Wednesday, November 11, 2015

Bedanya Guru dengan Murid

Apa yang membedakan antara guru dan murid?
Baca buku.

Murid masuk kelas hanya bermodal tas dan buku (yang terkadang hanya LKS), tanpa mengkaji dan membaca di
rumah.

Guru masuk kelas setelah membaca tema pelajaran hari itu. Tak cukup bekal LKS, tapi harus dengan buku referensi utama. Terkadang harus baca pula referensi tambahan via wikipedia atau buku lainnya.

Pas ngaji Tafsir Jalalain, dulu, sebagai santri saya bawa kitab Tafsir Jalalain apa adanya.
Tapi, saya lihat sang Kiai, juga bawa Tafsir As-Shawi (syarah al-Jalalain) disampingnya.

Saat mengajar kitab Matnul Ghoyah wat Taqrib, selain bawa kitab itu, saya juga membawa serta kitab Fathul Qorib, syarahnya.

Murid aja yang gak tau "strategi" gurunya.

Sekali lagi,
Apa yang membedakan tingkat kepercayaan diri seorang mahasiswa ketika masuk ruang diskusi atau ujian skripsi?

Ya, Membaca Buku.

Lamongan, 11 Nop. 2015

Tuesday, November 10, 2015

Beasiswa Program Diploma dari LIPIA

Silakan diShare 👇🏻.
💌Assalamualaikum💌

📢 Berita Gembira Buat Para Pengajar Bahasa Arab di Pesantren, Kampus dan Sekolah, Yang Ingin Mendalami Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.

📖 Kembali LIPIA Membuka Pendaftaran Mahasiswa Baru Untuk Program "Diplom Ta'hîl al-Mu'allimîn" Pelatihan Kepakaran Pengajaran Bahasa Arab Selama 1 Tahun.

📝 A.Syarat-syarat Pendaftaran:

- Diutamakan Yang Telah Memiliki Ijazah S1, Ijazah SMA dibolehkan dengan Syarat Menyertakan Bukti Sebagai Pengajar.
-Sehat Jasmani & Rohani.
-Berakhlak Mulia.
-Mampu Berbahasa Arab Aktif.
-Memfokuskan Diri Untuk Belajar.
-Lulus Seleksi (Ujian Tulis dan Lisan).
-Rekomendasi Dari Lembaga Sebagai Bukti Bahwa Calon Mahasiswa Adalah Pengajar.

📑 B.Berkas-berkas pendaftaran:

-Foto copy Ijazah S1/MA Atau Sederajat Terlegalisir.
-Foto copy Transkrip Nilai Terlegalisir. (Ijazah dan Transkrip Nilai Asli dibawa Ketika Ujian Untuk Pengecekan).
-SKCK Asli.
-Surat Keterangan Sehat Dokter.
-Foto copy KTP.
-Pas Foto 4x6,3x4,dan 2x3 @2 lembar.
Kirimkan Berkas-berkas (Scan/Foto) Ke Alamat Email Berikut: reg.diploma@gmail.com.

🏡 C.Fasilitas:

-FULL Beasiswa kuliah.
-Kitab Muqorror (Buku Pelajaran).
-Asrama Khusus Putra Bagi Yang Lulus Seleksi (Terbatas).
-Ruang Belajar Full AC.
-Mukafa'ah/ Uang Saku.
-Ijazah Bagi Yang Selesai.

⏰ D.Waktu pendaftaran:

Mulai: Senin,20 Muharrom 1437H/2 November 2015M - Rabu,20 Shofar 1437H/2 Desember 2015M.

Friday, November 6, 2015

Program Menyapa Negeri

SUKA berpetualang? Atau punya ketertarikan di dunia pendidikan Indonesia? Acara ini tepat untukmu!

Kemristekdikti mengajak kamu untuk mengunjungi berbagai daerah di Tanah Air melalui kegiatan “Menyapa Negeriku”. Selama maksimal enam hari (disesuaikan dengan jadwal penerbangan dan lokasi), peserta kegiatan akan melihat langsung potret pendidikan Indonesia melalui petualangan seru dan mengasyikkan. Tidak hanya itu, peserta juga akan diajak berpartisipasi untuk berbagi inspirasi di wilayah yang dikunjungi, bisa dengan berbagi cerita maupun menularkan berbagai keahlian kepada masyarakat dan pelajar setempat.

Peserta Menyapa Negeriku akan didampingi alumni Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T), yang selama setahun telah mengabdi sebagai guru di pelosok negeri.

Kegiatan ini dijadwalkan dengan daerah tujuan sebagai berikut:
1. Kabupaten Simelueu, Aceh Barat
2. Kabupaten Aceh Timur, Aceh
3. Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau
4. Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
5. Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara
6. Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT)
7. Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT)
8. Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat
9. Kabupaten Sorong, Papua Barat
10. Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat
11. Kabupaten Jayawijaya, Papua

Berminat menjadi peserta Menyapa Negeri? Pastikan kamu memenuhi persyaratan berikut:

1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Terbuka untuk semua kalangan dan profesi
3. Pendaftar kategori Umum: pria/wanita berusia 18-27 tahun
4. Pendaftar kategori profesional: pria/wanita berusia 18-35 tahun
5. Sehat jasmani dan rohani, serta bisa tinggal beberapa hari di pedalaman
6. Bersedia mendokumentasikan pengalaman perjalanan selama program Menyapa Negeriku untuk dibukukan dan berbagi di sosial media yang dimiliki.

Fasilitas:
1. Semua biaya perjalanan ditanggung sepenuhnya oleh Kemristekdikti
2. Uang saku selama program Menyapa Negeriku
3. Penginapan dan akomodasi
4. Tulisan terpilih milik peserta akan masuk dalam buku Menyapa Negeri
5. Seragam
6. Asuransi
7. Sertifikat

Unduh dan lengkapi formulir pendaftaran berikut serta kirimkan ke email layinberdaya@ristekdikti.go.id, diterima paling lambat 20 November 2015.

Nama peserta yang lulus seleksi akan diumumkan 20 November 2015 pada website ristekdikti.go.id dan media sosial @dikti. Peserta terpilih akan diundang mengikuti workshop pembekalan pada 29-30 November. Sedangkan pelaksanaan Program Menyapa Negeriku pada 5-10 Desember 2015.

Ayo, segera mendaftar, ya!

Unduh Formulir Pendaftaran Peserta Program Menyapa Negeriku

http://tinyurl.com/q6agcro

Wednesday, November 4, 2015

Islam, Agama Teknologi dan Industri

Al-Qur'an secara tegas menegaskan bahwa cita-cita orang kafir adalah menjadikan kita (umat Islam) melupakan (baca: tidak mengerti, bodoh, terbelakang) dalam ilmu persenjataan dan industri.

ود الذين كفروا لو تغفلوا عن أسلحتكم وأمتعتكم فيميلون عليكم ميلة واحدة
An-Nisa' : 102

Nah, pertanyaannya, diskusi selama ini yang kita kembangkan, apakah menghasilkan senjatan?
Apakah menghasilkan industri?

Kan tidak sama sekali.
Yang tampak justru menghasilkan persebaran kebencian, caci maki, tuduhan sesat menyesatkan, dan pertumpahan darah.
Itulah, sebenarnya yang diharapkan oleh orang-orang kafir.

Mereka orang kafir menangkap pesan tersirat di dalam Al-Quran. Sementara kita, yang mengaku pemilik kitab suci, justru mengabaikannya.

Jadi, kalau selama ini, jika kita ribut;
- mengoreksi tuhan
- mengoreksi Nabi Muhammad
- mengkoreksi hadis
- mengkoreksi Allah
APA HASILNYA?
Bukan senjata khan?
Bukan Industri, khan?
Semuanya tidak laku dijual di pasar

Sementara, mereka orang-orang kafir membangun industri dan persenjataan.
Ada bom kimia, bom nuklir, bom atom, senjata bakteri, jaringan konspirasi berbahaya, dan bom-bom lainnya...

Sementara, kita memaklumi mereka.
Menyetujui dan menganggap tepat apa saja yang mereka punya.
Tanpa pernah berusaha untuk mengalahkan dan menyaingi mereka.
Orang kafir tidak takut akan muncul orang Islam yang pakar humanisme, pakar sosial, pakar filsafat, pakar sastra, pakar film. Sama sekali tidak mereka takuti.

Yang mereka takuti adalah apabila muncul dari Islam itu para pakar:
di Bidang Kedokteran
Persenjataan
Kimia
Fisika
Nuklir
atau Ekonomi
---
Ceramah KH (Gus) Abdul Qoyyum - Lasem
dengan berbagai penyesuaian kalimat.

Ikuti ceramah Gus Qoyyum pada acara
HAUL KH ABDUL KHOLIQ AFANDI PP Nurus Siroj Tritunggal Babat Lamongan
Ahad, 15 Nopember 2015
Waktu : setelah Isya' sampai selesai

Wednesday, October 28, 2015

Ngustadz TV Rodja yang Menolak Tanah Ditempelkan Pipi Mayat

Masalah2 khilfaiyah seperti inilah yang kerapkali menjadi tema bahasan ngustadz di TV kabel itu. Yang lalu disebar via akunnya di youtube.

Celakanya, membahas masalah ini justru menimbulkan masalah baru. Sebab, nyatanya itu ditujukan untuk menyerang kelompok tertentu atau amaliah masyarakat tertentu.

Bagi kami, ini amat melelahkan. Amat menguras energi.

Sebab, di satu sisi kami terus berjuang menyadarkan umat yang kian lupa dengan mati. Kian terlena dengan dunia. Seakan tak peduli ia pun akan mengalami saat dikuburkan jasadnya. Ditempeli pipinya dengan tanah.

Di sisi lain, energi itu terkuras pula untuk meluruskan "serangan2" semacam ini.

Orang awam mudah percaya dengan statemen kotbah televisi itu.

Sebab, senjata yang dipakai selalu; kembali pada Alquran dan Hadis Nabi.
Logika orang awam langsung nyambung (dan manggut2) begitu dikatakan;

Alquran pasti benernya.
Hadis Nabi juga pasti bener. Sebab Nabi itu ma'shum.

Lha, kiai, guru, imam madzhab itu cuma manusia biasa. Tidak terjamin bebas dari dosa.
Jadi, pendapat mereka di kitab2 itu belum tentu benar.

Sesat dah jadinya kalo logika ini yang dipakai.

Babat, 28 Oktober 2015

Sunday, October 25, 2015

Foto Ibnu Qudamah

Pagi ini (Ahad, 2510), di acara Khalifah TV Trans yang diasuh oleh sejarawan muda, Ustadz Budi Azhari, Lc., membahas tentang Syekh Abdul Qodir Al Jaelani.

Di sana disebutkan keberhasilan pendidikan Madrasah Qodiriyah yang dipimpin Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Yang mana banyak menelurkan ulama-ulama besar yang mumpuni.

Salah satu ulama murid Al Jaelani adalah Ibnu Qudamah sang penulis kitab Al-Mughni.
Namun, ada yang aneh saat saya saksikan tayangannya.

Saat menyebut nama Syekh Ibnu Qudamah, tayangan di TV tersebut menampilkan foto hitam putih berikut ini. Yang selama ini kita kenal sebagai gambar seorang tokoh gerakan Islam dari Nejd.

Mohon konfirmasinya, siapa pun yang mengerti. Ini sebenarnya foto siapa?

Saturday, October 24, 2015

Siapa Anda Wahai Kiai?

Siapa Anda Wahai Kiai?

Belakangan, pertanyaan ini menjadi trending topic medsos gara2 rekaman seorang ngustadz di youtube yang mempertanyakan status sang kiai.

Lebih spesifiknya, mempertanyakan keabsahan dalil santri mencium kiainya atau gurunya.

Jawaban soal keabsahan itu, dalilnya sudah diungkap dengna sedemikian bagus oleh saudara se almamater Hanif Luthfi lewat catatan facebooknya.
Dimana adat menghormati guru/kiai/orang shalih, itu sudah dilakukan oleh para ulama salaf dan tabiin.

Saya di sini tergerak untuk menulis tema ini, sebenarnya, karena membaca status2 saudaraku Masyhari yang terus2an mendorong siapa pun untuk menulis apapun.

Saya hendak mengungkap sisi yang berbeda tentang bagaimana kami memberikan gelar kiai, ustadz, guru, atau sekadar mengangkat seseorang menjadi imam shalat kami.

Bukan perkara yang mudah.

Di lingkungan kami, para pencium tangan kiai, tidak serta merta seseorang yang baru wisuda sarjana S1 Agama Islam akan diangkat menjadi imam shalat kami.

Tak serta merta seorang lulusan kampus ternama luar negeri (Saudi Arabia) sekalipun, akan langsung ditunjuk menjadi khatib di masjid kami.

Tak langsung pula, lulusan S2 jurusan agama di kampus jakarta, bisa langsung menjadi pengisi pengajian rutin di masjid kami.

Tidak semudah itu.
Bagi kami, ada seleksi alam yang harus dilewati.

Kalau bahasa guru kami, Kiai Ahsin Sakho Muhammad, setiap lulusan sarjana atau santri harus siap menabur lebih dulu. Tak boleh langsung berharap memanen.

Artinya, ketika kembali ke masyarakat, ia harus membuktikan diri di tengah masyarakat lewat istiqomahnya shalat berjamaah di masjid.
Ia harus rajin berperan dalam tiap kegiatan keagamaan di kampung atau masjid.

Harus rela menjadi panitia bagian riwa-riwi dan usung2 barang. Dan, itu tak cukup 2 - 3 bulan. Bisa berbulan2 utk buktikan. Bahkan tahunan.

Apakah cukup?
Tidak.
Kerapkali masyarakat akan melihat dulu siapa bapak kita, siapa kakek kita, dan apa peran yang beliau2 lakukan untuk masyarakatnya.
Bila kita anak orang biasa, bisa jadi malah lebih lama lagi perjuangan kita untuk menjadi seorang guru yang mengisi sebuah kajian dan pengajian.

Apalagi mendapatkan gelar kiai...!!!???

Jadi, gelar kiai adalah sebuah perjuangan panjang kehidupan seseorang di masyarakat.
Gelar ini tak bisa dibeli, atau diperoleh lewat serangkaian ujian tulis atau semacam skripsi dan tesis.

Pesantren Kranji, 24 Oktober 2015

MS Khaled

Sunday, October 11, 2015

Suul Adab, Tanya; Ikut Nabi apa Ulama?

Suul adab orang yang mempertanyakan;
"Mau ikut kata Nabi apa kata imam Syafii, Malik, Abu Hanifah, dan Imam Ahmad?"

Tentu saja kami ikut sabda Nabi Muhammad saw dengan pemahaman imam-imam tersebut.
Bukan atas pemahaman di bawah standard kalian.

Imam-imam madzhab itu masa hidup nya lebih dekat zaman Rasulullah. Termasuk dalam tingkatan خير القرون .
Mereka belajarnya pada orang2 yang pernah belajar pada sahabat Nabi.
Mereka cerdas pun ikhlas.

Hafal Alquran
Hafalan hadisnya tak cuma Umdatul Ahkam.
Tapi ratusan ribu, hingga jutaan hadis telah dihafal luar kepala.

Tak seperti "islam-nya" Masa Kini, yang cuma ngandalin laptop dan Maktabah Syamilah.

Kalau keyword yang dimasukkan di Syamilah gak ada, langsung aja bilang:
"TAK ADA HADISNYA"
"TAK ADA DALILNYA"

11102015

Friday, October 9, 2015

Berita "Islam" Masa Kini

Berita "Islam" Masa Kini

Kok tiba-tiba terbersit tanya:
- Dari mana ya asal munculnya "islam" masa kini itu?
- Apakah sekawan dengan Islam Nusantara?
- Ataukah malah sekawan dengan Islam yang katanya salafi itu?

Tapi, saya perhatikan2 kok gak ada sama sekali miripnya "islam" masa kini dengan nusantara atau salafi.

Dengan dalih masa kini, bisa jadi lalu menyimpulkan sebuah hukum agama menjadi amat mudah.

Ya, karena belajar bahasa arab yang mendetail hingga gramatikalnya itu sulit. Butuh waktu lama dan bertahun2.
Cukup baca terjemahan saja. Gampang, cepet, dan langsung bisa.

Mempelajari Ushul Fiqh itu butuh otak yang cerdas. Pikiran dingin dan kelapangan hati. Butuh memeras keringat pula.
Bahkan, butuh bercangkir-cangkir kopi panas.

Khatam Alquran itu tak cukup waktu sehari. Apalagi harus memahami maksud-maksud ayat yang dikaitkan dg asbabun nuzulnya. Itu butuh baca pula kitab tafsir dan asbabun nuzul.
Jadi, karena "islam" masa kini, ya cukup comot satu ayat dan jadikan dalil. Hantam dah...
Kena dah tu tetangga.

Memahami hadis secara mendalam dan benar itu pun rumit. Harus mengerti redaksi kalimatnya, Ashabul wurud, dan keterkaitan dengan hadis2 lainnya.
Itu butuh waktu lama. Bisa jadi, puluhan kitab syarah tak cukup sebagai referensi.

Tapi, karena "islam" masa kini itu berbeda. Mottonya; islam itu mudah, jangan persulit.
Ya, langsung aja ambil satu hadis, jadi dalil dah untuk hukumin si amalan A atau B itu syirik, bidah, kafir, dan lain sebagainya.

Wednesday, October 7, 2015

Produsen Aneka Kreasi Rajut

@rajutmenik
Kreasi tangan dari Lamongan.
Aneka seni rajut unik dan cantik
- gantungan kunci
- tempat HP
- boneka wisuda
- bross
- kalung rajut
- de el el
Cantik khan?
Lihat koleksi lain?
Follow akun instagram nya.
Pesen atau tanya-tanya?
Booolehhhh....
With Owner:
Arini PIN BB = 7E7AFF00
WA/SMS☎ : +6285731089546
IG : rajutmenik

Saturday, September 26, 2015

Umar, Menangis Sebab Harta Berlimpah

Umar, Menangis Sebab Harta Berlimpah
Usai kemenangan lawan Persia, ada banyak harta rampasan bagi kaum muslimin. Seperlima harta rampasan di medan perang, adalah jatahnya Madinah. Baik untuk baitul maal atau dianggarkan untuk hal lain. Sesuai kebijakan Amirul Mukminin.
Ketika itu, Khalifah kita adalah Al Faruq; Umar bin Khattab.
Jatah harta rampasan yang seperlima itu dibawa oleh Ziyad bin Abu Sufyan--bersama sekelompok pasukan menuju Madinah.
Tiba di Madinah, waktu sudah malam. Oleh Umar, harta diminta ditaruh di sudut masjid. Abdurrahman bin Auf dkk yang kebagian jaga.
Beberapa senior mengusulkan agar disimpan di baitul maal. Tapi, Umar ra memutuskan untuk membagikan pada warga Madinah.
Usai shalat Subuh, warga sudah berkumpul.
Umar lalu membuka penutup harta rampasan perang itu.
Betapa berlimpah dan banyaknya harta yang diperoleh. Ada permata, emas, berlian, batu mulia, dan aneka perhiasan bernilai lainnya.
Demi melihat itu, air mata Umar meleleh deras.
Wajahnya tampak sedih...
Abdurrahman bin Auf pun menanyakan sebabnya.
"Bila umat sudah dilimpahi kekayaan dan kemakmuran seperti ini, aku kuatir akan timbul permusuhan dan kedengkian di antara mereka.
Pikiran mereka tak lagi untuk umat dan kejayaan Islam. Tapi, sudah mulai berlomba untuk harta dan kekayaan."
(Au kama qaala Umar).
Kekuatiran itu muncul, bisa jadi karena umar memang diberi karomah oleh Allah swt melihat masa depan.
Atau, muncul sebab melihat latar belakang kehidupan bangsa Arab.
Selama ini, bertahun-tahun, bangsa Arab memperoleh kekayaan lewat kerja keras dan usaha tak mudah.
Mereka harus riwa riwi di musim panas dan dingin, ke Yaman dan Syam. Dengan hasil yang secukupnya.
Beberapa kelompok malah berprofesi sebagai tukang antar (pengawal) kafilah perdagangan melintasi gurun pasir. Mempertaruhkan nyawa demi upah yang kadang tak seberapa.
~~
Dan kini, Umar menangis saat menyaksikan begitu mudahnya kaum muslimin mendapatkan harta berlimpah ruah. Beliau amat kuatir.
~~~
Di sumber lainnya, saya baca saat menang perang di Tikrit (Irak), tiap anggota pasukan kavaleri mendapat jatah 1000 dirham.
Pasukan berkuda mendapat jatah 3000 dirham.
Berapa itu kalau di kurs kan rupiah?
Silakan cari referensi sendiri.
Wallahu A'lam
Aula Tabah, 26 September 2015

Sendirian Jalan Kami 490 km

Sampai sekarang saya masih belum bisa membayangkan perjalanan hijrah sahabat Ali bin Abi Thalib, dari Mekah ke Madinah.

Malam itu, usai penggerebekan yang gagal di ndalem Baginda Rasulullah saw, Ali yang berperan sebagai pengganti di tempat tidur Rasulullah segera bertindak.
Beliau segera mengembalikan barang2 (amanah) orang Quraisy yang dititipkan kepada Baginda Rasulullah.

Setelah semua beres, Ali segera bergerak menyusul Rasulullah. Hijrah menuju Madinah.
Sendirian. Tanpa teman.
Jarak Mekah - Madinah itu sekitar 490 km. Itu setara dengan perjalanan Lamongan ke Cirebon. Atau lebih ke barat sedikit.
Tidak naik kuda atau unta.

Tapi, jalan kaki.
Beratnya,
Jalanan akses menuju Madinah tak seperti zaman sekarang. Banyak jalan aspal atau cor-coran.
Sendirian,

Melintasi jalan berbatu, mendaki bukit, menuruni lembah, melewati padang pasir. Sendirian.
Siang hari, beliau sembunyi.
Malam hari, lanjutkan perjalanan.
Ingat pula, tak ada senter. Ali juga tak punya hape Nokia yang bisa nyala lampunya. Tak punya petromaks.

Entah berapa minggu beliau tiba di Madinah.
Entah dan entah apa lagi yang terjadi selama menempuh perjalanan itu.
Bisa jadi, ada banyak keajaiban dan karomah yang diberikan Allah bagi walinya itu. Namun, cerita itu tak pernah sampai pada kita.

Atau, karena memang Imam Ali tak pernah menceritakannya pada siapa pun.

Wallahu A'lam...

Aula Tabah, 26 September 2015


Thursday, September 24, 2015

The Power of Ijo-ijo

Peran Berbeda

Peran Berbeda

Membaca kisah Sahabat mulia, Utsman bin Affan, Sang Dzun Nurain, Khalifah ketiga, salah seorang yang dijamin masuk surga, saya menyimpulkan banyaj hal.

Salah satunya adalah soal perbedaan peran di masyarakat. Soal perbedaan kapasitas dan kelebihan setiap individu.
(Saya agak kesulitan menyebut kalimat yang pas dalam masalah ini).

Maksud saya, seseorang yang bisa menjalankan peran di bidang tertentu dengan sangat baik, belum tentu bisa menjalankan peran di bidang lainnya dengan sama baiknya.

#Peran Menantu
Sahabat Utsman, kita ketahui kisahnya. Beliau telah menjalankan peran sebagai menantu yang hebat. Menantu kesayangan mertua. Bahkan, sampai dinikahkan dengan anak yang lainnya, saat istri sebelumnya meninggal.

Itulah sebab beliau mendapat julukan Dzun Nuraini; yang punya dua cahaya (nur). Beristri 2 anak Baginda Rasulullah saw.

#Peran Orang Kaya (Dermawan)

Salah satu tugas orang kaya adalah menebarkan (menyalurkan) kekayaannya biar dirasakan sekelilingnya.

لأن لايكون دولة بين الأغنياء منكم
Biar gak muter2 di kalangan orang kaya saja.

Dan, Sahabat Utsman amat berhasil menjalankan peran sbg orang kaya tersebut.

Ia membeli sumur milik yahudi Madinah seharga miliaran, ys g kemudian disedekahkan untuk kaum muslimin.

Ia membantu berbagai peperanGn umat Islam dalam bermacam bantuan. Kuda, unta, persenjataan, hingga bahan makanan, sebagai bekal perang.

#Peran Khalifah

Namun, ia tak begitu berhasil dalam dunia politik. Dalam medan yang penuh intrik.
Ini, disebabkan (salah satunya) sifat beliau yang pemalu, lemah lembut, jujur, nir prasangka.

Beliau pun dengan mudah diperdaya dan dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang ada di sekitarnya.

Karena "kelemahan" dalam perpolitikan itulah, beliau mengalami musibah di akhir jabatan sebagai khalifah.

Bahkan, menurut sumber yang saya baca, sebelum terbunuh, beliau telah dikepung pemberontak di rumahnya selama 40 hari. Selama masa itu, pemberontak mensabotase kiriman bahan makanan dan minuman dari luar ke rumah beliau.

~~~

Dalam konteks sekarang, seorang pengusaha yang berhasil di bisnisnya, belum pasti pula akan sukses saat melakoni peran sebagai politikus, anggota dpr, atau pejabat bupati.

Wallahu a'lam

Drajat, 130915

Bila Ulama Ditinggalkan

Khutbah Ied Adha pagi ini:

Akan ada suatu zaman dimana masyarakat mulai menjauhi ulama dan para fuqaha' (ahli fikih).
Bila itu terjadi, maka akan ditimpakan 3 hal berikut:

1. Dicabut keberkahan dari usaha dan pekerjaan mereka

2. Mendapat penguasa yang zalim

3. Mati tanpa membawa iman

~~~

KH Makmun Afandi
PP Nurus Siroj Tritunggal Babat Lamongan

~~~~

Catatan saya:

Mendengar hadis tersebut, saya teringat dengan beberapa orang yang begitu getol promosi;

ikut nabi apa ikut ulama?
Ikut sopir apa ikut kondektur?
Ikut Rasulullah yg ma'shum apa ikut Imam Syafii yang tidak ma'shum?
Ikut hadis apa manut kiai?
Gerakan kembali pada Alquran dan hadis.
Gerakan memurnikan Islam.
Dll.

Saya kira, jawabannya sederhana saja, ulama yang baik tidak akan melawan Allah. Tidak akan berani mencoba2 berbeda dengan Rasulullah. Tidak akan bermain2 dengan ayat dan hadis.
Apalagi sampai ngawur menafsir Alquran dan memahami hadis dengan akal pendek.

Sebab,
Alquran dan hadis dijamin tak pernah salah.
Yang mungkin salah adalah penafsiran kita. Bisa jadi, apa yang kita katakan mengikuti Alquran dan hadis, ternyata salah dan berbeda dari maksud sebenarnya.

Kalau penafsiran dan pemahaman ulama salafus shalih, generasi ulama yang pernah belajar pada tabiin salah, maka bisa jadi pemahaman orang zaman sekarang jauh lebih melenceng.

Sebab, yang dikatakan ikut ulama salafus shalih itu, ternyata saat diteliti, justru mengikuti pendapat ulama akhir zaman. Yang hidup abad 19-20 an.

Wallahu A'lam

Tritunggal, 24092015

Sunday, September 6, 2015

Tanda Pertama Anak Sholeh

Rame-rame soal bacaan Fatihah untuk orang mati. Saya ingat, justru ini adalah doktrin pertama yang saya sampaikan pada murid-murid saya.

Tiap kali masuk kelas baru, saya selalu sampaikan bahwa investasi seorang ayah lewat anaknya adalah kesalihannya.

Dan, ciri pertama anak shalih adalah yang mau mendoakan kedua orangtuanya.
ولد صالح يدعوا له

Maka, pesan saya;
Mulai sekarang, usahakan minimal tiap selesai shalat 5 waktu, kirim Fatihah untuk kedua orangtua sampean dan mbah2 sampean.

"Kok mboten Al-Baqarah, Ustadz?"
"Booooleeeh, terserah sampean. Kalau bacanya mau Al-Baqarah."

~~~

Kira-kira, besok kalau sudah mati, mau gak punya anak2 yang shalih dan rajin mendoakan. Rajin baca Fatihah tiap habis shalat. Rutin sedekah tumpeng ke masjid tiap malam Jumat. Rutin ngasih sumbangan untuk madrasah dan masjid dengan pahala dikirimkan untuk sampean?

Mauuuuu ....
Selalu serentak, jawaban mereka.
Saya suka sekali kalau mendengar jawaban ini.

Berbeda dengan kalau ditanya;
"Ada pertanyaan?"
"Mboten..." itu jawaban hampir pastinya. Hehehe...

Maka, kuncinya adalah:
Seperti yang diabadikan oleh pepatah "Buah Jatuh, Tidak Jauh dari Pohonnya."

Kalau ingin punya anak-anak yang shalih, maka sejak sekarang harus ber-azzam (tekad) untuk menjadi anak shalih.

Mauuuu???
Mauuuu....

~~~

Warkop Monas
Sunan Drajat, 6 September 2015

Sunday, August 30, 2015

Shalatlah Seperti Shalatku [2]

Ada beberapa orang yang begitu semangat dengan formalitas gerakan shalat.

Saking semangatnya, ketika sedang shalat, otak nya selalu terpikir pada kakinya.

"Sudahkah kakiku nempel ke kaki orang sampingku."

"Kok jauh amat ya kaki orang di sampingku, gua harus geser kaki nich. Biar nempel."

"Kok orang baris di depanku itu ada longgar satu centimeter ya... Bahaya ini. Bisa ditempati setan tuh 1 cm."

"Kok bukan gua ya, yang berdiri dekat orang itu. Biar gua injak kakinya, tahu rasa dia. Masak setan dikasih tempat di antara shaf shalat sich..."

"Yang di samping, telunjuknya diam2 saja ya...???"

Dan, pertanyaan2 lain sejenis.
Yang alasannya, (katanya) paling meniru cara shalat Rasulullah saw.

Di sisi lain, mereka mempertanyakan zikir bersama2, Wirid suara keras, dan doa bareng yang dipimpin imam usai shalat, dengan pertanyaan:
"Apakah ada dalilnya Rasulullah melakukan itu?"

------

Di pihak lain, mungkin juga pantas pertanyakan pada beberapa orang yang punya pandangan seperti di atas;

"Apakah ada dalilnya ketika pas shalat terus memikirkan kaki tetangga atau telunjuk tetangga?"

"Apakah ada riwayat yang menyebutkan salafus shalih sibuk mencari kaki2 tetangganya saat shalat?"

Atau mungkin ada riwayat yang menyebutkan para sahabat itu "galau" karena tetangga shalatnya menginjak kaki atau berjauhan 1 cm antar kaki?

Jika kita dilarang melakukan suatu perbuatan karena dipertanyakan dalilnya,
Maka
Kita pun layak mempertanyakan dalil kenapa mereka melarang dan mempertanyakan sebuah perbuatan/amalan.

Kira2 lebih utama mana memikirkan shalat kita sendiri: dengan memahami tiap laras yang baca mulai takbir hingga salam, mulai iftitah hingga tasyahud, ataukah sibuk memikirkan amaliah orang lain yang ada di samping kita???

Kira2 manakah yang lebih ada dalilnya?

Paciran, 30 Agustus 2015

Saturday, August 29, 2015

Shalatlah Seperti Shalatku


صلوا كما رايتموني أصلي...

Banyak orang yang membaca hadis ini, kemudian sibuk diri dengan aneka formalitas gerakan shalat.

(Bisa jadi) dengan amat bersemangat memperhatikan cara sedekapnya yang membentuk gunung merapi.

Kaki menginjak kaki.
Memutar-mutar jari telunjuk.
Atau lain sebangsanya.

Di sisi lain, ia lupa dengan esensi shalat yang sesungguhnya. Atau bentuk shalat Rasulullah saw yang sesungguhnya.

Shalat Rasulullah saw tak sekadar petunjuk dalam hal formalitas dan gerakan--yang berimbas sah dan batalnya shalat.
Tapi, jaaaauh lebih dari itu.

Beliau saw shalat dengan keadaan seakan-akan melihat Allah. Ya, langsung beribadah di depan Allah. Maka, setiap gerakan dan bacaan adalah bentuk ketaatan dan komunikasi langsung pada Sang Pencipta.

Banyak orang yang karena otaknya disibukkan oleh gerakan "formalitas" shalat, ia justru amat mudah mencaci maki orang lain yang tidak sesuai dengan gerakan shalat versinya.

Ia dengan mudah mengklaim bahwa shalatnya paling benar, paling nyunnah, dan paling pasti diterima Allah swt.

Padahal, dalam ayat lain, Allah tegas menyindir orang-orang seperti itu.
فويل للمصلين # الذين هم عن صلاتهم ساهون...

"Neraka Wail bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) yang lupa/lalai dalam shalatnya."

Bisa jadi, yang dimaksud dengan "lalai" dalam ayat ini ialah orang yang sibuk dengan formalitas gerakan shalat dan melupakan sisi sisi taqorrub (kedekatan) kepada Allah dalam shalatnya.

Mari instropeksi diri...
Mari memperjuangkan kedekatan kepada Allah swt.

Besuki, 29 Agustus 2015

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)