Showing posts with label Dunia Buku. Show all posts
Showing posts with label Dunia Buku. Show all posts

Wednesday, January 4, 2012

Penerbit Indiva mencari naskah buku

Assalamu'alaikum. .. 

Salam buku!
Bagi teman-teman yang memiliki naskah dengan segmen perempuan, remaja dan anak, silahkan menulis di Penerbit Indiva Media Kreasi. Kami menerima naskah dengan tema:
1. Fiksi dewasa/remaja (bukan kumcer)
2. Motivasi
3. Pernikahan/ rumah tangga
4. Parenting
5. Panduan remaja
6. Keagamaan
7. Cerita anak usia SD
Kirimkan naskah terbaik Anda minimal 100 hal atau 75 hal (buku anak) ukuran kertas A4 spasi 1,5 font time new roman 12 ke redaksi_indiva@ yahoo.com

Thursday, December 8, 2011

Syarat Teknis Naskah Dongeng-Cerpen Bobo

Untuk yang senang menulis dan ingin mengirimkan karyanya ke Majalah Bobo, yuk simak syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita Majalah Bobo berikut ini:
Ketentuan Naskah:
  • Font: Arial
  • Ukuran font: 12
  • Jarak baris: 1,5
  • Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman atau 250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
  • Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:

Esensi, Penerbit Erlangga Cari Naskah Novel

Suka nulis cerita? Mau jadi penulis novel? Atau malah udah punya naskah
cerita, tapi gak tau mau ngirim ke mana? Gampang.
Buat kamu yang berminat mengirimkan naskah novel remaja atau Islami, kirim aja ke:
Divisi Esensi, Penerbit Erlangga
Jalan Haji Baping Raya N0. 100, Ciracas, Jakarta, 13740
Syaratnya gampang kok...

Tuesday, September 13, 2011

Belajar Menulis Sejak Dini

Oleh DR.Dharmayuwati Pane,MA

Orangtua murid pra-sekolah banyak bertanya kepada saya : ' Mulai usia berapa anak sebaiknya mulai diajarkan menulis? Atau ‘Pada usia berapa ya, anakku sudah bisa menulis???’…….......…..

Jawabannya agak sulit,karena ini tergantung pada pengertian anak tentang 'apa itu menulis?’ dan bagaimana kita membuat anak bisa menikmati kegiatan 'menulis' ini, sehingga tidak membosankan.

Bila kita telah memberi pengertian kepada si kecil, bahwa kegiatan menulis itu penting untuk berkomunikasi dan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan dalam wujud huruf dan kata-kata, maka dia mungkin akan termotivasi, karena memiliki tujuan dan bukan sekadar menulis huruf yang sama tanpa makna berulang kali.

Sebenarnya ketrampilan menulis dicapai anak setelah dia mengalami tahapan yang panjang. Kegiatan menulis sudah bisa dimulai, ketika anak berusia 1-2 tahun dengan membuat coretan-coretan di atas kertas dan dilatih cara memegang pensil yang benar.Mula-mula coretan/kurva yang dibuat cenderung besar, melingkar seperti spiral dan barulah lama kelamaan menyerupai gambar.Berilah kertas sebanyak-banyaknya dan lapisi dinding kamar tidurnya dengan kertas/karton putih, agar dia bisa melatih motorik halusnya dengan mencoret/membuat kurva atau gambar.

Diatas 2 tahun, coretan/kurva yang dibuat mulai terlihat bentuknya dan mulai menyerupai huruf-huruf. Pada tahap ini, anak biasanya melalui gambar-gambar ingin mengungkapkan gagasannya atau perasaannya dan akan berusaha membuat huruf untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya, makanya coretannya sudah menyerupai huruf-huruf.

Pada usia 3 tahunan dia akan bisa membedakan antara huruf dan kata, bahwa kata terdiri lebih dari satu huruf. Dia akan mulai mengidentifikasikan bunyi huruf dalam satu kata dan beri dia selalu motivasi untuk melakukannya. Karena darisini dia akan mulai belajar mengeja dan menulis huruf-huruf tsb. Perlu kita ketahui, bahwa kegiatan menulis memerlukan berbagai ketrampilan yaitu ketrampilan otot jari tangan, koordinasi mata-tangan, konsentrasi untuk jangka waktu tertentu, memori untuk mengingat bentuk huruf-huruf dan kata dan kemampuan berbahasa sebagai media untuk berekspresi.

Nah, dibawah ini adalah tahapan kegiatan yang bisa kita lakukan dengan anak dimulai sejak anak berusia 1 tahun, sebelum dia mulai mencoret-coret:

- Bermain air di bak mandi
- Menulis dengan menggunakan busa sabun
- Merangkai kartu-kartu bergambar
- Membuat bentuk-bentuk dengan lilin atau tanah liat
- Membuat cetakan-cetakan dan mengguntingnya
- Membuat sesuatu dengan alat pembolong kertas
- Membuat gambar dengan memakai kuas, cat air, cat minyak dll
- Bermain dengan memilah bentuk-bentuk sama besar
- Bermain dengan jepit jemuran
- Bermain dengan Puzzles
- Membuat prakarya dengan robekan kertas
- Membuat kalung dari manik-manik
- Menjahit dengan memasukkan tali sepatu kedalam lobang-lobang
- Bermain dengan boneka tangan
- Bercerita dengan boneka jari
- Menulis dengan alat berbeda-beda misal crayon, spidol, pensil
- Melukis dan bermain dengan warna
- Menggambar apa saja sebanyak-banyaknya

Setelah otot jari dan koordinasi mata-tangan sudah terlatih, barulah kegiatan menulis bisa dimulai sbb:

- Biarkan si kecil bercerita dan menulis huruf awal/akhir dari judul ceritanya
- Suruh si kecil buat gambar dan menulis judul gambar tsb
- Bila mau pergi tulis pesan di secarik kertas dan tempelkan di kulkas atau di atas meja,
dan minta si kecil membaca dan membalasnya atau kalau tidak bisa, mintalah bantuan
orang dewasa untuk melakukannya.
- Anak usia 3-4 tahun diberikan buku gambar dengan halaman-halaman yang tidak
bergaris untuk memudahkan dia mengungkapkan gagasannya dalam bentuk gambar dan
tulisan.
- Mintalah anak untuk membuat jurnal harian, menulis apa yang dilihat dan bisa dalam
bentuk gambar juga.
- Anda bisa minta bantuan si kecil untuk membuat daftar belanjaan atau yang diinginkan.
Kalau anak belum bisa menulis, ungkapkan dalam bentuk gambar.
- Suruh si kecil membuat kalender dengan membuat gambar dan tulisan/angka
- Ajarkan anak membuat kartu ucapan untuk anggauta keluarga lain atau teman dengan
gambar dan tulisan.
- Suruhlah membuat resep makanan yang dia suka.
- Mintalah membuat peta pulau Jawa misalnya dan menuliskan nama kota.
- Ajaklah si kecil membuat tanda atau label pada mainannya, agar mudah menemukannya
kembali.
- Buatlah gambar dan tulisan untuk ditempel di depan pintu kamarnya dll.

Hal-hal diatas adalah sebagian contoh kegiatan yang bisa dilakukan dengan si kecil dalam melakukan kegiatan ‘menulis’, yang penting hal ini harus dilakukan dalam suasana yang santai dan menarik, agar si kecil menikmati kegiatan tsb dan termotivasi untuk menyenangi kegiatan ‘belajar menulis’. Nah, Selamat Mencoba!. (TK Bilingual Pestalozzi, 07 Agustus 2008)

SUMBER

Monday, August 8, 2011

Contoh Surat Penerimaan Naskah

Salah satu tugas editor adalah menyiapkan dan mengirimkan surat persetujuan diterbitkannya sebuah tulisan dari penulis. Nah, aturan resminya kan harus ada surat persetujuan dari penerbit kepada penulis. Mungkin, contoh surat persetujuan naskah dari penerbit kepada penulis seperti berikut ini bisa membantu--atau setidaknya menjadi referensi--para editor.

No: 34/SP/Red-Sukabuku/VIII/201 Bekasi, 8 Agustus 2011
Hal: Naskah

Yth. Bapak Hafid Husain
Jln. Sunan Drajat No 196
Ds. Drajat Paciran Lamongan Jatim

Dengan hormat,
Sehubungan dengan naskah Anda yang berjudul "Membangun surga di dalam rumah tangga", perlu kami informasikan bahwa pada prinsipnya kami tertarik menerbitkan naskah tersebut dengan beberapa perasyaratan:
1. Materi naskah dipersingkat menjadi maksimal 200 halaman kuarto, dua spasi.
2. Ilustrasi naskah menjadi tanggungan penulis.
3. Naskah ditik ulang dengan komputer program MS Word.

Setelah ditik ulang, silakan naskah dikirim kembali kepada kami dalam bentuk print out dan surat elektronik (email).

Bersama ini pula kami kirimkan kembali naskah itu untuk Anda revisi. Mohon diterima dengan baik.

Atas perhatian dan kerja sama Anda, kami ucapkan terima kasih.



Hormat kami,



M. Shorih Al Kholid
Kabag Redaksi

Sunday, January 24, 2010

Apa Benar "1 Jam Mahir Kitab Kuning"?

Malam itu saya refreshing ke Gramedia Matraman. Sebagai ganti dari rencana memancing yang gagal karena hujan.

Di toko itu, mata saya dipaksa melongok sebuah buku. Judulnya "1 Jam Mahir Kitab Kuning". Sebenarnya, saya sama sekali tidak tertarik untuk membukanya atau bahkan mempelajarinya. Tapi, ada hal yang menggelitik saya yang memaksa untuk mengambilnya dari rak buku.
Apa itu? Buku itu ukurannya sangat kecil dan tipis. Kira-kira setengah ukuran A5. Jumlah halamannya pun, tak menggambarkan sebuah buku yang akan mengantar kita benar-benar menguasa/mahiri kitab kuning. Cuma 135 halaman.

Saya membuka-buka isinya. Ternyata, buku itu tak lebih dari buku "Amstilatut Tashrifiyah" yang saya pelajari sewaktu di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD). Buku yang juga dipelajari oleh adik-adik saya--yang sekarang melanjutkan di jurusan umum--dan sama sekali tidak mahir kitab kuning (pisss--mungkin sedikit2 bisa kaleee. hehe). Bahkan, buku pegangan untuk pelajaran Shorof saya itu, berukuran lebih besar dan (kalau tidak salah) jumlah halamannya pun lebih banyak dibanding buku di Gramedia itu.

Tuesday, March 10, 2009

Lebih Rinci tentang Menerbitkan Buku Sendiri (Self Publishing)

Bagian Satu: Dasar

Berikut ini beberapa hal mesti Anda punya untuk menerbitkan buku:
1. Nama Penerbit
2. Stempel
3. Alamat
4. Nama Pemilik
Empat hal di atas adalah dasar sebelum Anda mempunyai penerbitan.

Bagian Dua: Buku

Selanjutnya,
Yang Anda perlu anda persiapkan tentu saja adalah bukunya. Dan ini adalah faktor terpenting lancarnya sebuah penerbitan.
Bagaimana disebut penerbit jika tidak memunyai buku?
Bagaimana perusahaan akan mampu berkembang (atau minimal berjalan dengan lurus) jika buku yang dijual tidak laku?
Berikut adalah kriteria buku yang kemungkinan best seller
1. konten
2. manfaat buku
3. kemasan menarik

Bagian Tiga: Mendaftarkan Buku (ISBN dan Barcode)

Setelah buku ada, Anda bisa mendapatkan nomor ISBN dan Barcode di Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Mengapa harus ada ISBN dan Barcode?
Karena toko buku Gramedia, yang menguasai distribusi pasar buku Indonesia tidak menerima buku tanpa ISBN dan Barcode.

Persyaratan untuk mendapatkannya cukup mudah. Tidak terlalu mahal. 25 ribu saja, jika Anda hanya butuh ISBN. Dan, 60 ribu jika Anda ingin mendapatkan ISBN plus Barcode.

Penjelasan lebih lanjut tentang membuat ISBN ini, Anda bisa buka di blog saya; http://sukabuku.co.cc

Bagian Empat: Cetak Berapa Eksemplar?

Buku yang sudah diberi tanda pengenal ISBN dan Barcode di sampul, lalu dibawa ke percetakan. Supaya aman, Anda bisa mencetak sebanyak 3000 eksemplar. Ini sebagai tes pasar; apakah buku Anda diterima pasar atau tidak. Dan umumnya, inilah jumlah cetakan yang paling sedikit. Selain itu, biaya mencetak sebanyak itu juga tidak 'nanggung'. Ada juga penerbit yang mencetak 5000 ribu eksemplar atau lebih—tergantung pengalaman dan feeling bisnis.

Dari 3000 buku itu, laku 1000 saja, modal Anda sudah balik. Berarti masih tersisa untung 2000 buku buat Anda.

Bagian Lima: Menentukan Harga Jual

Anda bisa menentukan sendiri. Karena Andalah pemilik penerbitan ini. Biasanya, harga jual buku adalah 5-6 x harga produksi. Kalo misalnya, ongkos cetak buku Anda adalah 5000, maka anda bisa menjualnya 25-30 ribu. Itulah harga jual buku Anda di toko Gramedia.

Bagian Enam: Menawarkan Buku Ke Distributor

Bawa satu eksemplar buku ke toko buku atau distributor yang Anda tuju. Tunjukkan dan presentasikan buku Anda (intinya, tawarkanlah). Tinggalkan buku itu di sana, dan pulang. Biarkan pihak distributor menilainya.

Tunggu telepon dari pihak distributor di rumah Anda. Anda akan mendapatkan pesanan untuk mengirim buku yang Anda tawarkan. Perhatikan pula kontrak perjanjian Anda dengan distributor. Baca dan teliti dengan baik sebelum Anda memutuskan bekerja sama dengannya. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan.

Bagian Tujuh; Distribusi Buku

Agar buku Anda tersebar ke seluruh Indonesia, Anda tidak perlu repot-repot mendatangi setiap toko buku dan menawarkan buku Anda yang jumlahnya masih terbatas. Bisa habis modal Anda hanya untuk nganter-nganter. Mana duit penjualan belum masuk lagi!!!

Untuk mudahnya, Anda bisa menitipkannya pada distributor. Carilah distributor yang jaringannya luas dan bisa memastikan buku Anda menyebar di toko2 di Indonesia. Dan yang terpenting, distributor itu terpercaya. Karena jika tidak, buku Anda laris dia bilang tidak laku. Buku anda habis, tapi dia bilang masih menumpuk banyak. Jika demikian, uang pembayaran akan terlambat.

Distributor biasanya minta 35%-55% dari harga buku. Anda bisa menawarnya. Jadilah negosiator yang hebat. Semakin bagus dan menjual buku Anda, akan punya bargaining tinggi. Makanya, ingat, kualitas buku adalah faktor terpenting.

Berikut ini beberapa distributor yang bisa Anda pilih—tentu saja dengan berbagai pertimbangan dan tanya sana-sini dulu (maaf, saya belum tahu track record masing-masing):
1. Untuk Gramedia wilayah Jabodetabek (Bapak Supriyatna: 08561164259)
2. Luar Jabodetabek (Sumatera, Jabar, Jateng, Jatim, Sulawesi) pakai Agromedia. Bapak Mikel (08156127868). Agro minta diskon 55%, kasih aja. Syukur bisa Anda tawar sampai 52,5%. Laporan penjualannya setiap bulan. Uang ditransfer ke rekening setiap tanggal 15.
3. Niaga Qolbun Salim (NQS). Anak perusahaan MQ yangbergerak di distribusi buku. Anda bisa menghubungi Mbak Ani.
4. Mizan Media Utama. Jln. Cinambo (Cisaranten Wetan) No 146 Ujungberung, Bandung 40294. (022) 7815500. email: mizanmu@bdg.centrin.net.id
5. Luthfi Agency. Maaf, alamat dan nomor kontaknya hilang. Kapan2 kalo ketemu saya update lagi.
6. PT Kharisma (021 74445555. toko buku yang mempunya jaringan 42 toko buku di Indonesia.

Bagian Delapan: Menunggu Laporan Penjualan

Anda bisa enak-enakan di rumah. Membaca buku. Mengerjakan pekerjaan lain. Menulis buku. Atau aktivitas lainnya sambil menunggu transferan hasil penjualan Anda.



Semoga Sukses!

Tuesday, August 26, 2008

Penulis Buku Adalah Pembaca yang Baik

Termasuk pula ketika seseorang ingin menapak jalan menuju kesuksesan sebagai seorang penulis buku, maka tak pelak ia terlebih dahulu harus membangun tradisi membaca yang kuat dalam hidupnya. Tanpa ini, maka hampir dipastikan jalan untuk menjadi penulis buku yang sukses akan sia-sia.
Logikanya sederhana, menulis buku tentu berhubungan dengan banyak hal yang berbasis pada ilmu, informasi, dan pengetahuan. Dan kesemua hal itu hanya bisa diperoleh dari hasil kerja membaca, baik membaca dalam arti tekstual seperti membaca buku, atau pun membaca dalam arti kontekstual seperti membaca alam atau peristiwa kehidupan.

1. Teori Kendi
Ada sebuah teori sederhana yang bisa menjadi bahan untuk menjelaskan pentingnya “membaca” (sebagai proses menyerap ilmu dan informasi) sebagai kunci bagi seseorang yang ingin menjadi penulis buku. Teori itu adalah “teori kendi”.

Pernah Anda melihat kendi ? Benda yang sederhana dan terbuat dari tanah liat yang dibakar itu ternyata menyimpan sebuah teori yang sangat penting, khususnya mengenai menulis buku.
Sebuah kendi, ada kalanya diisi air. Namun, kadang juga airnya ditumpahkan untuk diminum. Kendi itu akan tumpah airnya seandainya dimasuki air terus-menerus. Lalu apa hubungannya antara kendi dengan menulis buku?


Menulis buku pun tidak jauh berbeda dengan kendi. Diibaratkan kendi itu adalah tubuh manusia. Seseorang yang jenius sekalipun tidak akan bisa menulis buku kalau tak pernah memberi “air” dalam “kendinya”. Air itu adalah ilmu, pengetahuan, data, informasi, pengalaman, pengamatan, dan lain-lain. Tentu kita tidak akan bisa menulis buku tentang “pendidikan seks Islami”, misalnya, apabila kita tak pernah menyerap ilmu, pengetahuan, informasi, tentang hal itu.

Serupa dengan teori kendi adalah “teori ember” yang dikemukakan oleh YB. Mangunwijaya. Dalam wawancara dengan majalah sastra Horison (XXI/365-367) YB. Mangunwijaya mengatakan yang intinya adalah, bahwa penulis itu ibarat ember yang penuh berisi air. Jika ember ini diisi air lagi, pasti ada air yang akan luber. Penulis diandaikan penuh (secara relatif) oleh pengetahuan, apa pun itu. Kalau ia “diisi” (dalam arti membaca) pasti lama-lama akan ada “luber”, maksudnya dibagikan kepada khalayak ramai melalui karya tulisan.

2. Penulis (Buku) yang Baik adalah Pembaca (Buku) yang Baik Pula
Untuk itu, tradisi membaca memang merupakan tradisi yang tak bisa ditawar-tawar lagi bagi seorang calon penulis buku. Seorang penulis (buku) yang baik tentu adalah juga seorang pembaca (buku) yang baik pula. Karena seorang penulis buku haruslah seorang yang kaya wawasan. Menulis buku berarti memberi informasi atau wawasan kepada masyarakat. Sehingga seorang penulis buku haruslah “lebih pandai” dari pembacanya.

Dengan tradisi membaca pula, banyak pengetahuan yang akan didapat dan wawasan pun akan kian luas membentang. Pengetahuan yang banyak dan wawasan yang luas adalah “bahan baku utama” yang siap “dimasak” menjadi aneka buku yang akan dinikmati masyarakat. Dengan banyak membaca pula seorang penulis akan selalu produktif menghasilkan karya dan tidak akan kehabisan ide.

by Badiatul Muchlisin Asti

Thursday, July 3, 2008

[tips menulis] Yuk Membumi!

*Yuk Membumi!
**Oleh Nursalam AR**

"Tulisan non-fiksi adalah mata air tulisan fiksi." (Herry Nurdi, aktivis FLP
dan penulis)
*
Salah satu pelajaran penting yang saya dapat selama "nyantri" di suatu *writing
group* yang memproduksi skenario sinetron komedi (sitkom) adalah bagaimana
membuat dialog yang realistis dan membumi. Aris Nugraha, sang mentor yang
juga bidan sitkom *Bajaj* *Bajuri* selalu menekankan-- terkadang bahkan
"mencela" dengan gayanya yang khas -- agar setiap dialog bernas dan sesuai
dengan realita. Seorang rekan pernah disentilnya karena menuliskan dialog *wong
cilik *dengan bahasa Indonesia dan diksi yang baku persis guru bahasa
Indonesia di zaman SMP.

"Masak tukang becak ngomongnya filosofis banget!" semprotnya. "Yang
realistislah! "

Kami tersenyum melihat wajah rekan itu yang merah padam karena malu. Beliau
memang begitu, tapi juga lucu. Terlebih lagi suka berbagi ilmu. Ada satu
trik jitu darinya agar kalimat atau dialog realistis. Lafalkan atau ucapkan
dengan suara keras dialog tersebut secara berulang-ulang. Lalu rasakan
dengan hati dan telinga. Janggal tidak terdengar di telinga? Cukup riilkah
dengan konteks kalimat dan situasi? Tips sederhana yang sebenarnya manjur
untuk jenis penulisan lain selain skenario. Yah, realistis. Itu juga kunci
yang, menurut Mas Aris, merupakan kunci kesuksesan sitkom
masterpiece- nya, *Bajaj
Bajuri*. Suatu realitas pengemudi bajaj yang lekat dengan keseharian kita.
Yang membuat kita sebagai penonton merasa dekat bahkan mengidentifikasikan
diri dengan si Bajuri.

Yah, realistis. Itu yang kadang kita lupa. Realistis bukan hanya soal dialog
atau kalimat. Realistis juga soal kesesuaian dengan konteks sikon. Sewaktu
SD, sebuah karangan saya luput dapat nilai tertinggi di kelas hanya karena
"satu kalimat": "Setiap pagi nelayan berangkat melaut". Saya lupa realitas
bahwa pekerjaan nelayan tidaklah sama dengan orang kantoran yang berangkat
tiap pagi. Nelayan justru berangkat kerja setiap petang jelang malam. Tapi,
di banyak pelatihan dan di banyak milis, kesalahan sejenis yang "sepele"
masih saja saya temui meski zaman SD dulu masih era 1980-an.

Saya teringat memori puluhan tahun lalu itu ketika baru-baru ini membantu
kawan menerjemahkan sebuah novelet. Dalam novelet yang masih sangat pemula,
sang penulis memberi nama tokoh-tokohnya dengan nama "Reva", "Shierly" dan
"Ricky". *Setting*-nya di kota metropolitankah? Tidak, *setting*-nya adalah
desa terpencil di pedalaman Provinsi Bengkulu. Ah, aroma sinetron yang
kental sekali!

Realistis juga bicara soal pengayaan jiwa dan tulisan kita. Ada satu milyar
lebih tulisan tentang anak SMP yang berkisah soal cinta. Seakan dunia ini
hanya hidup dan dihidupi dengan cinta? Pemahaman yang realistislah yang
membuat suatu kisah cinta yang klasik lebih terasa "dekat" dan "membumi".
Ada kasus narkoba, korupsi, *trafficking* (perdagangan anak dan perempuan)
dll yang ada di depan kita , yang kadang luput kita tangkap hanya karena
kita asyik masyuk berfantasi di dunia mimpi. Mimpi yang seragam, dan mimpi
yang sempurna. Kita takut dengan realitas di depan kita, dan menjadikan
tulisan sebagai pelarian. Tanpa disadari, ia masuk ke dalam jiwa dan luber
dalam tulisan. Sehingga tak jarang kita menjumpai tulisan yang "autis",
asyik dengan dunianya sendiri. Bahkan tak realistis.

Barangkali obatnya adalah mencari air penyembuh di mata air abadi, seperti
dalam dongeng. Seperti kata Herry Nurdi yang juga wartawan SABILI bahwa
tulisan nonfiksi adalah mata air bagi tulisan fiksi, cara termudah adalah
menuliskan observasi dan renungan kita atas pengalaman sehari-hari dan
berbagi dengan orang lain. Setidaknya ada pahala shodaqoh yang didapat.
Syukur-syukur kritik dan masukan. Bahkan, dalam sebuah komunitas,
berlimpahnya teman adalah berkah tersendiri dari berbagi cerita pengalaman.
Untuk tujuan mulia tersebut itulah komunitas Sekolah Kehidupan (
sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com dan sekolah-kehidupan. multiply. com)
tercipta.

Haramkah menulis fiksi? Tidak. Namun, sebaiknya belajarlah langsung dari
sumber, dari mata air abadi. Ia dekat dengan kita. Ia ada di genggaman kita.
Jika mata air sudah berlimpah, tulisan apapun sebagai muara akan memperoleh
berkah juga dari kemakmuran sang mata air. Karena realistis, karena membumi,
adalah hal pertama dalam hidup seorang manusia yang beradab. Bukankah
pelajaran pertama nabi Adam adalah ketika Tuhan mengajarkannya nama-nama
benda (baca: observasi)?

Mari belajar menulis diary sebelum menulis fiksi. Jika tidak setuju, anggap
saja ini sebuah rekomendasi. Atau coba lihat ke sudut lain, dan baca lagi
seruan tadi. Maka ia akan terbaca sebagai: Yuk membumi!

*Jakarta, 2 Juli 2008
-sebuah solilokui (nyanyi sunyi) untuk diri sendiri-*
--
-"When there's a will there's a way"
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-91477730
http://nursalam. multiply. com
YM ID: nursalam_ar

Saturday, June 28, 2008

TIPS - Teknik Menulis Kolom/Opini

Teknik Menulis Kolom/Opini

Oleh Farid Gaban | Pena Indonesia

PENGANTAR

Membuka halaman-halaman koran atau majalah, kita akan menemukan banyak
esai atau opini. Tulisan-tulisan itu punya karakteristik sebagai berikut:

- OPINI: mewakili opini si penulis tentang sesuatu hal atau peristiwa.

- SUBYEKTIFITAS: memiliki lebih banyak unsur subyektifitas, bahkan
jika tulisan itu dimaksudkan sebagai analisis maupun pengamatan yang
"obyektif".

- PERSUASIF: dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca agar mengadopsi
sikap dan pemikiran penulis, atau bahkan bertindak sesuai yang
diharapkan penulis.

Meskipun banyak, sayang sekali, tulisan-tulisan itu jarang dibaca.
Dalam berbagai survai media, rubrik opini dan editorial (OP-ED)
umumnya adalah rubrik yang paling sedikit pembacanya. Ada beberapa alasan:

- SERIUS dan PANJANG: orang mengganggap tulisan rubrik opini terlampau
serius dan berat. Para penulis sendiri juga sering terjebak pada
pandangan keliru bahwa makin sulit tulisan dibaca (makin teknis, makin
panjang dan makin banyak jargon, khususnya jargon bahasa Inggris)
makin tinggi nilainya, bahkan makin bergengsi. Keliru! Tulisan seperti
itu takkan dibaca orang banyak.

- KERING: banyak tulisan dalam rubrik opini cenderung kering, tidak
"berjiwa", karena penulis lagi-lagi punya pandangan keliru bahwa
tulisan analisis haruslah bersifat dingin: obyektif, berjarak,
anti-humor dan tanpa bumbu.

- MENGGURUI: banyak tulisan opini terlalu menggurui (berpidato,
berceramah, berkhotbah), sepertinya penulis adalah dewa yang paling tahu.

- SEMPIT: tema spesifik umumnya ditulis oleh penulis yang ahli dalam
bidangnya (mungkin seorang doktor dalam bidang yang bersangkutan) .
Tapi, seberapa pun pintarnya, seringkali para penulis ahli ini terlalu
asik dengan bidangnya, terlalu banyak menggunakan istilah teknis,
sehingga tidak mampu menarik pembaca lebih luas untuk menikmatinya.

KOLOM: "ESSAY WITH STYLE"

Berbeda dengan menulis untuk jurnal ilmiah, menulis untuk koran atau
majalah adalah menulis untuk hampir "semua orang". Tulisan harus lebih
renyah, mudah dikunyah, ringkas, dan menghibur (jika perlu), tanpa
kehilangan kedalaman—-tanpa terjatuh menjadi tulisan murahan.

Bagaimana itu bisa dilakukan? Kreatifitas. Dalam era kebebasan seperti
sekarang, seorang penulis dituntut memiliki kreatifitas lebih tinggi
untuk memikat pembaca. Pembaca memiliki demikian banyak pilihan
bacaan. Lebih dari itu, sebuah tulisan di koran dan majalah tak hanya
bersaing dengan tulisan lain di koran/majalah lain, tapi juga dengan
berbagai kesibukan yang menyita waktu pembaca: pekerjaan di kantor,
menonton televisi, mendengar musik di radio, mengasuh anak dan sebagainya.

Mengingat "reputasi" esai sebagai bacaan serius, panjang dan
melelahkan, tantangan para penulis esai lebih besar lagi. Dari situlah
kenapa belakangan ini muncul "genre" baru dalam esai, yakni "creative
non-fiction" , atau non-fiksi yang ditulis secara kreatif.

Dalam "creative non-fiction" , penulis esai mengadopsi teknik penulisan
fiksi (dialog, narasi, anekdot, klimaks dan anti klimaks, serta ironi)
ke dalam non-fiksi. Berbeda dengan penulisan esai yang kering dan
berlagak obyektif, "creative non-fiction" juga memungkinkan penulis
lebih menonjolkan subyektifitas serta keterlibatan terhadap tema yang
ditulisnya. Karena memberi kemungkinan subyektifitas lebih banyak,
esai seperti itu juga umumnya menawarkan kekhasan gaya ("style") serta
personalitas si penulis.

Di samping kreatif, kekuatan tulisan esai di koran atau majalah adalah
pada keringkasannya. Tulisan itu umumnya pendek (satu halaman majalah,
atau dua kolom koran), sehingga bisa ditelan sekali lahap (sekali baca
tanpa interupsi).

PENULISAN KOLOM INDONESIA

"Creative non-fiction" bukan "genre" yang sama sekali baru sebenarnya.
Pada dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an kita memiliki banyak penulis
esai/kolom yang handal, mereka yang sukses mengembangkan "style" dan
personalitas dalam tulisannya. Tulisan mereka dikangeni karena
memiliki sudut pandang orisinal dan ditulis secara kreatif, populer
serta "stylist".

Para penulis itu adalah: Mahbub Junaedi, Goenawan Mohamad, Umar Kayam,
YB Mangunwijaya, MAW Brower, Syubah Asa, Dawam Rahardjo, Abdurrahman
Wahid, Arief Budiman, Mochtar Pabottingi, Rosihan Anwar, dan Emha
Ainun Nadjib.

Untuk menunjukkan keluasan tema, perlu juga disebut beberapa penulis
esai/kolom lain yang menonjol pada era itu: Faisal Baraas
(kedokteran- psikologi) , Bondan Winarno (manajemen-bisnis) , Sanento
Juliman (seni-budaya) , Ahmad Tohari (agama), serta Jalaluddin Rakhmat
(media dan agama).

Bukan kebetulan jika sebagian besar penulis esai-esai yang menarik itu
adalah juga sastrawan—penyair dan cerpenis/novelis. Dalam "creative
non-fiction" batas antara fiksi dan non-fiksi memang cenderung kabur.
Bahkan Bondan (ahli manajemen) dan Baraas (seorang dokter) memiliki
kumpulan cerpen sendiri. Dawam juga sesekali menulis cerpen di koran.

Namun, pada dasawarsa 1990-an kita kian kehilangan penulis seperti
itu. Kecuali Goenawan ("Catatan Pinggir"), Bondan ("Asal-Usul" di
Kompas) dan Kayam (Sketsa di Harian "Kedaulatan Rakyat"), para penulis
di era 1980-an sudah berhenti menulis (Mahbub, Romo Mangun, Sanento
dan Brower sudah almarhum).

Pada era 1990-an ini, kita memang menemukan banyak penulis esai
baru—namun inilah era yang didominasi oleh penulis pakar ketimbang
sastrawan. Faisal dan Chatib Basri (ekonomi), Reza Sihbudi, Smith
Alhadar (luar negeri, dunia Islam), Wimar Witoelar (bisnis-poilik) ,
Imam Prasodjo, Rizal dan Andi Malarangeng, Denny JA, Eep Saefulloh
Fatah (politik) untuk menyebut beberapa. Namun, tanpa mengecilkan
substansi isinya, banyak tulisan mereka umumnya "terlalu serius" dan
kering. Eep barangkali adalah salah satu pengecualian; tak lain karena
dia juga sesekali menulis cerpen.

Sementara itu, kita juga melihat kian jarang para sastrawan muda
sekarang menulis esai, apalagi esai yang kreatif. Arswendo Atmowiloto,
Ayu Utami dan Seno Gumiro Adjidarma adalah pengecualian.

Padahal, sekali lagi, mengingat "reputasi" esai sebagai bacaan serius
(panjang dan melelahkan), tantangan kreatifitas para penulis esai
lebih besar lagi.

TUNTUTAN BAGI SEORANG PENULIS KOLOM

Kenapa esai astronomi Stephen Hawking ("A Brief History of Time"),
observasi antropologis Oscar Lewis ("Children of Sanchez") dan skripsi
Soe Hok Gie tentang Pemberontakan Madiun ("Orang-orang di Persimpangan
Kiri Jalan") bisa kita nikmati seperti sebuah novel? Kenapa tulisan
manajemen Bondan Winarno ("Kiat") dan artikel kedokteran-psikolog i
Faisal Baraas ("Beranda Kita") bisa dinikmati seperti cerpen?

Hawking, Lewis, Hok Gie, Bondan dan Baraas adalah beberapa penulis
"pakar" yang mampu menyajikan tema-tema spesifik menjadi bahan bacaan
bagi khalayak yang lebih luas. Tak hanya mengadopsi teknik penulisan
populer, mereka juga menerapkan teknik penulisan fiksi secara kreatif
dalam esai-esai mereka.

Untuk mencapai ketrampilan penulis semacam itu diperlukan sejumlah
prasyarat dan sikap mental tertentu:

Keingintahuan dan Ketekunan:

Sebelum memikat keingintahuan pembaca, mereka harus terlebih dulu
"memelihara" keingintahuannya sendiri akan sesuatu masalah. Mereka
melakukan riset, membaca referensidi perpustakaan, mengamati di
lapangan bahkan jika perlu melakukan eksperimen di laboratorium untuk
bisa benar-benar menguasai tema yang akan mereka tulis. Mereka tak
puas hanya mengetahui hal-hal di permukaan, mereka tekun menggali.
Sebab, jika mereka tidak benar-benar paham tentang tema yang ditulis,
bagaimana mereka bisa membaginya kepada pembaca?

Kesediaan untuk berbagi:

Mereka tak puas hanya menulis untuk kalangan sendiri yang terbatas
atau hanya untuk pembaca tertentu saja. Mereka akan sesedikit mungkin
memakai istilah teknis atau jargon yang khas pada bidangnya; mereka
menggantikannnya dengan anekdot, narasi, metafora yang bersifat lebih
universal sehingga tulisannya bisa dinikmati khalayak lebih luas.
Mereka tidak percaya bahwa tulisan yang "rumit" dan sulit dibaca
adalah tulisan yang lebih bergengsi. Mereka cenderung memanfaatkan
struktur tulisan sederhana, seringkas mungkin, untuk memudahkan
pembaca menelan tulisan.

Kepekaan dan Keterlibatan:

Bagaimana bisa menulis masalah kemiskinan jika Anda tak pernah bergaul
lebih intens dengan kehidupan gelandangan, pengamen jalanan, nelayan
dan penjual sayur di pasar?

Seorang Soe Hok Gie mungkin takkan bisa menulis skripsi yang
"sastrawi" jika dia bukan seorang pendaki gunung yang akrab dengan
alam dan suka merenungkan berbagai kejadian (dia meninggal di Gunung
Semeru).

Menulis catatan harian serta membuat sketsa dengan gambar tangan
maupun tulisan seraya kita bergaul dengan alam dan lingkungan sosial
yang beragam mengasah kepekaan kita. Kepekaan terhadap ironi, terhadap
tragedi, humor dan berbagai aspek kemanusiaan pada umumnya.
Sastra (novel dan cerpen) kita baca bukan karena susunan katanya yang
indah melainkan karena dia mengusung nilai-nilai kemanusiaan.

Kekayaan Bahan (resourcefulness) :

Meski meminati bidang yang spesifik, penulis esai yang piawai umumnya
bukan penulis yang "berkacamata kuda". Dia membaca dan melihat
apasaja. Hanya dengan itu dia bisa membawa tema tulisannya kepada
pembaca yang lebih luas. Dia membaca apa saja (dari komik sampai
filsafat), menonton film (dari India sampai Hollywood), mendengar
musik (dari dangdut sampai klasik). Dia bukan orang yang tahu semua
hal, tapi dia tak sulit harus mencari bahan yang diperlukannya: di
perpustakaan mana, di buku apa, di situs internet mana.

Kemampuan Sang Pendongeng (storyteller) :

Cara berkhotbah yang baik adalah tidak berkhotbah. Persuasi yang
berhasil umumnya disampaikan tanpa pretensi menggurui. Pesan
disampaikan melalui anekdot, alegori, metafora, narasi, dialog seperti
layaknya dalam pertunjukan wayang kulit.

APA SAJA YANG BISA DIJADIKAN TEMA ESAI?

Kebanyakan penulis pemula mengira hanya tema-tema sosial-politik yang
bisa laku dijual di koran. Mereka juga keliru jika menganggap
tema-tema seperti itu saja yang membuat penulis menjadi memiliki gengsi.

Semua hal, semua aspek kehidupan, bisa ditulis dalam bentuk esai yang
populer dan diminati pembaca. "Beranda Kita"-nya Faisal Baraas
menunjukkan bahwa tema kedokteran dan psikologi bisa disajikan untuk
khalayak pembaca awam sekalipun.

Ada banyak penulis yang cenderung bersifat generalis, mereka menulis
apa saja. Namun, segmentasi dalam media dan kehidupan masyarakat
sekarang ini menuntut penulis-penulis spesialis.

- Politik lokal (bersama maraknya otonomi daerah)
- Bisnis (industri, manajemen dan pemasaran)
- Keuangan (perbankan, asuransi, pajak, bursa saham, personal finance)
- Teknologi Informasi (internet, komputer, e-commerce)
- Media dan Telekomunikasi
- Seni-Budaya (film, TV, musik, VCD, pentas)
- Kimia dan Fisika Terapan
- Elektronika
- Otomotif
- Perilaku dan gaya hidup
- Keluarga dan parenting
- Psikologi dan kesehatan
- Arsitektur, interior, gardening
- Pertanian dan lingkungan

Pilihlah tema apa saja yang menjadi minta Anda dan kuasai serta ikuti
perkembangannya dengan baik. Fokus, tapi jangan gunakan kacamata kuda.

TEKNIK PENULISAN KOLOM

Mencari ide tulisan

Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita hanya bisa
menemukannya jika memiliki kepekaan. Jika kita banyak melihat dan
mengamati lingkungan, lalu menuliskannya dalam catatan harian, ide
tulisan sebenarnya "sudah ada di situ" tanpa kita perlu mencarinya.
Tema itu bahkan terlalu banyak sehingga kita kesulitan memilihnya.
Untuk mempersempti pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa
pentingnya buat pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak
terlampau basi).

Merumuskan masalah

Esai yang baik umumnya ringkas ("Less is more" kata Ernest Hemingway)
dan fokus. Untuk bisa menjamin esai itu ditulis secara sederhana,
ringkas tapi padat, pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang
akan kita tulis dalam sebuah kalimat pendek.
Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah
bangunan arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah
(kata-kata yang mendayu-dayu) tapi keropos dasarnya.

Mengumpulkan Bahan

Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa
bersumber pada catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus
diperkaya lagi dengan bahan-bahan lain: pengamatan, wawancara,
reportase, riset kepustakaan dan sebagainya.

Menentukan bentuk penuturan

Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog.
Tapi, tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak
narasi serta deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis
memilih bentuk penuturan yang ajeg untuk setiap tema yang ditulisnya:

- Dialog (Umar Kayam)
- Reflektif (Goenawan Mohamad)
- Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
- Humor/Satir (Mahbub Junaedi)

Menulis

Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang baku dan
benar. Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan
tanda hubung? Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda
kutip (jika ragu cek kebuku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan) .

Akurasi Fakta: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada
fakta. Apakah peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita
tulisa secara benar? Apakah rujukan yang kita tulis sama dengan di
buku atau kutipan aslinya? Apakah kita menyebutkan nama kota, tahun
dan angka-angka secara benar?

Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah
teknis yang hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan
deskripsi atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari
sebisa mungkin bahasa Inggris atau bahasa daerah.

Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai,
baca kembali. Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua
kalimat. Hilangkan repetisi. Pilih frase kata yang lebih pendek:
melakukan pembunuhan bisa diringkas menjadi membunuh. "Tidak" sering
bisa diringkas menjadi "tak", "meskipun" menjadi "meski" dan sebagainya.

Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat,
dia mendorong pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja
pasif menghambat proses membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak
terhindarkan.

Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai
persoalan (otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap
menggurui. Jika mungkin hindari kata "seharusnya" , "semestinya" dan
sejenisnya. Gunakan kreatifitas dan ketrampilan mendongeng seraya
menyampaikan pesan. Don't tell it, show it.

Tampilkan anekdot: jika mungkin perkaya tulisan Anda dengan anekdot,
ironi dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih "basah" dan berjiwa.

Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh.
Hormati keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya
sepenuh hati, hanya satu saja kebenaran. Ada banyak kebenaran di "luar
sana".

Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk
membaca tulisan yang sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik
mereka yang paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa
membantu kita menemukan kalimat atau fakta bodoh yang perlu kita
koreksi sebelum diluncurkan ke media.

"MENJUAL" KOLOM KE MEDIA

Apa yang umumnya dipertimbangkan oleh redaktur esai/opini untuk memuat
tulisan Anda?

Nama penulis: para redaktur tak mau ambil pusing, mereka umumnya akan
cepat memilih penulis yang sudah punya namaketimbang penulis baru.
Jika Anda penulis baru, ini merupakan tantangan terbesar.

Tapi, bukankah tak pernah ada penulis yang "punya nama" tanpa pernah
menjadi penulis pemula? Jangan segan mencoba dan mencoba jika tulisan
ditolak. Tidak ada pula penulis yang langsung berada di puncak; mereka
melewati tangga yang panjang dan terjal. Anda bisa melakukannya dengan
menulis di media mahasiswa, lalu menguji keberanian di koran lokal
sebelum menulis untuk koran seperti Kompas atau majalah Tempo.

Otoritas: redaktur umumnya juga lebih senang menerima tulisan dari
penulis yang bisa menunjukkan bahwa dia menguasai masalah. Tidak
selalu ini berarti sang penulis adalah master atau doktor dalam bidang
tersebut.

Style dan Personalitas: tema tulisan barangkali biasa saja, tapi jika
Anda menuliskannya dengan gaya "style" yang orisinal dan istimewa
serta sudut pandang yang unik, kemungkinan besar sang redaktur akan
memuatnya.

Populer: koran dan majalah dibaca oleh khalayak yang luas. Tema
tulisan harus cukup populer bagi pembaca awam, tanpa kehilangan
kedalaman. Bahkan seorang doktor dalam antropologi adalah pembaca awam
dalam fisika. Kuncinya: tidak nampak bodoh dibaca oleh orang yang
paham bidang itu, tapi tidak terlalu rumit bagi yang tidak banyak
mendalaminya.

BAHAN BACAAN LANJUTAN

Teknik Penulisan
- Argumentasi dan Narasi (Gorys Keraf)
- Yuk, Menulis Cerpen, yuk (Mohammad Diponegoro)

Catatan Harian dan Korespondensi
- Catatan Harian Soe Hok Gie
- Surat-surat Iwan Simatupang
- Catatan Harian Ahmad Wahib

Kumpulan Esai
- Catatan Pinggir dan Kata, Waktu (Goenawan Mohamad)
- Mangan Ora Mangan Kumpul dan Sugih tanpa Banda (Umar Kayam)
- Faisal Baraas (Beranda Kita)
- Puntung-Puntung Roro Mendut (YB Mangunwijaya)

Kumpulan Cerpen
- Orang-orang Bloomington (Budidarma)
- Lukisan Perkawinan (Hamsad Rangkuti)
- Odah (Mohamad Diponegoro)
- Leak (Faisal Baraas)
- Tegak Lurus Dengan Langit (Iwan Simatupang)
- Bromocorah (Mochtar Lubis)

SELESAI

sumber:
milis jurnalisme

Friday, May 2, 2008

Contoh Form Kelayakan Naskah

Buat yang mau belajar bikin penerbit, nich... ada contoh form penilaian kelayakan naskah untuk diterbitkan atau tidak diterbitkan.
semoga berguna.

KRITERIA KELAYAKAN NASKAH

Judul :
Penulis :
Penerjemah :
Kategori : Fiksi/Nonfiksi/Faksi
Tema :

No Kriteria Check
1 Naskah sesuai dengan visi dan misi Penerbit
2 Naskah sesuai dengan tema yang sedang digarap Penerbit
3 Naskah disusun secara sistematis
4 Naskah mengandung ide yang orisinal
5 Materi runtut dan tuntas
6 Materi inovatif, unik, dan menarik
7 Pembahasan tidak bertele-tele
8 Bahasanya tidak rumit dan enak dibaca
9 Kesalahan kebahasaan relatif sedikit
10 Ketebalan cukup (tidak terlalu tipis, tidak terlalu tebal)
11 Segmentasi pembaca jelas
12 Substansi materi sesuai dengan pembaca sasaran
13 Naskah memiliki nilai tertentu yang layak jual
14 Pangsa pasar jelas dan luas
15 Ada sinopsis
16 Ada biodata singkat penulis
17 Penulis pernah menulis buku dan sudah diterbitkan
18 Naskah diketik dua spasi dengan Microsoft Word

Kesimpulan:
 Naskah tidak layak diterbitkan
 Naskah layak diterbitkan
 Naskah layak diterbitkaan dengan syarat:
1. ______________________________________________________________________
2. ______________________________________________________________________
3. ______________________________________________________________________


Jakarta, __________________






Head of Editing & Production Acquiring & Development Copy Editor Editor

TIPS MENGIKUTI SELEKSI EDITOR

Tips ini ditulis oleh Ketua Forum Editor Indonesia, Bambang Trim. Saya mengutipnya di sini. Semoga bermanfaat!
------------------------------------------

Memang sudah musimnya editor lagi banyak dicari karena pertumbuhan penerbit sedang baik. Makhluk bernama editor menjadi sebuah kebutuhan karena diperlukan untuk mendorong sukses sebuah buku. Jika kebetulan Anda berminat menjadi editor, Anda memang tidak bisa sim salabim dalam satu malam seolah pantas menjadi editor. Namun, ada dasar-dasar yang bisa menjadi bekal Anda untuk dapat lolos dalam seleksi editor.

1. Kegilaan atau minat baca Anda yang di atas rata-rata akan sangat diperhitungkan. Namun, jangan lupa Anda paling tidak bisa menyebutkan buku-buku apa saja yang telah Anda baca dalam tiga bulan terakhir. Lebih baik lagi jika Anda bisa menyebutkan judul, penulis, dan penerbitnya.

2. Kemampuan Anda menulis menjadi nilai tambah dan jangan pernah melamar kalau Anda tidak bisa menulis sama sekali.. Berikan portofolio karya tulis Anda yang sudah pernah dipublikasikan.

3. Wawasan Anda tentang perbukuan sangat dibutuhkan. Untuk itu, cepat-cepatlah cari majalah MATABACA, Bukune, di Gramedia. Atau Anda juga bisa membuka website RUANG BACA Tempo di internet.

4. Jadilah anggota milist perbukuan yang populer, seperti pasarbuku@yahoogroups.com dan milist ini.

5. Kuasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mulai dengan membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tesaurus Indonesia.

6. Baca buku-buku yang berkenaan dengan dunia tulis-menulis serta dunia perbukuan.

7. Kunjungi toko buku besar semacam Gramedia dan Gunung Agung dan catatlah beberapa buku-buku best seller di rak pajang agar Anda punya bahan untuk wawancara.

8. Kuasai penggunaan tanda-tanda koreksi standar. Anda bisa mendapatkannya di buku-buku penerbitan ataupun mencari di internet dalam tajuk correction mark atau tanda-tanda koreksi.

Akhirnya, selamat mengikuti tes. Sebaiknya memang Anda bisa mengikuti beberapa kursus editing yang kini juga banyak diselenggarakan.

Wednesday, April 30, 2008

PLUS MINUS MENERBITKAN BUKU SENDIRI, Seri:2

“Sikap Nekat” penulis yang menerbitkan buku sendiri,
alias self publishing, memang selalu memantulkan kisah
menarik. Banyak hal yang bisa diceritakan, dan kisah
jadi penerbit ini tentu saja merupakan hal baru bagi
seorang penulis.

Setelah naskah siap cetak, maka memilih percetakan
bukan hal yang sulit. Sebagai penerbit, kita bisa
memilih percetakan yang sesuai. Dalam arti sesuai
antara harga dan kualitas. Saat berhubungan dengan
pihak percetakan, maka yang perlu kita bicarakan
adalah masalah kertas cover (kualitas kertas dan
berapa gram), juga kertas di halaman dalam pakai
berapa gram. Ukuran buku juga perlu dibicarakan
detail.

Usai buku dicetak, yang memakan energi seringkali
yakni berburu Distributor buku yang bagus. Alamat
distributor buku ini bisa kita peroleh dari buku
(sejumlah buku kadang mencantumkan alamat dan tlp
distributornya). Alamat distributor buku ini juga bisa
diperoleh dari pencarian via internet, dengan
memasukkan kata kunci “distributor buku”.

Untuk buku saya berjudul: KIAT SUKSES MENGIKUTI
SERTIFIKASI GURU, saya percayakan ke Distributor di
Surabaya. Peredaran lewat distributor ini untuk
menjangkau toko buku di berbagai daerah di tanah air.
Namun karena buku tersebut banyak dibutuhkan para
guru, sejumlah Kantor Dinas Pendidikan dari berbagai
daerah, minta dikirim langsung. Bahkan belakangan ini
banyak panitia Seminar Guru / Panitia Seminar
Sertifikasi, yang langsung kontak ke HP saya
( 08123383495 ) yang minta dikirim buku dalam jumlah
banyak dan biasanya saya kasih diskon spesial.

Semua itu mengasyikkan, karena kita yang semula jadi
penulis jadi tahu liku-liku jaringan peredaran buku.
Yang lebih penting, jika self publishing maka
keuntungan kita jauh lebih banyak. Bayangkan, jika
naskah kita diterbitkan pihak lain, sekali cetak
untung Rp 12,5 juta, maka porsi penulis hanya Rp 2,5
juta dan porsi penerbit Rp 10 juta. Namun jika self
publishing, maka Rp 12,5 juta tersebut jadi milik
kita.

Adakah sisi negatifnya ? Ternyata ada. Karena terlalu
asyik mengurusi jaringan distribusi, kadang kita jadi
“kurang produktif menulis” untuk sementara waktu. Ini
wajar dan merupakan resiko seorang penulis yang “self
publishing”.


Sumber:
http://mhzen.wordpress.com
http://groups.yahoo.com/group/penulislepas/message/21643

PLUS MINUS MENERBITKAN BUKU SENDIRI, SERI 1

Menerbitkan buku sendiri alias “Self Publishing”
ternyata memiliki beragam sisi positif dan negatif.
Bagi seorang penulis, kiprah menerbitkan buku karyanya
sendiri, memunculkan sederet sisi positif. Sisi
positif self publishing ini amat banyak, sehingga
mungkin tidak cukup jika hanya dibahas dalam satu kali
tulisan.

Di antara sisi positif tersebut, yakni dengan Self
Publishing seorang penulis akan mampu jadi manajer
bagi peredaran buku yang ditulisnya sendiri. Lain lagi
jika tulisan kita tersebut diterbitkan oleh penerbit
lain, maka yang menghandel marketing, distribusi dll
adalah pihak penerbit tersebut. Namun jika kita
lakukan Self Publishing maka semua itu kita sendiri
(atau orang-orang kita) yang menangani.

Mulai dari urusan nomor ISBN, mengurus tata letak
buku, mencetak buku, hingga distribusi dan pemasaran
buku, kita sendirilah yang mengurus. Namun dalam hal
ini bukan berarti kita harus menangani sendiri, tetapi
bisa juga kita percayakan ke orang-orang yang sudah
ahli, namun tetap di bawah kendali kita.

Dalam kaitannya dengan mengurus ISBN misalnya, kita
bisa menangani secara langsung. Jika mau mengurus
secara langsung, maka mengurusnya di Kantor
Perpustakaan Nasional Pusat, di Jalan Salemba Raya
Jakarta. Ongkosnya tidak mahal yakni hanya Rp 60.000
per-buku (termasuk barcode). Meski ongkos tidak mahal,
namun bagi penulis di daerah maka ongkos dari daerah
ke Jakarta yang jauh lebih mahal.

Karena itulah, untuk penetbitan yang saya kelola,
pengurusan ISBN saya percayakan ke seorang teman yang
tinggal di Jakarta. Masalah kompensasi dana atau uang
lelah, bisa kita rundingkan secara kekeluargaan. Yang
penting kita bisa lancar memperoleh ISBN. Strategi
ini menurut saya lebih efektif, dibanding kita
mengurus sendiri ke Jakarta, yang tentu butuh biaya
transportasi lebih besar (untuk mengurus ISBN biasanya
saya mengurus 3 buku sekaligus, agar lebih efektif).

Masalah tata letak buku atau desain sampul buku kita ?
bisa juga kita percayakan ke orang lain. Misalnya kita
bisa minta tolong ke pegawai bagian tata letak koran
lokal di kota kita. Pegawai ini biasanya profesional
sebab sehari-harinya memang mengurusi tata letak.
(bersambung)

Thursday, April 24, 2008

8 Pertanyaan Jebakan Saat Wawancara

Kamis, 24 April 2008 | 13:17 WIB

Sebagian besar pemburu pekerjaan mengakui mengalami perasaan yang beraneka ragam, mulai dari perasaan tidak tenang sampai rasa panik berlebihan. Supaya tidak panik, ikuti beberapa tip sederhana berikut ini.

Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapan yang baik akan memberikan rasa percaya diri dan mengurangi kegelisahan Anda. Tuliskan draft jawaban untuk pertanyaan yang paling sering diajukan wawancara dan praktikkan cara Anda menjawab dengan suara keras. Anda pun harus mengetahui mengenai latar belakang perusahaan tersebut.

Selain itu, siapkan juga beberapa pertanyaan untuk diajukan kepada pewawancara. Hal ini memperlihatkan kepada pewawancara bahwa Anda memang tertarik pada posisi yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Ini mungkin remeh, tapi tak kalah penting; pastikan Anda mengetahui alamat dan lokasi perusahaan tersebut dengan baik, jangan sampai Anda terlambat karena tersesat.
Walau pertanyaan yang diajukan bervariasi, biasanya ada beberapa pertanyaan yang umum ditanyakan pada saat wawancara. Dengan membaca pertanyaan-pertanyaan berikut ini dan Anda mengembangkan jawabannya yang pas, maka Anda sudah memiliki permulaan yang baik.


1. Mengapa kami harus mempekerjakan Anda?

Ini peluang Anda untuk "menjual" diri Anda. Uraikan dengan singkat dan jelas kelebihan yang Anda miliki, kualifikasi Anda dan apa yang dapat Anda sumbangkan bagi perusahaan tersebut. Hati-hati, jangan memberikan jawaban yang terlalu umum. Hampir setiap orang mengatakan mereka merupakan seorang pekerja keras dan memiliki motivasi. Berikanlah jawaban yang memperlihatkan keunikan yang Anda miliki.

2. Mengapa tertarik bekerja di perusahaan ini?
Pertanyaan ini merupakan salah satu alat bagi si pewawancara untuk mengetahui apakah Anda mempersiapkan diri dengan baik. Jangan pernah datang untuk sebuah wawancara pekerjaan tanpa mengetahui latar belakang perusahaan. Dengan memiliki informasi yang cukup mengenai latar belakang perusahaan tersebut maka pertanyaan di atas memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperlihatkan inisiatif, dan menunjukkan apakah pengalaman serta kualifikasi yang Anda miliki sepadan dengan posisi yang diperlukan.

3. Apa kelemahan utama Anda?
Rahasia dalam menjawab pertanyaan di atas adalah dengan berkata jujur mengenai kelemahan Anda, tapi jangan lupa menjelaskan bagaimana Anda mengubah kelemahan tersebut menjadi kelebihan. Misalnya, bila Anda memiliki masalah dengan perusahaan terdahulu, perlihatkan langkah yang Anda ambil. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda memiliki kemampuan dalam mengenali aspek yang perlu diperbaiki dan inisiatif dalam memperbaiki diri Anda.

4. Mengapa berhenti dari perusahaan terdahulu?
Walaupun Anda berhenti dari pekerjaan terdahulu dengan cara yang tidak baik, Anda harus berhati-hati dalam memberikan jawaban. Usahakan untuk memberikan jawaban yang diplomatis. Bila Anda memberikan jawaban yang mengandung aspek negatif, kompensasikan jawaban tadi dengan jawaban yang positif. Bila Anda mengeluhkan tentang pekerjaan terdahulu, maka hal ini tidak memberi poin apa-apa buat Anda.

5. Bagaimana Anda mengatasi masalah?
Tidak mudah memberikan jawaban bila Anda mendapatkan pertanyaan seperti di atas, terutama bila Anda baru lulus dan tidak memiliki pengalaman kerja. Pewawancara ingin melihat apakah Anda dapat berpikir kritis dan mengembangkan solusi tanpa melihat jenis permasalahan yang Anda hadapi, bahkan walaupun Anda tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Gambarkan langkah-langkah yang Anda lakukan dalam memprioritaskan pekerjaan. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda bertanggungjawab dan tetap dapat berpikir jernih walaupun sedang menghadapi masalah.

6. Prestasi apa yang dibanggakan?
Rahasia dari pertanyaan di atas adalah dengan menyeleksi dan memilih secara spesifik prestasi yang berhubungan dengan posisi yang sedang ditawarkan. Walaupun Anda pernah menjuarai bola basket pada waktu kuliah, tetapi ini bukan merupakan sebuah jawaban yang diharapkan. Berikan jawaban yang lebih profesional dan lebih relevan. Pikirkan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut dan kembangkan contoh yang memperlihatkan bagaimana Anda dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

7. Berapa gaji yang Anda harapkan?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang tersulit terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman kerja yang cukup.Yang perlu Anda lakukan sebelum wawancara adalah mencari tahu pasaran gaji untuk posisi yang ditawarkan agar Anda dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Beritahu pewawancara bahwa Anda terbuka untuk membicarakan mengenai kompensasi bila saatnya tiba. Bila terpaksa, berikan jawaban yang berupa kisaran angka, bukan angka tertentu.

8. Bisa ceritakan mengenai diri Anda?
Mungkin pertanyaan di atas tampaknya mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah semudah yang Anda bayangkan. Yang pasti Anda harus menyadari bahwa pewawancara tidak tertarik untuk mengetahui apa yang Anda lakukan di akhir pekan ataupun dari daerah mana Anda berasal. Pewawancara berusaha mengetahui Anda secara profesional. Siapkan dua atau tiga poin mengenai diri Anda, baik pengalaman kerja maupun sasaran karir Anda dan tetap konsisten. Rangkum jawaban Anda dengan mengungkapkan keinginan Anda sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Bila memiliki jawaban yang mantap maka hal ini dapat membawa Anda pada pembicaraan yang memperlihatkan kualifikasi Anda.

Aline

Wednesday, April 16, 2008

Contoh, Surat Pernyataan Pembuatan ISBN

SURAT PERNYATAAN

Dengan surat pernyataan ini kami:

1. Penerbit : Sukabuku Publishing
2. Alamat : Jl. Legoso Raya gg Bungur 32A Ciputat Tangerang Banten
Telp/Fax : 085646252020
Email : shorih_kholid@yahoo.co.id
3. Nama Penanggung Jawab : Moh. Shorih Al Kholid
4. Rata-rata terbitan tiap tahun : 12 Judul

Menyatakan bersedia mengambil bagian dalam system ISBN dan KDT (Katalog Dalam Terbitan)Demikian agar badan yang bertanggung jawab menangani masalah ini menjadi maklum.

Surat pernyataan ini kami sampaikan kepada Tim ISBN/KDT PERPUSTAKAAN NASIONAL RI, Jalan Salemba Raya 28 A. Kotak Pos 3624, Jakarta 10002, sebagai tindak lanjut dari pertemuan ilmiah ISBN.


Jakarta, 15 April 2008

Pimpinan Penerbit

Contoh Surat Permohonan ISBN, KDT, dan Barcode

No :
Lampiran : 3 Bundel
Perihal : Permohonan ISBN, KDT, dan Barcode


Kepada Yth.
Tim ISBN/KDT
Perpustakaan Nasional RI
u.p. Dra Sauliah, S.S. MM
Jl. Salemba Raya 28 A Jakarta Pusat


Dengan hormat,

Bersama surat ini, kami atas nama Penerbit SUKABUKU mengajukan permohonan nomor ISBN atas buku yang akan kami terbitkan berikut ini:

Judul : Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Pengarang : Moh. Shorih Al Kholid
Ukuran : 21 cm x 15 cm
Tebal : 250 Halaman
Cover : Soft cover

Bersama surat ini, kami lampirkan pula salinan halaman-halaman prelims.

Demikian surat permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


Hormat kami,





Moh. Shorih Al Kholid

Tuesday, April 15, 2008

Mengurus ISBN Itu Mudah

Ternyata, mengurus ISBN itu sangat mudah. tidak serumit dan semahal yang saya bayangkan sebelum masuk ke penerbit. tapi, walaupun mudah bagi yang tidak tahu itu adalah sebuah 'misteri'.

beberapa hari yang lalu saya ditugaskan penerbit tempat saya bekerja untuk mengurus ISBN sebuah buku yang hendak diterbitkan. pengalaman ini semoga bermanfaat bagi teman-teman.

beberapa persyaratan yang diperlukan:
- Surat permohonan ISBN
- Surat Pernyataan akan mengikuti sistem katalog di Perpusnas
- Melampirkan surat pengantar buku (dari penerbit atau penulis, terserah)
- Melampirkan daftar isi buku yang hendak diterbitkan
- Melampirkan halaman judul (bukan cover, tapi cover dilampirkan juga tak masalah)
- Melampirkan halaman copyright (yang biasanya berisi judul,penulis, editor, lay outer, desainer, penerbit, informasi cetakan dsb.)

Tuesday, December 18, 2007

Adakah Buku di Dalam Diri Anda?

Kami tahu ada buku di dalam diri Anda. Is there book inside you? Jika demikian, silakan keluarkan dalam bentuk naskah-naskah berikut ini:
· Parenting dan Kewanitaan
· Pengetahuan Populer (Keterampilan Hidup)
· Spiritualitas Islam Populer
· Pengembangan Diri dan Pengembangan Spiritual
· Kiat (How to Books)
· Anak dan Remaja
· Kesehatan dan Gaya Hidup
· Referensi
· Fiksi Umum dan Spiritual (khusus novel)

Kami, Cicero Publishing, membuka diri untuk mengolah dan mengemas naskah Anda menjadi buku yang berdaya. Benefit bagi penulis adalah:Benefit bagi penulis adalah:
· Sistem royalty atau outright (flat fee);
· Promo tour (sesuai kebutuhan penerbit).
Penilaian :
· Proses penilaian naskah di Cicero Publishing membutuhkan waktu sekitar 2 (dua) minggu sampai dengan 6 (enam) minggu.
· Cicero Publishing akan memberi konfirmasi balik kepada penulis jika naskah sudah diterima; melalui telepon, fax atau email.
· Jika naskah diterima, penulis akan dihubungi untuk pemberitahuan proses selanjutnya.
Naskah Anda adalah komitmen kami. Kirimkan segera ke:
Cicero Publishing
Jl. Pondok Niaga Hijau II, 46, Pondok Pinang,
Jakarta 12130
e-mail:
cipublishing@plasa.com
Naskah dikirim dalam bentuk file elektronis dan hardcopy dengan ketentuan:
· Font standar 12 pt (Times Roman)
· Spasi normal 1,5 spasi
· Dicetak satu muka dengan kertas HVS ukuran A4 dan setiap halaman diberi nomor halaman
· Surat penawaran dan biodata singkat penulis
· Sinopsis naskah

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)