Thursday, June 11, 2015

Tuduhan Kuburiyyun dan Penyembah Kubur

Tuduhan Kuburiyyun dan Penyembah Kubur

Salah satu ciri khas orang NU adalah ziarah ke makam para wali, ulama, kiai, dan masyayikh mereka.
Motivasinya tak lain adalah mendoakan orang-orang shalih itu, para wali, guru2 kita, syaikh kita yang telah berjasa kepada kita.

Para wali (songo, dkk.) berjasa menjadi perantara islamnya kita. Abad ke 7 atau ke 11 ya (coba cek sejarah). Itu artinya ratusan tahun lampau.

Artinya, zaman itu tidak semudah sekarang. Belum ada pesawat terbang, mobil, atau bahkan helikopter. Tentu saja butuh nyali yang besar dan tekad kuat untuk menyeberang lautan berbulan2 demi berdakwah dan mengajak kita masuk Islam.

Pengorbanan yang amat besar. Gak ada yang ngasih gaji atau uang saku bulanan. Mereka berjuang sendiri.

Juga makam guru2 kami, masyayikh dan ustadz. Kami mendoakan mereka agar dilapangkan kuburnya dan diberikan rahmat seluas2nya oleh Allah swt di alam barzakh.

--------------

Dalam beberapa literatur kelompok sebelah, orang2 yang gemar ziarah itu, disebut قبوريون para pecinta kuburan, atau lebih ekstrim: para penyembah dan peminta2 kubur.

Maka, mereka pun kerap kali posting gambar orang yang bersujud dan "ngelesot" di pinggir makam wali.

Ini yang perlu dijelaskan.
Yang berlaku ghuluw (saya kenal istilah ghuluw juga lho. Alumni Lipia jeee...!), seperti itu hanya satu dua. Hanya mereka-mereka yang awam dan tidak mengerti ajaran agama ini dengan baik. Solusinya, ya bukan diharamkan ziarah, disyirikkan, tapi diberi pengertian, disuruh mengaji #AyoMondok.

Seperti halnya dikalangan teman2 kami tetangga, ada juga beberapa orang yang begitu mudah bilang (klaim) ini haram, sesat, bidah, syirik, kufur, dll.

Saya pikir itu hanya sebagian kecil saja. Yakni mereka (dari kelompok tetangga) yang baru belajar agama, atau yang belum lulus i'dad lipia.
Mereka yang Arbain Nawawiyah saja belum khatam, apalagi Silsilatul Ahadits as-Shahihah dan pasangannya Silsilatul Ahadits ad-Dhaifah, karya muhadditsul ashr *versi mereka* Syaikh Albani.

-------------------

Tentu saja, para masyayikh kami, guru2 kami yang memandu ziarah ke makam wali, saya jamin tak ada satu pun yang sampai sujud2 di depan makam, atau menyembah-nyembah. Tak ada pula yang meminta kepada para wali itu dalam doanya. Tidak pula mengajari jamaahnya seperti itu.

"Mintalah kepada Allah, jangan meminta kepada makhluk"

Itu tulisan peringatan yang lazim kita temukan di makam2 para wali.

Terus, kenapa harus datang ke makamnya? Bukankah sudah cukup mendoakan dari rumah?

Jawabnya, kami sudah amat terbiasa, amat sering berdoa untuk beliau2, hampir 5x sehari, tiap usai shalat. Makanya, perlulah sesekali kami menziarahi malam para wali dan masyayikh kami.

Seperti halnya, kami tiap hari bershalawat kepada Baginda Rasulullah saw hingga ratusan kali. Namun, tetap saja bacaan shalawat itu tak pernah cukup mengobati kerinduan kami pada beliau.

Maka, kami membutuhkan ziarah makam Baginda Rasulullah saw. Membaca shalawat di samping makam Rasulullah, rasanya, benar-benar berbeda dibandingkan saat kami bacakan nun jauh di Tanah Jawa.

-----------

Dalam konteks lain, bagi hidup merantau jauh dari orangtua. Pasti sudah terbiasa mengirimkan uang bulanan untuk bapak-ibunya yang sudah tua. Yang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian beliau.

Namun, apakah cukup bagi kita sebagai anak (atau dari sisi mereka sebagai orangtua) andai kita 3 kali lebaran, 3 kali puasa tak pulang2. Tak pernah mudik menemui orangtuanya. Kayak Bang Toyib.

Kira2 seperti itulah...
Jadi, mulai sekarang lebih baik alihkan prioritas dakwah dan tema dakwah anda, agar Islam ini tak semakin asing.

***Dengar islam asing ini saya jadi tergelitik nulis lagi. Karena, ada yang menafsirkan asingnya Islam di akhir zaman ini adalah dalam bentuk fisik seperti cingkrang, jenggot tak terawat, kepala gundul, dan atau dahi gosong. Lain kali aja ditulis ya...

Wallahu a'lam...
Semoga tulisan2 saya adalah sebuah kebaikan yang bernilai ibadah. Saya bertawassul dengan tulisan2 yang tersebar di blog2 dan Sosmed saya.

رب لا تذرني فردا وأنت خير الوارثين

Beda Istilah "Wiridan" dan "Ma'tsurat"

Beda Istilah "Wiridan" dan "Ma'tsurat"

Kalau di NU sudah sejak lama, puluhan tahun, kami mengenal istilah wiridan. Zikir berisi kalimat2 thoyyibah, tasbih, tahlil, tahmid, dan ayat2 alquran ajaran Rasulullah saw.

Wiridan ini, sejak kecil tak kami ketahui asal usulnya. Tak ada buku yang dicetak dengan nama penyusunnya. Tak ada pula buku dengan nama dan alamat penerbitnya. Semua kami hafal begitu saja, di luar kepala, dari guru2 kami, kiai, ustadz, dan para imam sambil mengamalkannya 5x sehari tiap usai shalat.

Lama2 hafal sendiri. Tentu saja dengan suara keras dan bersama2. Sebagaimana kami hafal Qalbul Quran, surah Yasin, tanpa pernah mengingat kapan kami menghafalnya.

Namun, saat besar, saat sudah bisa membaca kitab kuning sendiri, atau kitab berbahasa Arab, atau Shahih Bukhari Muslim dan kutubut tis'ah lainnya, kami paham, bahwa semua bacaan dalam wiridan itu amat besar pahalanya. Semua atas anjuran Rasulullah saw.

Di sisi lain, teman-teman PKS kami juga punya. Dikenal dengan nama "ma'tsurat". Disusun oleh Imam Hasan Al Banna, ulama dari Mesir.

Ma'tsurat ini amat terkenal di kalangan teman2 kami itu. Bukunya dicetak kecil2 dengan tertulis nama penyusun dan penerbitnya. Rata2 teman-teman kami dari PKS selalu membawa buku kecil ini saat bepergian. Bekal untuk "wiridan" ketika usai shalat.

Disebut ma'tsur karena sesuai dengan maksud artinya yakni bersumber dari dalil2, riwayat dari Rasulullah saw.

Saya coba cek, isinya hampir sama persis dengan wiridan yang sejak puluhan tahun diamalkan warga NU. Hanya, ada beberapa pengurangan dan perubahan urutan bacaan zikir.

------------------

Namun, ternyata. Istilah wiridan dan ma'tsurat ini bisa menimbulkan masalah. Bagi yang baru mengenal agama ini kala di kampus negeri, akan dengan mudah menyebut wiridan tidak sunnah, tidak sesuai dalil yang Shahih. Yang Shahih dan ma'tsur adalah buku Wirid kecil yang mereka bawa.

Lha...?????!!!
#AyoMondok

Ini kan bahaya besar.
Mengancam persatuan umat di tengah keterpurukan. Di kala kita sedang berusaha bangkit dari penindasan, kita justru disibukkan oleh soal2 kecil yang tak berguna.

Yang zikir bareng juga dimasalahkan. Padahal, masalah sebenarnya itu kan pada umat yang tidak mau berzikir. Atau mengingkari bahwa zikir itu sunnah.

Sesungguhnya, saudara2 kami dari kampus2 besar negeri ini amat berpotensi. Modal besar kebangkitan umat, jadi kami berharap NU tidak menjauhi mereka, tidak memusuhi mereka. Hanya karena ketidakmengertian agama, mereka bisa salah kecil. Karena dari tangan merekalah ide2 kreatif kebangkitan umat muncul.

Wallahu a'lam
Ruang Instalasi
Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4

Imam yang Berputar usai Shalat

Imam yang Berputar Usai Shalat

Sore itu saya terpaksa maghrib di jalan. Langsung saja belok di masjid yang sedang kumandangkan adzan Maghrib.

Rupanya, itu masjid kelompok tetangga. Saya tak pernah pedulikan urusan tetangga atau serumah dalam urusan begini.
Asalkan, bekas saya shalat tidak dipel layaknya bekas dijilat anjing saja, masjid itu akan jadi pilihan untuk shalat saya.

Kali ini saya cerita bukan soal masjidnya. Tapi, soal imamnya. Usai shalat, sang imam langsung balik kanan. Putar menghadap jamaah 180 derajat.

Saya terus perhatikan. Bukannya mewirid (baca aneka zikir anjuran), si imam justru sibuk mengedarkan pandangan ke jamaahnya. Seakan menyelidik siapa saja yang ikut jamaah dan yang tidak. Tatapannya tajam, mengawasi siapa yang membaca zikir atau diam saja.

Sementara, mulut si imam malah tertutup rapat. Tak terlihat bergerak-gerak atau bahkan sekadar berbisik zikir.
Malah, dia meludah kecil ke samping kiri. Sepertinya membuang sisa2 selilit makan sore itu. (Wkwkwk. Untuk momen ini saya benar-benar tertawa dalam hati).

Saya dapat melihat dengan jelas tingkah laku si imam karena posisi shaf saya strategis.

-------------------------

Dalam batin, saya bertanya2.
Apakah seperti ini yang disunnahkan Rasulullah ketika usai shalat?

Ketika di sisi lain kelompok tetangga ini mengolok2 warga NU yang wiridan usai shalat dengan suara keras dan bareng2, dia menawarkan "sunnah" yang dibatin dalam hati gitu?

Ataukah motivasi agar berbeda dengan tetangganya saja yang begitu dominan sehingga ia tak mau sekadar membaca wirid seperti yang dibaca warga NU--walau dengan suara lirih, misalnya.

-------------------------------

Di sisi lain, saya sudah mulai kuatir dengan kebiasaan warga NU kami. Dimana mereka mulai ketularan virus "lamcing" ini. Habis shalat kencing (eh, bukan. Plencing-kabur). Rata2 tak sampai 1 menit sudah bangkit dari duduknya dan pulang.

Padahal, sunnah Rasul amat mutawatir bahwa usai shalat adalah waktu yang amat berharga untuk berdoa, baca wirid (aurad atau ma'tsurat --istilah teman2 PKS).

****** Beda istilah bacaan dzikir ini, ternyata bisa menjadi masalah. Ada yang dibilang sunnah ada yang bidah. Padahal, juga yang dibaca sama2 aja, sama2 dari Rasulullah. Hanya ada penambahan dan pengurangan berbeda.
Lain kali aja ditulis...

Kalau dikira2, wiridan standar yang sudah disingkat plus doanya itu membutuhkan waktu sekira 2,5 menit. Ya, saya pernah menghitungnya dengan kecepatan bacaan hafal luar kepala.

----------------

Coba baca hadis Nabi saw (aw kama qaala) yang selalu saya ingat2 tiap habis shalat.

"Malaikat itu tak henti2nya mendoakan orang yang selesai shalat, selama ia tetap di posisi duduknya.
Malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah dosa2nya dan berikanlah rahmat baginya."
[Shahih]

Artinya, semakin lama kita duduk di masjid usai shalat, semakin lama kita didoakan malaikat. Keren kan??!!

Awas, ntar lak tanya: hadis Bukhari Muslim gak?

***

Deket, 11 Juni 2015

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4
0856 4625 2020 WA available

Wednesday, June 10, 2015

Tentang Memutar Kaset Ngaji di Masjid

Ketika ada yang nulis status bahwa Pak JK melarang menyetel kaset ngaji menjelang Subuh, banyak yang mencaci beliau. Menuduh yang tidak2, bahkan sampai singgung2 rezim Jkw dan ngatain kalimat tak pantas lainnya.

Padahal, belum tentu pula yang komentar itu membaca langsung atau mendengar secara lengkap transkripnya.
Itu sama saja dengan tiga orang buta yang berdebat soal gajah. Si A memegang belalainya, si B pegang telinganya, si C pegang perutnya.

Bisa anda bayangkan apa yang terjadi dalam perdebatan mereka.

Dengan sedikit menyindir saya langsung komentar:

"Kan bid'ah"????

Memang,
Bagi sebagian orang (tetangga) memutar kaset mengaji adalah bidah yang tak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis nya. Yang ada dalilnya itu kan membaca Alquran dengan suaranya sendiri.

Jadi, itu adalah (sekali lagi, menurut mereka), adalah perbuatan sia2.

Jadi, seharusnya kan Pak JK mereka dukung. Karena membantu proyek mereka memberantas bidah. Kok malah ramai dan bikin status2 tak jelas di medsos atau memuat berita yang isinya sepotong2. Yang ujung2nya, lagi-lagi menjelek2kan NU dan pengikut walisongo.

---------------------------

Kalau anda baca lagi kalimat Pak JK sesungguhnya beliau menawarkan solusi tengah2 yang menguntungkan bagi semua.

Suara mengaji di masjid harus tetap ada (meski pakai kaset), namun waktu pemutaran jangan terlalu dini. Cukup sekitar 15 menit sebelum adzan Subuh.

Pun, volume suara jangan terlalu besar. Biar bisa didengarkan lebih lembut. Utamanya bagi masjid yang kualitas speaker nya tak sehalus Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Wallahu a'lam

Pelosok Kedungpring,
22.24 WIB
#NganterNgaji sambil melamun

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
PIN BB 7ED7A5A4

Tahlilan, Yasinan, Maulid Jangan Jadi Fokus Dakwah

Ada sebuah posting media online. Sebuah rumah di penduduk dirusak warga gara2 pemilik nya tak mau tahlilan dan yasinan.

Follower status langsung banyak komentar. Rata2 menyudutkan NU. Menjelek2kan orang Lombok. Menuduh yang tidak2...

__________

Mbok ya, tolong dilihat akar masalahnya dulu. Jangan sampai kita berdebat, menyalahkan, menghina orang2 NU gara2 ada berita seperti itu.

Bisa jadi, orang yang rumahnya dirusak itu, tidak sekadar tidak ikut tahlilan. Tapi, memanas2i warga , memprovokasi warga, dan mengklaim warga itu sesat semua.

Menuduh mereka ahli bidah, pelaku syirik, kafir, penyembah kubur, dan titel2 lainnya yang buruk.

Makanya, salafi itu kalau dakwah utamakan yg tidak menimbulkan konflik.

Lha terus temanya apa?
Ya, carilah sendiri. Wong punya otak buat mikir. Tiap daerah dan wilayah itu punya ciri ssendiri punya prioritas utk dijadikan fokus dakwah. Tidak bisa lalu digebyah uyah semua harus tegakkan anti bidah, anti maulid, anti yasinan, anti tahlilan, anti...
Ya jelas saja mereka akan marah.

Wong shalat jamaah saja belum tentu istiqomah di masjid kok. Mosok mau kalian ceramahi bahwa ibadah yasinan dan tahlilannya bidah, tak bernilai ibadah. Sia-sia.

Coba saja, kalau orang NU itu trus fokus dakwah kepada kelompok salafi dengan tema; bahwa menuduh2 orang sesat dan bidah itu haram dan bidah juga.

Pasti orang2 salafi juga akan marah. Lha wong dakwah/ibadah andalannya dianggap bidah dan sia2.

Jadi orang yang arif gitu lah sama orang lain. Apalagi sesama muslim. Beda memahami teks syariah itu biasa, tapi jangan menganggap pemahaman anda yang paling tepat.

Apalagi kalau yang dirujuk  (dan dikatakan salafus shalih) itu ibnu taimiyah, as syathiby, syekh utsaimin, syekh bin baz, syekh Albani, dkk.

Ya, jelas gak benar lah memahami teks agama hanya berdasar pemahaman ulama2 tersebut

Babat, 10 Juni 2015

Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
7ED7A5A4
0856.4625.2020 WA

Friday, May 29, 2015

Karpet Hijau Pembatas Area Raudlah

Raudlah, disebut oleh Kanjeng Rasulullah saw sebagai taman surga. Letaknya di dalam area masjid Nabawi, Madinah Munawwarah. Tepatnya area antara mimbar shalat dan makam beliau.

Area Raudlah dibedakan dengan warna karpetnya.
Kembang-kembang dengan dominan hijau.
Sementara karpet lain di Masjid Nabawi berwarna merah.

Poto ini saya ambil Pebruari 2015 lalu. Di sela antrean panjang memasuki area Raudlah yang penuh sesak. Semua jamaah harus sabar menunggu "giliran" jamaah lain melaksanakan shalat sunnah dan berdoa di sana.

Begitu ada yang berdiri keluar, barulah kami yang di belakang bergerak maju mengisi kekosongan.

Dalam poto, tambah di depan saya seorang jamaah sedang bersujud (kaos kaki putih). Sementara sarung saya (ungu tua) tampak tepat di belakang area karpet hijau (Raudlah).


Babat, 29 Mei 2015


Konveksi & Sablon
Produksi aneka kaos dan seragam sekolah
PIN BB = 7ED7A5A4
SMS/WA = 0856.4625.2020
TELKOMSEL : 0852.1871.5073
LINE : Khaled Lamongan

Thursday, May 28, 2015

Jangan Bikin Sakit Hati

Hati-hati, jaga ucapan dan perbuatan. Jangan sampai bikin sakit orang lain. Sekecil apapun itu. Bahkan andai bermaksud guyon.

Orang zaman sekarang gampangan. Sakit hati sedikit saja, balasnya tak dinyana.

Banyak kita baca di koran, atau berita televisi, dendam sakit hati bikin ngeri. Perkosa, keroyokan, penyiksaan, penyekapan, hingga mutilasi.

Bisa jadi, kejadian terbaru di hutan Panceng, juga tak jauh dari rasa sakit hati.

Makanya, hati-hati jangan mudah bikin orang lain sakit hati.
Kalau orang dulu mungkin dibalas santet.

Bisa jadi, orang sekarang banyak nekad membalas dendam walau tak setimpal, karena hukum tak bertaji. Hukuman tak pula bikin ngeri.

Andai pelaku bunuh, dihukum bunuh pula.
Andai pemerkosa langsung dikebiri saja sumber kenikmatannya.
Andai pelaku mutilasi juga dimutilasi sebelum ditembak mati.
Andai para koruptor langsung dipotong tangannya.

Penjara kita tak perlu sesesak ini.
Negara tak perlu menghabiskan dana untuk para penjahat kambuhan.
Kita pun tak usah bingung menganggarkan untuk mereka.

Babat, 28 Mei 2015

Konveksi dan Sablon
Barra Kids Wear

7ED7A5A4
0856.4625.2020 (WA available)

Tuesday, May 26, 2015

Perbuatan Benar tapi Menimbulkan Fitnah

Sesuatu yang benar pun, andai berpotensi menimbulkan fitnah, lebih baik tak usah dilakukan.

Saya teringat cerita alm Bapak saya. Beliau pernah diminta menjadi imam tarawih di musholla milik organisasi tetangga. Dengan halus, Bapak menolak permintaan tersebut.

Bapak termasuk dekat dengan tokoh2 mereka. Tidak menyudutkan atau "mengkafirkan" organisasi berbeda itu. Pun tetap bermuamalah sama baiknya dengan orang "serumah" atau "tetangga".

Dulu, beberapa tahun lalu, saat masih "semangat"2nya, saya tidak bisa menerima sikap bapak.
Tapi, kini (baca: beberapa tahun ini) saya memahami kenapa sikap itu yang beliau ambil.

Itulah kearifan yang kerap tak di punya anak2 muda yg sedang semangat "membela" agamanya.

#Masih tentang baca Quran langgam Jawa.

Babat, 26 Mei 2015

Barra Kids Wear
Pin BB : 7ED7A5A4
Sms/WA : 0856.4625.2020

Thursday, May 21, 2015

Memaafkan Lebih Dulu

Memaafkan itu perbuatan yang amat berat. Apalagi kalau memaafkan lebih dulu sebelum pelaku salah memohon maaf.

Saya pernah ilustrasikan di kelas. Misalnya, sampean habis dikaplok koncone. Terus, sampean datang ke rumahnya. Bawa gula 2 kg dan minyak 2 liter. Sampean bilang ke teman yang ngaplok itu,
"Kesalahan sampean wes ta sepuro..."

Kira2 apa yang terjadi dengan teman sampean itu? Tanya saya.

Yo, kebalik, Pak! Ujar mereka hampir serempak.

Hehehe...
Ini memang ilustrasi yang amat ekstrim baiknya.

Memaafkan memang berat.
Tak semua orang mampu melakukan.

Shalat tahajud? Semua orang bisa
Shalat jamaah? Semua orang bisa
Muter tasbih? Semua orang bisa
Poso? Semua orang bisa
Dahi gosong hitam? Bisa. Pakai ampelas juga gosong

Tapi, kalau memaafkan kesalahan orang lain, tak semua orang sanggup. Bahkan, seorang sarjana S3. Lulusan perguruan tinggi bergengsi dari barat sekalipun.

Babat, 21 Mei 2015

WJL Konveksi
Produksi aneka kaos dan seragam sekolah
7ED7A5A4
0856.4625.2020

Monday, May 4, 2015

Ojek di Sunan Kudus yang Rapi

Pengaturan transportasi di area makam Sunan Kudus termasuk yang paling rapi. Ada berbagai jenis angkutan; becak, angkot, dokar, dan ojek.

Pengelola membagi jadwal operasi kesemua noda transportasi tersebut. Becak, dokar, dan angkot beroperasi di siang hari. Sementara ojek khusus beroperasi di malam hari.
Ojek pun, pengelola membagi sesuai urutan order. Tidak pakai berebut mencari penumpang seperti di lokasi makam lainnya.

Bahkan, ojek dari terminal ke makam, atau sebaliknya dari makam ke terminal pun dibedakan.
Ojek dari terminal ke makam, menggunakan helm berwarna putih. Sementara yang yang dari makam ke terminal ber-helm merah. Tiap pengojek tak boleh mengambil rute orang lain.
Begitu juga mungkin untuk becak dkk, yang kebetulan saya tidak menemuinya. Sebab, tiba di Kudus pas hampir tengah malam.

Model pengaturan seperti ini harus dijadikan contoh referensi bagi pengelola2 makam wali lainya dalam pelayanan kepada peziarah.
4 Mei 2015

Sunday, May 3, 2015

Niat Ziarah, Dapat Wisata


Satu hal yang saya salutkan pada Yayasan PP Nurus Siroj Tritunggal Babat, sejak awal pertama ikut berkecimpung di sini. 

Yaitu dalam berbagai kesempatan refreshing bagi siswa lulusan (atau mengisi masa libur sekolah), sekolah di sini tak pernah mengadakan perjalanan wisata.
Yang diadakan ialah perjalanan ziarah ke makam auliya dan masyayikh. Baru, di sela2 itu diisi dengan kunjungan ke tempat wisata.

Secara tidak langsung, pesantren hendak mengajarkan calon lulusannya untuk menata niat. Sebuah nilai kebaikan dari perjalanan. Bukan sekadar wisata dan rekreasi yang berhukum mubah.
Di sisi lain, tetap tidak kehilangan momentum untuk rekreasi dan berlibur.
Sekali dayung, dua pulau terlampaui.

Saya teringat beberapa tahun lalu. Saudara2 mengajak orangtua (mertua) berwisata ke Malang.
Dengan segera, ortu langsung bilang, 

"Kalau ke Malang ya diniatkan silaturahmi ke keluarga di sana. Nanti habis silaturahmi, mampir tempat wisata."

Jadi, gak boleh dibalik2. Berwisata sambil silaturahmi. Akibatnya, yang dimenangkan atau diutamakan ialah rekreasinya, bukan silaturahmi nya.
3 Mei 2015
Ziarah Wali Jateng siswa siswi MA NU Infarul Ghoy Tritunggal.

Makam Mbah Sholeh Darat Semarang

Makam Mbah Sholeh Darat.
Gurunya para ulama besar tanah Jawa.

Mbah Sholeh Darat ini hidup semasa dengan Mbah Kholil Bangkalan dan Syekh Nawawi Banten.
Beliau pun pernah menjadi syaikh, pengajar di masjidil haram. Gelar syaikh itu pun diperoleh kala mengajar di tanah suci.

Di Indonesia, diantara murid2nya ialah Syekh Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, dan RA Kartini.
Beliau dimakamkan di pemakaman umum Bergotta - Semarang.

Tepat di belakang Rumah Sakit Dr. Kariadi. Bergabung dengan makam2 warGA masyarakat sekitar.
Yang sulit kalo ziarah kesini adalah parkirnya. Kalau bawa motor gitu masih mudah. Tapi, kalau sdh bis, parkirnya tepat di tengah jalan.

Jadinya, petugas parkir pun meminta tarif agak mahal, 50 ribu utk bos kecil ini.

2 Mei 2015

Ziarah Wali siswa siswi MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat 

Saturday, May 2, 2015

Ojek di Sunan Kudus Cuma 8.000 / 2 Orang

22.08 WIB 

Tiba di terminal peziarah Sunan Kudus
Lahan sekitar makam Sunan Kudus terbatas. Karena itu, pemerintah daerah menyediakan terminal khusus untuk bis dan kendaran peziarah.
Letak terminal bis dengan lokasi makam, memang tak dekat. Tapi, pengelola juga menyediakan sarana transportasi menuju lokasi.

Ada beberapa macam pilihan. Mulai angkot, dokar, becak, hingga ojek. Angkat, dokar, dan becak tersedia di siang hari. Sementara ojek beroperasi malam harinya.
Ongkos angkot : 3.000 / orang
Becak : 4.000
Dokar : 4.000

Sementara ongkos naik ojek 8.000 / 2 orang. Artinya, satu motor untuk dinaiki berdua. Kalaupun anda naik sendirian, ya tetap saja harus bayar  8.000.
Dengan ojek, anda tidak diantarkan langsung ke lokasi, depan masjid yang ada menaranya. Tapi, di pangkalan ojek juga.

Saya hitung, perjalanan dari terminal bis ke pangkalan ojek dekat makam, membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
Untuk mencapai lokasi makam, harus berjalan lagi kira2 100-150 meter, dengan melintasi para pedagang.

Begitu pula saat kembali, ojek anda sudah menanti.
2 Mei 2015
Ziarah Wali Jateng - Jogjakarta siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat

Muria, Tujuan Ziarah dengan Fasilitas Serba Nyaman

Muria lokasi ziarah yang nyaman. Masjid yang bersih didukung toilet dan tempat wudhu yang sama2 terawat. Airnya pun mengalir deras, dengan tingkat rasa air tawar maksimal.
Toilet (hanya tersedia untuk kencing) dibiarkan tanpa penunggu. Tak ada petugas bagian ketok-ketok kotak amal.
Akses menuju makam dan masjid melewati lorong pertokoan yang bersih pula. Saya hampir tak menemukan sampah di lantai jalanan.
Juga, tak banyak pengemis menengadahkan tangan di sekitar masjid dan makam.
Hanya satu yang tak nyaman, untuk mencapai masjid dan makam, kita harus mendaki tangga. Jumlahnya tak sedikit, mungkin mencapai ribuan. Perjalanan dengan berjalan kaki memakan waktu sekitar setengah jam.
Alternatif lain, ya naik ojek.
Sebuah perjalanan memacu adrenalin. (Nanti saya akan cerita lagi di lain kesempatan).
Gunung Muria, 2 Mei 2015
*Perjalanan ziarah wali siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal Babat

Uji Adrenalin di Ojek Sunan Muria


Untuk menuju lokasi makam dan masjid Sunan Muria, peziarah harus jalan kaki naik gunung dengan ribuan tangga. Kira2 perjalanan setengah jam untuk tiba di atas gunung.
Jangan kuatir, sepanjang perjalanan akan ditemani jejeran kios dengan aneka macam jualan. Mulai kaos, batik, tasbih, buku, sandal, hingga makanan.

Tapi, bagi saya, tetap saja berjalan kaki naik seperti itu sebuah tantangan yang luar biasa.
Namun, ada alternatif pilihan bagi yang tak sanggup berjalan kaki. Yakni menggunakan jasa ojek.
Setelah mempertimbangkan kapasitas diri dalam hal perjalankakian, saya memutuskan untuk naik ojek. Walaupun banyak teman yang menakut-nakuti kengerian ojek.

Yah, daripada gak kuat. Dan, gak berhasil tiba di atas. Belum lagi risiko kecapekan, saya putuskan untuk naik ojek.

Benar.
Ternyata, perjalanan memang mengerikan. Jalan menanjak dengan belokan-belokan tajam. Belum lagi, di samping kiri jurang tajam.

Apalagi, si ojek hampir tak pernah mau injak rem dalam2. Paling sekadar saja, lalu gas pool lagi. Saat belokan sekalipun, ia terus membelok dengan kemiringan hampir 50 derajat. Saya jadi teringat balapan MotoGP.

Yang bisa saya lakukan di kursi belakang hanyalah banyak membaca shalawat sambil memegang erat2 jaket si tukang ojek. Saya tak bisa bayangkan andai motor selip, dan jatuh. Pasti...
Kok lama sekali ya gak nyampe2. Batin saya.

Setelah tiba di atas, saya cek jam tangan, ternyata perjalanan itu memakan waktu kurang dari 5 menit. Mungkin saking ngerinya, sampai perjalanan sesingkat itu terasa lama.
Pulangnya, saya gak berani bayangkan perjalanan turun dengan naik ojek berkecepatan seperti saat berangkat.

Terlalu ngeri.
Maka, saya putuskan untuk berjalan kaki walau 2x harus beristirahat. Sambil menahan kaki yang gemetar.

Muria, benar2 uji nyali. 

*Ongkos ojeknya cuma 10 ribu untuk sekali jalan.


2 Mei 2015
Perjalanan Ziarah Siswa/i MA NU Infarul Ghoy Tritunggal B

Dakwah Ini Dirancang untuk Berhasil

Membaca kisah perjuangan Sunan Kudus (dan para wali lainnya), kita belajar, sesungguhnya dakwah yang kita perjuangkan bukanlah untuk GAGAL. Tapi, dakwah ini dirancang (dan harus diusahakan) untuk MENANG-BERHASIL.

Para Wali Songo, punya cara-strategi agar dakwah mereka berhasil, dan bisa diterima khalayak yang waktu itu mayoritas beragama Hindu atau Budha. Atau bahkan Kejawen.

Metode dakwah tentu saja berbeda tiap daerah. Menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di wilayah sasaran. Sekilas (bagi yang berpandangan kerdil) mungkin akan tampak beliau-beliau "melanggar" aturan syariat. Tapi, sesungguhnya tidak. Kita berhasil buktikan hasilnya sekarang. Alhamdulillah kan, kita semua mendapat karunia sebagai keturunan yang beragama Islam. Berkat jasa para wali dan ulama.

Syekh Qardhawi pun menulis buku Fiqh Dakwah (daiyah). Sebuah panduan untuk aktivis-penggerak-pejuang Islam; tentang bagaimana memulai dakwah, bagaimana menjadikan dakwah ini berhasil. Juga, beliau tulis fikih prioritas.

Friday, May 1, 2015

Klaim Kembali pada Al-Quran dan Hadits


Entah, slogan ini selalu menggelitik pikiran saya.
Sebab, slogan seperti ini bisa menjadi senjata seeorang untuk menggebuk orang lain. Menjadi dalil "qath'i" untuk mengkafirkan atau memusyrikkan orang lain.

Terkadang juga muncul pikiran, jangan-jangan kelompok yang mengaku salafi itu benar. Sebab, katanya mereka memahami Al-Quran dan Hadits dengan pemahaman ulama salaf.

Tapi, ternyata saat mencermati sepak terjang, perilaku, akhlak mereka terhadap sesama muslim, saya menjadi teramat ragu (atas klaim mereka).

Rasanya jauh sekali (Kalau tidak mengatakan berlawanan) dengan anjuran dan contoh2 yang diberikan para sahabat dan ulama generasi salaf.

Selama belajar agama ini, saya simpulkan bahwa, andai seseorang itu telah hafal Al-Quran dan Hadits kutubus tis'ah di luar kepala, tak serta merta ia adalah orang yang paling layak berfatwa. Tak otomatis ia bisa menyandang gelar mujtahid.

Tak serta merta pula, ia adalah sosok rujukan utama dalam propaganda "Kembali pada Al Quran dan Hadis".

Tak cukup, saat ditanya hukum sebuah amaliah, ia langsung bisa menjawab berdasarkan hafalannya yang luar biasa banyaknya itu.

Apalagi, dalam kajian ilmu Ushul Fiqh, ada mekanisme istinbath hukum. Ada amm, khash, mafhum, manthuq, mubham, mubayyan, tarjih, nasakh, dan lain-lain.

Jadi miris juga, kala membaca tulisan seseorang yang dengan pedenya bilang "gak ada tuh dalam hadisnya", gak ada tuh dalilnya, atau ketika menjawab suatu permasalahan langsung saja; ini lho hadisnya, ini ayat nya. Tanpa memberikan tahapan istinbath sehingga ia bisa menarik kesimpulan atas sebuah hadis.

Saya kuatir juga, jangan2 yang suka ngomong gak ada dalilnya itu, Bukhari Muslim saja belum pernah khatam bacanya (apalagi beserta syarahnya; Fathul Bari-nya Al-Asqalani dan Al-Minhaj karya Imam Nawawi).

Babat, 1 Mei 2015

Selamat Hari Buruh

"Tekadkan diri untuk tidak selamanya menjadi buruh.

Atau tekadkan diri untuk bekerja sebagai bos bagi diri sendiri."

Monday, April 27, 2015

Bandung Islamic Book Fair 2015

Tuesday, April 21, 2015

Aktif Nulis di Hari Kartini

Lewat status fb-nya, seorang teman membedakan salah satu alasan kenapa Kartini lebih terkenal daripada Cut Nyak Dien. Padahal, secara amalan (jasa bagi bangsa), Cut Nyak Dien jauh lebih hebat daripada Kartini.

Salah satu rahasianya, karena Kartini MENULIS.
Sementara, Cut Nyak Dien TIDAK MENULIS.

Jadi ingat status salah seorang teman yang selalu promosi untuk giat menulis, pemilik blog MengaisEmbun; ustadz Masyhari​.
Jika kita mati kelak, yang tersisa di dunia ini hanyalah tulisan kita.

Wawancara Imaginer tentang Munculnya Kartini Baru

#Wawancara Imaginer tentang Munculnya Kartini Baru#

Wartawan (W) : Bapak Kholid, bagaimana pendapat Anda tentang peringatan Hari Kartini yang marak di Indonesia?

Kholid (K) : Baik. Tidak bid’ah.

W : Apa Anda berharap akan muncul kartini-kartini baru di Indonesia?

K : Tidak sama sekali. (dengan mimik serius)

W : (Penasaran) Lho, kenapa?

K : Karena saya justru berharap muncul Khadijah-khadijah baru di Indonesia. Saya akan amat senang andaikan ada wanita-wanita kaya raya yang memilih suami karena akhlaknya, budi pekertinya, karena ilmu dan integritasnya. Laki-laki shalih yang akan menjadi sosok muslih di sisi perempuan itu.

Propaganda Anti Khilafiyah yang Berhasil

Selama ini, kita kerapkali digerojokin dengan propaganda:
“Ngapain sih ngobrolin masalah khilafiyah terus…? Gak ada manfaatnya tau!!!”

Propaganda itu menyesatkan.
Membuat kita terlena untuk memberi penjelasan yang benar tentang berbagai masalah dalam agama. Khususnya yang kecil-kecil dan khilafiyah seperti itu.

Kenapa?
Ternyata di sisi lain, ada juga pihak yang memanfaatkan propaganda tersebut. (Bisa jadi ia termasuk pihak yang menyebarkan propaganda itu). Pihak itu terus-terusan menulis dan menyebarkan wacana tentang masalah khilafiyah tersebut. Tentu saja dari sudut pandang dirinya. Tidak secara fair menyebutkan semua pendapat para ulama salafus shalih. 

Puasa Rajab sunnah

Jadi, jangan mentang2 Anda pernah baca di Google bahwa puasa bulan Rajab bid'ah dan munkar, lalu anda berani bilang kaum muslimin yang sedang puasa itu sesat. Naudzu billah...

Coba bayangkan, orang yang berpuasa lalu dikatakan sedang melakukan bid'ah. Saya bayangkan aja gak berani. Apalagi sampai mengatakannya.

Tapi, terkait BC yang banyak beredar di BBM dan status-status facebook, soal keutamaan (fadhilahnya) yang demikian luar biasa, saya tidak berani membenarkannya.

Adapun tentang keutamaan-keutamaan puasa Rajab secara khusus, saya banyak baca bahwa riwayatnya dhaif. Tapi, tentu saja tidak serta merta karena dhaif, lalu ditolak. Ada kaidah dalam ilmu musthalah hadis bahwa dalil dhaif di wilayah fadhailul a'mal, boleh diamalkan.

Hadis Dhaif, Belum Tentu Tak Bisa Diamalkan

Semoga kita lebih disibukkan dengan meningkatkan kualitas dan ibadah diri. Dengan meningkatkan usaha agar hati lebih bersih, amalan lebih ikhlas.

Daripada sibuk meneliti kesalahan orang lain. Sibuk menggerutu karena orang lain beribadah sunnah dengan dalil2 dhaif. Sibuk mengkritisi kenapa tidak ibadah sunnah dengan dalil Shahih yg dilakukan.

Padahal, bisa jadi orang tersebut uda amat terbiasa dengan ibadah sunnah (dalil Shahih). Lalu, karena semangat nya ingin mendapat kedudukan yang mulia sisi Allah, ia terus beribadah dan beribadah (walau dengan dalil hadis dhaif, misalnya).

Bukankah kaidah pengamalan dalil dhaif juga ada? Jadi, tidak asal dhaif lalu kita salahkan pelakunya. Kita tuduh perbuatannya gak bener, dan seterusnya.

Saya juga tidak yakin, ustad zaman sekarang (yang berteriak mengatakan perawi A itu dhaif) kualitasnya lebih baik di sisi Allah, atau bahkan di sisi manusia lainnya.

Bahkan, bisa jadi ia akan dinilai dhaif kuadrat andai imam Ibnu Hatim, An-Nasai, Adz-Dzahabi, Al-Bukhari, Ibnu Ma'in, dan lain-lainnya hidup di zaman ini. Dan melihat tingkahnya. [21/04/2015]

Hati-hati Me-like Photo di Facebook

Pagi ini, tak sengaja lihat sebuah akun facebook nama dan photo perempuan. Ia posting gambar di grup cita Allah dan Nabi.

Foto meme bergambar mayat dan kuburan itu bertuliskan; "Yang like semoga mati chusnul khotimah" kalau tak salah ingat.
Potong tersebut menuai banyak like dari penghuni facebook.

Tapi,
Ada yang aneh saat saya perhatikan posisi tidur mayat dan kubur.
Tidur si mayat terlentang, menghadap ke atas. Tampak jelas pula tangan bersedekap di dadanya.

Lalu, apa maksud di buat dan disebarkannya foto salah posisi seperti itu. Apakah untuk "mengajarkan" kesalahan kepada khalayak yang hanya sibuk didunia maya. Tak pernah belajar di kelas2 sekolah atau pondok. Tanpa terasa, mereka telah belajar cara merawat jenazah yang salah.

Siapa yang menyebar foto?
Hati-hati pula yang melike setiap photo atau status. Jangan2 yang bener itu bagian awalnya saja. Bagian belakangnya banyak salahnya. Sementara kita malas baca seluruhnya. [21/04/2015]

*foto sudah saya coba simpan. Tapi kok gak mau. Mungkin sebab jaringan yg naik turun. Jadi belum bisa diupload disini

Monday, April 20, 2015

Baca Qulhu 7x, Al-Falaq 7x, dan An-Nas 7x Usai Jumatan, Ternyata Ada Dalilnya

Semenjak aku kuliah di LIPIA, aku mulai “mencurigai” setiap aktivitas berbau keagamaan dan mencoba mencari dalilnya. Curigaku bukan berarti menolak dan menyerang pelakunya dengan menuduh bid’ah, berbuat kemunkaran, atau berbuat syirik. Akan tetapi, lebih pada usaha meneliti sandaran yang tepat dalam beribadah. Ya, jangan sampai ibadah yang kulakukan tidak bernilai apapun karena tak ada dalilnya.
Semenjak kuliah di IIQ, aku mulai berubah. Ada beberapa kaidah dalam menentukan suatu amalan boleh, bisa, baik, benar, dan harus dilakukan dalam beragama. Termasuk kaidah dalam menggunakan hadis shahih, hasan, maupun hadis yang dhaif. Pikiran semakin terbuka.

Khutbah Kedua [versi 1]

Khutbah kedua

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ أجمعين.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله حق تقاته وانتهوا عما نهاكم عنه لعلكم تفلحون . واعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملائكته المسبحة بقدسه. ولم يزل قائلا عليما : إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وارض اللهم على أربعة الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر ، وعثمان وعلي ، وعلى بقية الصحابة والتابعين وتابعي التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. وعلينا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين
 .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ ، وَ يا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين ، اللهم انصر من تصر الدين واخذل من خذل المسلمين وأصلح جميع ولاة المسلمين
 .
اللهم اجعل بلدتنا هذه إندونيسيا بلدة أمنة مطمئنة تجري فيها أحكامُ الله وسنةُ رسوله وسائرَ البلدان المسلمين برحمتك يا أرحم الراحمين. رَبَّنَا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا باللإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رؤوف الرحيم. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
 .
عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ واسألوه من فضله يعطكم ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .

Khutbah Jumat; Tema Fitnah ISIS

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أنعمنا بنعمة الإيمان والإسلام، وهدانا إلى صراط مستقيم وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله. أشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، لا نبي بهده. اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم المعاد.
أما بعد . فيآ عباد الله، أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى فى كتابه الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . بسم الله الرحمن الرحيم :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ} ، [سورة العنكبوت: 1،3]

Hadirin, jamaah jumat ingkang dimuliakan Allah

Wonten eng kesempatan meniko, khatib mengajak diri pribadi lan jamaah sedoyo anggen kitho netepi taqwa dumateng Allah SWT, dengan sebenar-benarnya takwa. Yakni dengan cara berusaha sekuat mungkin ngelampahi sedoooyo perintahipun Gusti Allah lan nilar sedooyo larangane pun Allah swt.

Hadirin... Jamaah jum’at rahimahullah…

Sejarah Islam diwarnai dengan berbagai macam fitnah, cobaan, ujian, dan peristiwa-peristiwa tidak mengenakkan. Mulai dari masa awal kenabian Rasulullah saw hingga zaman kita sekarang ini.
Kita lihat, pada masa awal dakwah Rasulullah saw, beliau mengalami berbagai macam cacian,,, fitnah, siksaan… bahkan diuuusir dari taanah kelahirannya. Tak cukup itu, beliau juga difitnah sebagai seorang tukang sihir, bahkan dituduh sebagai orang gila.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)