• Shalat Dhuha, Ijazah Penarik Rejeki •
Ini ijazah yang paling umum--dan paling dikenal banyak orang.
Ketika ekonomi keluarga sedang suuulit, gak ada pemasukan, istri ngajak rutin shalat Dhuha. Tak boleh cuma 2 rakaat seperti hari normal. Minimal 4 rakaat. Kalau bisa 6 rakaaat setiap hari.
.
Saya manut saja. Wong ibadah ini bagus.
Meski dalam hati, saya malu sama Allah.
Mosok shalat kok ditukar dengan nikmat dunia, macam sugih dunyo brono yang kita bayangkan itu.
Apalagi, masih selalu terngiang ngajinya Gus Baha'--tambah malu saya.
.
Namun, tetap saya lakukan.
Sugih, ora sugih, oleh rejeki jembar, ora oleh, yo opo jare Gusti Allah
Begitu saja, yang ada dalam pikiran saya.
Pokok-e aku wes shalat.
Pokok-e wes maksial ikhtiar dalam usaha--sebagai pembuka pintu rejeki.
.
Kala berdoa usai shalat Dhuha pun, saya kudu tersenyum.
Pengen menertawakan diri sendiri.
Mengingat nikmat-nikmat dari-Nya sudah amat buanyak.
Tapi, masih saja "maksa-maksa" minta dekatkan rejeki jika jauh.
Banyakkan rejeki, jika sedikit. Jika di langit, minta diturunkan ke bumi.
Doa yang dahsyat--tapi terkesan agak gimmmmana gitu.
Namun, syaa tetap berdoa saja. Sambil senyum-senyum.
Emmmboooh... Terserah Gusti Allah nanggapinya gimana. 😂
.
Hari berhari saya istiqomahkan Dhuha minimal 4 rakaat.
Kejadian sehari-hari, ya tetap sama.
Gak ada perubahaan yang ekstrim tentang situasi ekonomi keluarga.
Biasa-biasa saja.
.
Saya nanggepinya ya biasa saja.
Wong saya sudah kadung nyerahkan semua pada Allah.
Dikasih, ya Alhamdulillah...
Gak dikasih, ya shalat aja terus.
.
Saya tidak mau menyalahkan shalat Dhuha.
Wong kita diberi nikmat bisa shalat Dhuha itu saja sudah luar biasa.
Bahkan, bisa jadi dokumentasinya bernilai jaaaaauh lebih tinggi daripada--andaikan mendapatkan rejeki yang kita bayang-bayangkan.
.
Lalu, sambil shalat Dhuha, saya baca surah adh-Dhuha dan al-Insyirah.
Saya resapi makna ayat dalam surah tersebut.
Tiba pada ayat:
(مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ)
[Surat Adh-Dhuhaa 3]
"Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu."
Membaca ayat ini, seketika perasaan membuncah.
Kalau sekarang mengalami keadaan yang tidak mengenakkan, jangan sampai berprasangka bahwa Allah sedang meninggalkanmu, sedang membenci dirimu. Santuy saja. Tetap saja istiqomah dengan doa dan shalatmu. (saya berdoa sudah +- 9 tahun supaya punya anak, belum dikasih juga. Ya, berarti belum waktunya. 😊)
Meski ayat di atas konteksnya bagi Kanjeng Nabi, tapi bisa juga menjadi pelajaran untuk kita.
.
Rakaat kedua, baca al-Insyirah.
Tiba pada ayat kondang.
(فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرًا)
(إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرࣰا)
Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Ayat yang diulang 2 kali.
MANTABBB sekali.
Tambah yakin dan husnudhon pada Allah SWT.
"Nek wes wayahe, lak oleh dalane."
.
Bu Khofifah saja berkali-kali nyalon Gubernur Jatim gak jadi.
Tapi nek "Wes Wayahe" yo gak kiro ono seng iso menghadang.
وَٱللَّهُ یُؤۡتِی مُلۡكَهُۥ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰسِعٌ عَلِیمࣱ)
[Surat Al-Baqarah 247]
Tritunggal, 29 April 2020
@mskholid