicegat gitu, gak ngasih duit, itu rasanya gimmmaanaaa gitu
Amat gak enak.
Belum lagi saat membayangkan bagaimana perasan beliau-beliau yang merelakan waktunya kena panas terik matahari jagain lalu lintas perjalanan, lalu tidak kita kasih duit.

Walaupun recehan 500, itu amat berarti bagi mereka
Amat berarti untuk menjaga perasaan mereka
"Suwun, Pak...!"
"Suwun, Bos...!"
Itulah ungkapan mereka saat uang gopek melayang ke dalam kaleng

Sebaliknya,
Kalau gak dikasih, bisa nesu dan jengkel.
Kalau sudah jengkel, (kata Kiai Ghofur) bisa mengalirkan ion-ion negatif warna merah--dan itu bisa mempengaruhi kita yang tidak ngasih.
Tapi, ini masih lumayan.

Di beberapa lampu merah, terkadang ada gerombolan anak yang ngamen dan meminta recehan.
Kalau tidak dikasih ia lantas berulah
Didoretlah body mobil pakai uang recehan yang dia bawa
Clerettt kecil di body mobil itu, bisa menghabiskan ratusan ribu di bengkel supaya bisa mulus kembali.

Gara-gara recehan 500, rugi ratusan ribu...!
Seperti itu pulalah hidup.

Tidak mesti yang kita butuhkan itu selalu duit besar
Tidak selalu yang kita butuhkan dalam sebuah organisasi adalah kumpulan orang-orang hebat dan besar.
Kita kerapkali membutuhkan kombinasi antara uang merah, uang biru, uang hijau, dan uang gemericik recehan tersebut.

Coba perhatikan organisasi Anda.
"Dipikir-pikir, isinya orang hebat-hebat semua.
Tapi, kenapa organisasi tidak jalan dengan baik.
Ya itu...
Sebabnya adalah tidak ada "uang recehan" di organisasi itu."
Tidak ada yang mau mengambil peran recehan itu

____________
Setidaknya,
Ketenangan yang ditimbulkan uang recehan itu,
Seperti ketenangan yang diperoleh seorang pejabat saat disopiri sopirnya sendiri

Sebab,
Kalau tidak disopiri sopirnya sendiri,
Bisa-bisa nabrak #TiangListrik 😉😁😂😃😃😃😃

Bumi Mangrove Tuban, 16 Desember 2017

Wednesday, January 31, 2018

Rejeki Tak Pernah Lari

• Rejeki Tak Pernah Lari •

Sebulan terakhir, saya "bertekad" untuk beli kacang goreng yang dijual pedagang di lampu merah.
Ya, kacang goreng adalah camilan favorit saya dan si dia di dashboard
Begitu pun si kecil Oyan, kalau sudah ngemil kacang, pasti jadi pelit
(Sama juga saat mimik es krim. Pelitnya gak ketulungan).

Ternyata, berulangkali saya melintasi lampu merah, tetap pula gak kapat kacang goreng
Kadang stoknya habis
Kadang penjualnya yang gak ada
Kadang pula,ada penjualnya tapi pas kebetulan gak lampu merah
Gagallah misi pembelian

Hari ini saya perjalanan ke Surabaya
Sendirian. Tak ada camilan apapun di dashbord mobil
Air botol pun terselip di bawah kursi. Garing.
Saya pun berniat melanjutkan misi beli kacang goreng

Uang 5 ribuan 3 lembar sudah saya siapkan di kotak samping setir
Sewaktu-waktu kalau ada penjual, bisa langsung dipindahtangankan

Di lampu merah Semlaran, dari kejauhan saya lihat penjual kacang menjajakan di samping mobil-mobil
Wah, dapet nich... saya membatin.
Ternyata, pas mendekati lampu merah, isyarat nyala sudah berganti hijau
Gagal.

Saat pulang dari Surabaya,
Keluar tol Kebomas arah Gresik, saya biasanya langsung bablas ambil kiri
Nanti muter balik di depan kantor Bupati Gresik
Tujuannya, biar terhindar dari antrean panjang lampu merah

Namun, sore ini saya merasa harus lewat lampu merah ini
Harus antre di sini. Sebab, di sinilah biasanya penjual kacang goreng mangkal
Sejak jalan Duduk Sampean diperlebar dan tak macet lagi, para penjual asongan di wilayah ini juga ikut menghilang

Saya berjalan merayap pelan di belakang truk besar
Berharap akan ketemu penjual kacang goreng
Ternyata, pas ketika saya melihat si bapak di pinggir jalan dan saya baru hendak memanggil, lampu sudah menyala hijau
Klakson di belakang sudah mengerang kencang.
Saya pun berlalu, tanpa beli kacang goreng.

----

Keluar tol, saya membatin; enak nich hujan-hujan nanti makan nasi boran khas Lamongan
Saya pun niatkan makan malam di #nasiboran langganan saya
Namun ternyata, hujan amat deras mengguyur
Sesekali diselingi kilatan dan petir

"Wah... terancam gak jadi mampir makan sego boranan, nich...!" Batin saya.
Maklum, penjual nasi boranan hanya menempati lokasi di trotoar atau emperan
Kalau hujan deras begini, pasti gak bisa jualan
Akhirnya, saya putuskan (nanti) untuk nyari makan di tempat lain

Namun...
Ternyata, menjelang masuk kota Lamongan
(Jelang tiba di lokasi para penjual nasi boran)
Hujan perlahan-lahan mengecil
Hingga akhirnya hanya menyisakan sisa-sisa genangan air

Dan,
Tiba di lokasi para penjual nasi boran (sekitar Plasa Lamongan), hujan telah benar-benar berhenti
Saya pun putuskan mengubah jadwal makan malam lagi;
Yakni kembali ke rencana awal

Begitulah rejeki ...

---

Nasi Boran favorit saya, mangkalnya biasanya di depan halaman Plasa Lamongan
Sebelah utara KFC--agak ke barat dikit. Pas di trotoar lokasi pemberhentian bus kota saat menaik-turunkan penumpang.
Jika sedang gerimis, ia pindah ke baratnya Plasa Lamongan.
Di stand emperan paling kidul (penjual nomor dua dari kidul)

Namanya Mbak Sulis
Cirinya berkerudung biru benhur 😀

Babat, 30 Januari 2018
@mskholid
- WJL Konveksi
- #PlanetKaos

*gambar-gambar hanya ilustrasi.
Hasil pencarian di Google.
Bukan jepretan saya sendiri.

Friday, December 22, 2017

Beli yang Ada Bonus Piring atau Gelasnya



● Cari yang Ada Bonus Piringnya ●

Add caption
Sejak masih bujangan, tiap kali beli sabun dan kebutuhan harian lain, saya memilih produk yang memberi bonus alat rumah tangga. Misal piring, gelas, mangkuk, atau sendok. Waktu itu, pikir saya, lumayalah untuk nyicil nanti kalau sudah berumahtangga.
Alhamdulillah, di kontrakan saya di Bekasi dulu, banyak piring, mangkuk, dan gelas, rata-rata diperoleh dari bonus beli sabun.

Tapi, saat boyongan ke kampung
Semua barang itu saya tinggal di kontrakan
Dan saya hibahkan ke pemilik kontrakan--seorang kristen taat yang baik dan ramah
(Liburan lalu, saya sempat berkunjung ke rumah beliau di Bekasi)

Kebiasan itu berlanjut saat sudah balik kampung

Seperti saat beli teh
Teh Dandang ini, selain enak rasanya, juga menyediakan hadiah bagi pembelinya

Dulu, ada promo beli 2 boks (kotak) isi 25 pcs teh celup, dapat 1 gelas putih transparan
Saya beberapa kali beli teh yang ada bonusnya ini

Lalu, muncul promo beli boks spesial gift
Satu paket boks berisi 3 kotak teh celup, bonus 1 gelas putih solid
Itu poto yang syaa pakai bikin kopi susu pagi ini

Kemarin, saya menemukan lagi promo baru
Satu paket boks isi 3 kotak teh celup, bonus 1 mangkuk tempat gula
Mangkuknya cantik, mirip wadah teh yang saya lihat di film mandarin
Berbahan keramik, warna putih solid
Langsung deh saya beli 2 boks

Kebutuhan teh di rumah ini tidak sedikit
Bukan untuk konsumsi sendiri--karena saya penikmat kopi
Tapi, untuk tamu-tamu yang datang ke rumah
Hampir selalu dibuatkan teh hangat untuk mereka

Selamat ngeteh atau ngopi

Babat, 22 Desember 2017
@mskholid

#SelamatHariIbu

*Pagi-pagi emak SMS, tak kira lapo. Ternyata ngajak sambang besan-e di Pati.

Thursday, December 21, 2017

Makan Warung, Gak Boleh Lebih 20.000


● Tak Lebih Rp.20.000,- ●

Depot Barokah di Jalan Kapasan ini, warung makan langganan saya kalau pas di seputaran Pasar Kapasan
Selalu ada menu istimewa bagi saya; Ikan tongkol
Kadang digoreng, kadang pula ada pepesan
Keduanya cocok bagi saya
Begitu pula dengan sayur sop-nya; bumbunya terasa

Dan yang terpenting, harganya murah

Murah ukuran saya (saat makan di warung) adalah seporsi makan plus minumnya harganya tidak melebihi 20.000--tidak bikin dompet mendadak migrain sehabis makan
Kalau harganya melebih 20.000 seporsi, hampir pasti tidak saya datangi lagi--walaupun rasanya enak
(Ada beberapa contoh di Lamongan dan Babat--biasanya saya mencoba menunya, sekadar pengen ngerti saja)

Apalagi yang rasanya amat sangat di bawah standar--semacam beberapa jenis makanan impor itu
Sudah mahal, bikin gak sehat pula (baca: junk food)
Hampir gak pernah jadi pilihan saya--kecuali sedang sangat terpaksa

Makan di warung (semacam) Depot Barokah ini, selain kenyang, juga tak bikin was-was harga kalau kita asal comot jajanan yang gemelantungan.

Kapasan, 21 Desember 2017
@mskholid

Saturday, December 16, 2017

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Bawa mobil kalau belum ada recehan 500 an itu perasaan gimana ngono
Andaipun di dompet gak ada duit "besar" pun, kalau di dashboard sudah ada recehan 500, hati sudah tenang.

Apalagi kalau situasi perjalanan sedang ada "cegatan"--seperti dalam perjalanan Semlaran - Drajat, yang ada dua kali cegatan di wilayah Banajrmadu dan jembatan Karanggeneng.

Kalau sudah dicegat gitu, gak ngasih duit, itu rasanya gimmmaanaaa gitu
Amat gak enak.
Belum lagi saat membayangkan bagaimana perasan beliau-beliau yang merelakan waktunya kena panas terik matahari jagain lalu lintas perjalanan, lalu tidak kita kasih duit.

Walaupun recehan 500, itu amat berarti bagi mereka
Amat berarti untuk menjaga perasaan mereka
"Suwun, Pak...!"
"Suwun, Bos...!"
Itulah ungkapan mereka saat uang gopek melayang ke dalam kaleng

Sebaliknya,
Kalau gak dikasih, bisa nesu dan jengkel.
Kalau sudah jengkel, (kata Kiai Ghofur) bisa mengalirkan ion-ion negatif warna merah--dan itu bisa mempengaruhi kita yang tidak ngasih.
Tapi, ini masih lumayan.

Di beberapa lampu merah, terkadang ada gerombolan anak yang ngamen dan meminta recehan.
Kalau tidak dikasih ia lantas berulah
Didoretlah body mobil pakai uang recehan yang dia bawa
Clerettt kecil di body mobil itu, bisa menghabiskan ratusan ribu di bengkel supaya bisa mulus kembali.

Gara-gara recehan 500, rugi ratusan ribu...!
Seperti itu pulalah hidup.

Tidak mesti yang kita butuhkan itu selalu duit besar
Tidak selalu yang kita butuhkan dalam sebuah organisasi adalah kumpulan orang-orang hebat dan besar.
Kita kerapkali membutuhkan kombinasi antara uang merah, uang biru, uang hijau, dan uang gemericik recehan tersebut.

Coba perhatikan organisasi Anda.
"Dipikir-pikir, isinya orang hebat-hebat semua.
Tapi, kenapa organisasi tidak jalan dengan baik.
Ya itu...
Sebabnya adalah tidak ada "uang recehan" di organisasi itu."
Tidak ada yang mau mengambil peran recehan itu

____________
Setidaknya,
Ketenangan yang ditimbulkan uang recehan itu,
Seperti ketenangan yang diperoleh seorang pejabat saat disopiri sopirnya sendiri

Sebab,
Kalau tidak disopiri sopirnya sendiri,
Bisa-bisa nabrak #TiangListrik 😉😁😂😃😃😃😃

Bumi Mangrove Tuban, 16 Desember 2017

Sunday, July 23, 2017

Klambi Jahit Dewe

Klambi Jahit Dewe 》

"Lid, klambimu jahit dewe yo?"
Tanyanya sambil tertawa lebar

Hahahaha...
Pertanyaan ini akan terkenang sampai saya tua nanti
Ya, mungkin akan terus terngiang tiap hari raya idul fitri tiba

"Kok iso nenger?" tanya saya.
"Sak-e kok uombo!"
Wkwkwkk...

Itulah,
Sakunya memang didesain untuk muat hape saya yang jenis tablet 7 inch.

Idul Fitri tahun ini saya memang tidak beli baju baru (juga tak beli sarung baru)
Istri saya pun tanggap, dia beli aja kain katun di salah satu toko Surabaya
Dekat toko kain tempat kulakan saya
Lalu dijahitkan ke tetangga dengan permintaan khusus itu (saku besar)

Alhamdulillah... Murah dan hemat
Cocok dan pantes saya pakai
Kainnya juga nyaman di kulit
Tak kiro gak ono seng nenger, lha kok cek telitine ngono arek kuwi
Hihihi...

Terharu, saya...

Bigguard @Tenggulun, 30 Juni 2017

Sunday, June 25, 2017

Ketupat Daun Lontar

● Ketupat Daun Lontar ●
7 Tahun Sudah

Ini jenis ketupat yang rasanya sedaaaappp
Jaaaaaaauhhh dibanding ketupat berbahan daun kelapa
Sebab pertama, bungkusnya dari daun lontar
Sebab kedua, dimasak pakai kayu bakar langsung
Bukan pakai kompor gas
.
Alhamdulillah,
Dulu ketika Bapak masih ada
Beliau sempat mewariskan ilmu merajut ketupat beginian
Bapak mewariskan dua jenis ketupat; panjang dan gepeng (tidak ada di poto)
Sementara Mae, mewariskan pada saya ilmu merajut ketupat jenis kotak (paling banyak beredar di masyarakat)
.
Dua jenis ketupat, gepeng dan panjang,
Itu jarang kita temukan di pasaran
Karena biasanya isinya lebih sedikit dibanding ketupat kotak
.
Anehnya, walau bertahun-tahun punya tradisi bikin ketupat sendiri,
Bapak hanya bisa bikin dua jenis ketupat itu
Sementara Mae pun hanya bisa bikin satu ketupat kotak
Namun, ketiga jenis ketupat itu berhasil bisa saya kuasai
.
Ketika Bapak masih hidup,
Tiap menjelang riyoyo kupatan (tanggal 7 Syawal)
Sehari sebelumnya kami sudah disibukkan untuk merajut berbagai jenis ketupat tersebut
Mae dan Bapak dibantu saya, mbak, dan adek-adek
.
Yang sering saya "sombongkan",
Di keluarga ini, hanya saya yang menguasai pembuatan tiga jenis ketupat;
Lonjong, kotak dan gepeng
Sementara orang lainnya, rata-rata cuma bisa bikin dua macam
.
Semenjak Bapak tiada, 7 tahun lalu
Keluarga kami tak pernah lagi bikin ketupat sendiri
Bukan soal bikin rajutan ketupatnya yang sulit
Tapi, soal menunggu proses memasak ketupat berbungkus lontar begini
.
Mae tidak sanggup menunggui api kayu bakar
Kalau gak salah butuh sekitar 5-6 jam agar ketupat-ketupat laziz itu bisa matang
Cukup lama, bukan?!
Dan, sepanjang waktu itu, api kayu bakar harus nyala dan terus stabil
.
Cukup berat...!
.
Walau berkali-kali punya keinginan bikin ketupat lagi,
Saya pribadi tak sanggup jika harus menunggui api kayu bakar hingga 5 jam
.
Kadang,
Saya mengkhawatirkan keahlian bikin ketupat itu hilang dari pribadi saya
Apalagi sudah amat lama saya tak bikinnya
Apalagi lagi, saudara-saudara saya ternyata sekarang lebih suka merajut pakai benang (@rajutmenik) daripada merajut daun lontar untuk ketupat.
Hehehe...

Babat, 25 Juni 2017
@mskholid

Sekian cerita saya di sela istirahat siang
Setelah sepagian keliling tetangga dan keluarga

Friday, June 16, 2017

Doa Berbuka Puasa adalah Jawaban Hamba

اللهم لك صمت ...
Adalah jawaban seorang hamba kepada Rab-nya.
Di mana Allah SWT telah berfirman,

" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : الصَّوْمُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي،

Sebuah pernyataan tegas akan ketaatan seorang hamba pada Tuhannya
Itu ibarat pernyataan seorang budak kepada rajanya yang meminta ambilkan air minum
"Air minum itu untukku..."

Sang budak menghaturkan air minum dengan pernyatan tegas pula,
"Sendiko dhawuh. Semua ini persembahan hanya untuk Engkau."

Maka,
Akan sangat hebatlah seorang hamba yang saat berbuka, lalu membaca doa tersebut, sambil meresapi maknanya sedalam-dalamnya...


Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)